Friday, October 12, 2012

.... Suku-suku Agar Kalian Saling Kenal I


oleh Hasan Al-Jaizy

Saya termasuk orang yang sangat suka mendengar teman bercerita tentang desanya. Mulai dari karakter manusia, letak geografis, gambaran agrikultural, budaya atau adat, dan lain-lain. Berkumpul bersama majmuk manusia dari latar daerah berbeda memberikan rasa tertentu. Hal itu saya rasakan sejak teman-teman sekelas saya masih memakan bangku sekolah di pondok. Sekarang, teman-teman kampus saya malah memakan bangku kuliah. Kasihan sungguh teman-teman saya, bangku kok dimakan!?

Begitu juga keseharian bergaul bersama teman-teman berlatar pendidikan berbeda. Dari pondokan hingga super umum. Juga ada perbedaan pemikiran religius yang tidak parah tentunya. Keseragaman yang kaku bisa menghancurkan indahnya keberagaman. Bukankah lebih baik kita beragam namun tetap memakai seragam?

Seragam itu banyak fungsinya. Di antranya adalah untuk mempersatukan yang awalnya berbeda-beda. Kalau saya mendengar cerita-cerita perjalanan dakwah teman atau siapapun di kampung, selalu hadir rasa haru. Dakwah di kampung juga penuh tantangan dan bahkan kadang beresiko. Sehingga pendekatan orang kampung tidak dengan sekadar bicara halal haram lalu dalil dan selesai. Jika ikut syukur, jika tidak ikut berarti sesat. Ups, kalau yang begini bukan di kampung saja, di kota pun juga tak seenaknya. Hanya, masyarakat kampung adalah masyarakat taqlid buta. Mereka tidak melihat zahir dalil. Toto kromo justru bisa menjadi sila pertama yang tersakti. Dan juga, mereka takkan rela dilabeli sebagai orang2 bertaqlid buta alias membebek. Lagipula, ngapain juga

toh men-ta'yin mereka seperti itu!?

Bangsa-bangsa dan kabilah-kabilah berbeda-beda. Kalau mau nyemplung ke sungai ya minimap harus tahu airnya dalam atau cetek. Agar ketika terjun ke air yang cetek, langsung asal terjun dari ketinggian. Kalau benjol2 nanti ya jangan bilang,"Yang penting intinya gue berenang."

Sama toh dengan dakwah? Ada ceritanya seorang syaikh yang diutus dari saudi untuk mengajar/berdakwah di Indonesia. Nah, ketika awal nyemplung di mari, ketika orang2 bertanya hukum banyak dari perkara amaliah/ritual yang gharib dan hanya ada di sini, kata pamungkasnya adalah "bid'ah....dholal...." lalu tersebar tanpa klasifikasi dan klarifikasi.

Juga beliau menganjurkan untuk segera merubah yang bid'ah menjadi tergantikan amalan sunnah. Padahal tidak semudah itu dan tidak secepat itu. Butuh masa dan daya.

Akhirnya, sang syaikh pun diajak jalan-jalan ke kota-kota dan pulau, bahkan sempatvjuga ke beberapa daerah muslim di negara asean. Melihat realitas medan yang tak sekinclong saudi, beliau pun mulai banyak berfikir dan berubah sikap.

Tulisan ini hanya iseng2 mengisi kekoaongan rehat di kampus. Kalau ada kesalahan kata atau huruf, ketahuilah menukis di HP sebenarnya kurang nyaman. Namun, perlahan saya berusaha beradaptasi dengan hp sebagaimana sang syaikh pun berusaha beradaptasi dengan medan.

Bersambung....

No comments:

Post a Comment