oleh Hasan Al-Jaizy
Orang yang lepas dari permasalahan lebih mudah menghafal, tapi tidak lebih mudah baginya memahami permasalahan. Orang yang penuh permasalahan lebih mudah memahami, dan menghafal bukan sesuatu yang mudah baginya.
Contoh/Bukti:
[1] Ketika Anda sedang dirundung permasalahan, cobalah menghafal sesuatu, seperti ayat2 Al-Qur'an dan seterusnya. Selama masih terfikir permasalahan tersebut, maka tetap saja upaya menghafal akan terganggu. Yang ada, justru secara alamiah Anda akan berusaha memetakan permasalahan, memahami dan menggali solusi atau jalan keluar.
[2] Ketika Anda tak punya permasalahan. Semua serba enak dan menghijau. Cobalah menghafal. Rasanya mudah. Namun, cobalah memahami suatu perkara pelik, rasanya otak malas. Karena lepas atau kosong dari permasalahan. Permasalahan itu sebenarnya untuk difahami terlebih dahulu, bukan untuk dihafal.
Berangkat dari itu, kita singgung 2 fase atau masa kehidupan. Masa kecil dan masa dewasa.
A. Masa Kecil
Anak-anak kecil cepat menghafal. Kenapa? Karena otak mereka masih jernih dan tidak terkontaminasi oleh permasalahan2 kehidupan. Mereka tidak banyak fikiran. Mereka bisa menghafal tanpa harus memahami sesuatu yang dihafal.
Karena itulah, para ulama menyarankan agar anak kecil diupayakan menghafal Al-Qur'an; karena menghafal di waktu kecil bagai mengukir di atas batu. Ukiran di atas batu akan melekat dan mengekal. Apapun bentuk ukirannya.
B. Masa Dewasa
Orang dewasa lebih cepat memahami. Kenapa? Karena otak mereka terbiasa dengan permasalahan2. Dan permasalahan itu ada tentu untuk difahami dan dicari jalan keluarnya. Itu jarang terjadi pada masa kecil manusia. Maka, akal atau nalar orang dewasa lebih beroperasi, tanpa harus menghafal lekat-lekat gambaran permasalahan. Yang penting, pemetaan dan pemahaman.
Karena itulah, para ulama menyarankan agar orang dewasa yang ingin mendalami agama, memulai dari belajar memahami aqidah. Bukan mendahulukan hafalan. Sebabnya, masa dewasa, memahami adalah sesuatu yang lebih mudah dilakukan dibanding menghafal.
----------------------------
Al-Qur'an diturunkan untuk difahami, ditadabburi dan diamalkan. Itulah yang wajib! Sementara menghafalinya adalah sunnah/mustahab terpuji, kecuali surat Al-Fatihah dan ayat/surat lain sebagai modal bacaan shalat setelahnya.
Syaikh Muhammad Abdul Maqshuud -hafidzahullah- pernah mengatakan dalam kajian 'Waqafaat fi Suurat Al-Ahzaab':
"Jika Anda memiliki kesibukan sehari-hari, maka sempatkanlah Al-Qur'an kalian tadabburi. Dan jangan menghafal. Karena mentadabburi AL-Qur'an adalah kewajiban bagi kalian. Sementara menghafal tidak diwajibkan atas kalian."
Lalu beliau mengeluarkan dalil-dalil dari Al-Qur'an berkenaan tentang kewajiban mentadabburi Al-Qur'an.
Penulis dan pembaca status ini tentu bukan anak kecil. Semakin dewasa manusia, semakin baik nalar atau akalnya. Maka semakin luaslah pemahamannya. Kalau sudah ditakdirkan semakin luas pemahamannya, kenapa kita malas-malasan memahami Al-Qur'an dan Sunnah Nabi-Nya?
Contoh/Bukti:
[1] Ketika Anda sedang dirundung permasalahan, cobalah menghafal sesuatu, seperti ayat2 Al-Qur'an dan seterusnya. Selama masih terfikir permasalahan tersebut, maka tetap saja upaya menghafal akan terganggu. Yang ada, justru secara alamiah Anda akan berusaha memetakan permasalahan, memahami dan menggali solusi atau jalan keluar.
[2] Ketika Anda tak punya permasalahan. Semua serba enak dan menghijau. Cobalah menghafal. Rasanya mudah. Namun, cobalah memahami suatu perkara pelik, rasanya otak malas. Karena lepas atau kosong dari permasalahan. Permasalahan itu sebenarnya untuk difahami terlebih dahulu, bukan untuk dihafal.
Berangkat dari itu, kita singgung 2 fase atau masa kehidupan. Masa kecil dan masa dewasa.
A. Masa Kecil
Anak-anak kecil cepat menghafal. Kenapa? Karena otak mereka masih jernih dan tidak terkontaminasi oleh permasalahan2 kehidupan. Mereka tidak banyak fikiran. Mereka bisa menghafal tanpa harus memahami sesuatu yang dihafal.
Karena itulah, para ulama menyarankan agar anak kecil diupayakan menghafal Al-Qur'an; karena menghafal di waktu kecil bagai mengukir di atas batu. Ukiran di atas batu akan melekat dan mengekal. Apapun bentuk ukirannya.
B. Masa Dewasa
Orang dewasa lebih cepat memahami. Kenapa? Karena otak mereka terbiasa dengan permasalahan2. Dan permasalahan itu ada tentu untuk difahami dan dicari jalan keluarnya. Itu jarang terjadi pada masa kecil manusia. Maka, akal atau nalar orang dewasa lebih beroperasi, tanpa harus menghafal lekat-lekat gambaran permasalahan. Yang penting, pemetaan dan pemahaman.
Karena itulah, para ulama menyarankan agar orang dewasa yang ingin mendalami agama, memulai dari belajar memahami aqidah. Bukan mendahulukan hafalan. Sebabnya, masa dewasa, memahami adalah sesuatu yang lebih mudah dilakukan dibanding menghafal.
----------------------------
Al-Qur'an diturunkan untuk difahami, ditadabburi dan diamalkan. Itulah yang wajib! Sementara menghafalinya adalah sunnah/mustahab terpuji, kecuali surat Al-Fatihah dan ayat/surat lain sebagai modal bacaan shalat setelahnya.
Syaikh Muhammad Abdul Maqshuud -hafidzahullah- pernah mengatakan dalam kajian 'Waqafaat fi Suurat Al-Ahzaab':
"Jika Anda memiliki kesibukan sehari-hari, maka sempatkanlah Al-Qur'an kalian tadabburi. Dan jangan menghafal. Karena mentadabburi AL-Qur'an adalah kewajiban bagi kalian. Sementara menghafal tidak diwajibkan atas kalian."
Lalu beliau mengeluarkan dalil-dalil dari Al-Qur'an berkenaan tentang kewajiban mentadabburi Al-Qur'an.
Penulis dan pembaca status ini tentu bukan anak kecil. Semakin dewasa manusia, semakin baik nalar atau akalnya. Maka semakin luaslah pemahamannya. Kalau sudah ditakdirkan semakin luas pemahamannya, kenapa kita malas-malasan memahami Al-Qur'an dan Sunnah Nabi-Nya?
No comments:
Post a Comment