Wednesday, October 31, 2012

GELAP TANPA LISTRIK : [2] Situs-situs Gelap di Pondok dan Sekitarnya

oleh Hasan Al-Jaizy

Sebenarnya pembahasan ini suatu saat insya Allah akan dituturkan secara jujur kelak di salah satu episode dari serial SALATIGA, SELALU DALAM KENANGAN. Tapi, boleh lah pagi ini iseng-iseng menuliskan beberapa darinya di sini. Setelah sebelumnya membahas Jakarta, kini merambat ke Salatiga, dan yang berikutnya akan menyosor ke Pontianak.

Di pondok saya, ada beberapa situs gelap dan remang-remang. Ketika masih kelas 1 SMP [Mutawasithah/Tsanawiyyah], situs gelap yang memiliki reputasi buruk terdekat adalah di bawah tangga asrama blok Khoibar. Letaknya persis di antara perpustakaan dan blok Hudaibiyyah . Di dekat kamar saya. Perpustakaan ketika itu on 24 jam. Tidak ada pengurus yang mengatur dengan baik; padahal bukunya banyak. Nah, bawah tangga itu adalah daerah berlantai namun kotor. Gelap tak diterangi. Banyak sampah dan pakaian bekas dibuang di sana pada waktu itu.

Suatu larut malam, saya terjaga mendengar seseorang berjalan di tangga. Suara langkahnya keras dan beraturan. DUG....DUG...DUG....Hati saya pun dag....dig....dug...der....DAIAAAA!

Lalu pemilik langkah itu berjalan

melewati kamar saya. Tidak berani menatap jendela. Biarkan saja. Lalu tiba-tiba terdengar suara langkah berlari. Woah, sepertinya orang tersebut [jika memang ia orang] berlari balik dan melewati kamar saya, lalu kembali menuruni tangga dan suaranya menghilang. Berhusnudzan saja kalau itu adalah manusia. Anyway, tempat itu kalau malam tidak enak dilewati.

Juga, ada daerah kuburan di sebelah timur pondok. Nah, di selatan kuburan itu, ada semacam jurang. ANggaplah jurang. Di bawahnya ada jalan. Muat untuk mobil. Jaman dahulu itu adalah jalan tanah. Di situ gelap aslinya. Terang palsunya. Ya, dahulu gelap sekali. Dan di pertigaan, ada sebuah bangunan satu ruang, seperti kerangkeng. Konon dulu pernah ditemukan lelaki menggantung diri di sana. Tentu saja ia bukan Purnomo, apalagi Suyuthi. Kabarnya karena putus cinta.

Nah, di daerah itu, pertigaan kecil itu, ada lampu neon untuk penerangan. Pernah saya, setelah 'kabur' dari pondok, pulang malam dari Salatiga bersama seorang teman asal Sulawesi. Berdua berjalan melewati gelapnya jalan yang di atasnya adalah kuburan. Lalu sampailah di pertigaan itu. Ada lampu menyala syukurnya. Kalau tidak, kita makin erat berpegangan. Tapi, tiba-tiba....

....whamm...

lampunya mati. Langsung gelap itu tempat. Kita kaget berduaan. Langsung saja berjalan cepat menuju ke jalan yang tidak lurus. Jantung kami berdetak mempromosikan deterjen Daia.

Ada juga daerah lain yang sepi dan mencekam. Di dekat Mts dan SMA daerah Kembangsari. Sekarang Mts itu sudah tak terpakai. Jadi, hanya ruang-ruang kelas yang kosong. Ada sumurnya. Di dekat sumur, berderet beberapa kamar mandi dan WC. Di sekitar MTS adalah kebun-kebun. Sebelah barat, masuk kebun sedikit ada kuburan pula. Kuburan itu tak diberi penerangan. Listrik ya tidak masuk ke sana; karena memang tidak ada yang lewat sana. Wong ga ada rumah di sana kok!?

Well, ini sekadar tulisan iseng saja. Benar adanya namun jangan serius menanggapnya.


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/457587647615959

No comments:

Post a Comment