Sunday, October 21, 2012

"Agama Ibarat Kemaluan," Kata Seorang Liberalis

oleh Hasan Al-Jaizy

Agama ibarat kemaluan, menurutnya. Sebagaimana kemaluan tidak layak dizahirkan di depan umum, maka agama pun begitu. Tak perlulah manusia menzahirkan agamanya di depan umum, atau siapapun, kecuali jika ada hajatnya. Itu baginya. Dan memang itu yang tercermin dari tingkah kaum liberal. Mereka tidak ingin manusia menzahirkan kemaluan, namun mereka berusaha melegalisir peraduan kemaluan sejenis, seperti homoseksual dan lesbi. Mereka tidak ingin manusia menzahirkan agama, namun mereka tak henti-hentinya mengkritisi agama [Islam]. Yang dalam kiasan mereka, berarti: mereka selalu mengkritik kemaluan manusia.

Hasil dari pengkiasan tersebut:



[1] Orang-orang atheis tidak punya kemaluan. Karena mereka tidak punya agama alias berlepas diri dari semua agama di bumi. Yang artinya: mereka hilang kemaluannya. Namun, sebagian atheis jelas-jelas memproklamirkan ketidakberagamanya. Itu berarti: mereka menzahirkan ketidak berkemaluannya.

[2] Kemaluan tertera di KTP.

[3] Orang bisa bertanya: 'Apa kemaluanmu?' dengan maksud 'Apa agamamu?'

[4] Orang yang menzahirkan syiar agamanya di muka umum adalah orang yang tidak tahu malu; karena menzahirkan kemaluan.

[5] Orang liberal memiliki kemaluan, namun mereka minder akan kemaluannya sendiri. Bahkan mengkritik kemaluan sendiri. Dengar saja kicauan mereka. Mereka minder mengatakan: 'Islam adalah satu-satunya agama yang benar.' Pantang dan tabu sekali bagi mereka. Lalu mereka mengkritik Islam sejadi-jadinya.

[6] Masjid, gereja, dan semua tempat khusus peribadatan umat beragama adalah tempat yang sifatnya memalukan jika terzahir.

dan masih ada lagi efek dari pengkiasan tersebut.

Apa yang diinginkan seorang liberal dari pengkiasan agama dengan kemaluan?

--> Agar tiada manusia merasa paling benar dan agamanya paling benar. Yang berhak merasa paling benar adalah orang liberal; karena ia berhak menzahirkan liberalisme.

--> Mengubur semangat religius dan menata kembali etika, moral, politik dan semuanya pada akal dan nurani manusia. Karena agama hanya membuat peraturan serasa memalukan.

--> Agar orang liberal bebas bicara, tanpa harus menzahirkan 'kemaluan'nya.

Baginya, semua orang bebas berpendapat, meskipun mengenai sesuatu yang sakral, sensitif atau di luar jangkauan manusia. Sebagaimana ia merasa bebas mengkiaskan agama dengan kemaluan.

Liberalisme semacam berusaha meleburkan pondasi semua agama, setelah itu dikumpulkan dan diambil yang cocok. Hanya saja, dengan kiasan itu, seharusnya seorang liberal juga harus meyakini bahwa:

"Liberalisme adalah hasil perahan isi kemaluan"

Wani piro, liberalis?


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/453435034697887

No comments:

Post a Comment