Monday, October 29, 2012

Kiranya Bermanfaat, Namun Rupanya Pendulang Dosa

oleh Hasan Al-Jaizy

Orang-orang merugi adalah yang tertipu dengan amalan baik mereka sendiri. Yakni, amalan tersebut dikiranya baik dan bermanfaat, padahal justru sia-sia atau bahkan mendatangkan mafsadat.

Ada hikmah dari 2 ayat ini:

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِٱلْأَخْسَرِينَ أَعْمَٰلًا * ٱلَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا

"Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya." [Q.S. Al-Kahfi: 103-104]

Diriwayatkan bahwa ayat ini berkenaan dengan Yahudi dan Nashara. Ali bin Abi Thalib mengatakan: "Untuk Khawarij, Ahlu Harura". Ibnu Abbas mengatakan: "Untuk Orang2 kafir Makkah". Lainnya mengatakan: "Untuk para rahib dan para penghuni sinagog".

Namun, ibrah dan pelajaran adalah untuk kita semua. Benar. Sungguh ruginya jika letih-letih kita berbuat dan menganggapnya baik, namun ternyata kita tidak sadar sebelumnya bahwa perbuatan tersebut mendatangkan bala.

Berkali-kali kita mengatakan bahwa amalan syirik dan bid'ah takkan diterima. Itu benar. Sebagaimana banyak manusia [muslim] beramal tanpa petunjuk pasti. Sesuatu yang tiada petunjuknya, di-hasan-kan karena sesuai dengan adat, tradisi dan teramini oleh hati masyarakat. Bersama-sama mereka menganggap itu semua adalah perbuatan baik dan diterima oleh Yang Maha Baik. Namun, ternyata Rasul sudah isyaratkan bahwa:

من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد

"Barangsiapa mengada-adakan sesuatu dalam perkara kami ini [perkara agama] yang tidak ada [dasarnya] darinya, maka ia tertolak" [H.R. Bukhari]

Baiklah.

Sekarang, kita juga harus memulai bercermin diri. Kita harus menghentikan perbuatan atau amalan kontroversial dan provokatif yang tidak bermaslahat. Karena jika mafsadat dan dosa-dosa terjadi pada orang lain, maka kitalah penyebabnya.

Contohlah admin grup yang berjudul NU Merupakan Organisasi begini begitu atau Bubarkan XXX, Ormas Penyebar Ini Itu. Contohlah para admin, yang mengira bahwa dengan menamakan grup semacam itu, akan mendatangkan maslahat. Dikiranya, masyarakat akan memahami kebenaran dan menerimanya. Dikiranya, golongannya sudah menjadi jagoan dan paling saleh ketika membuat grup seperti itu.

Hasilnya?

Ratusan cacian, makian, kutukan, laknat, kalimat benci bahkan bisa jadi kalimat kufur tertabur di halaman grup. Para ulama, para masyaayikh kena makian dan ejekan. Orang2 marah. Malah mereka semakin menolak dan kian jauh dari kebenaran.

Saya teringat perkataan teman sekelas saya di kampus, didikan pondok tradisional yang meng-aswaja: "Sebenarnya memang perpecahan ini tidak melulu disebabkan oleh mereka [para fanatik atau para pembela bid'ah]. Tapi, justru dai-dai yang katanya 'bermanhaj salaf' juga kadang turut berjasa untuk menambah kerusakan."

Karena itulah, kerusakan semakin melebar. Ketika orang awam [umum] mencaci, mereka takkan berfikir ilmiah atau tidaknya cacian. Karena akal dan pengetahuan belum sampai. Tapi, ketika orang alim menjadi pencetus atau penambah perpecahan, tingkahnya lebih buruk dari orang awam pencaci; karena ia sudah diberi ilmu namun menjadi pengantar dosa untuk manusia. Nah, sekarang, nikmatilah cacian2 itu sembari bangga dengan akun dosa yang kian hari kian bertambah. Satu cacian dan hinaan terhadap syaikh/ulama, satu dosa tertabung. Bekal untuk hari nanti. Kecuali jika sang admin bertaubat. Dan jika memang admin bertaubat, hapuslah grup itu.

"Kiranya Bermanfaat, Namun Rupanya Pendulang Dosa"

No comments:

Post a Comment