Wednesday, September 26, 2012

Captain Pattimura di Tanggal Senja

oleh Hasan Al-Jaizy

Yaitu ketika 1000 rupiah masih ada harganya. Bagi mayoritas pekerja yang sedang mengundi peruntungan dan nasib, Captain Pattimura mewakili perasaan mereka. Kalau dahulu, jika uang kertas 500-an masih banyak ditemukan, Orang Utan menjadi wakil dari kondisi ekonomi. Sejak 1992 [uang kertas 500 bergambar Orang Utan tercetak] hingga diakhiri masa aktifnya di beberapa tahun lalu, Orang Utan yang santai nangkring itu menjadi teman curhat.

Di tanggal senja, Orang Utan terasa dekat sekali. Di tanggal fajar, ketika mayoritas pekerja sudah terima gaji, sebagian melupakan orang utan, namun sebagian lagi menziarahi Orang Utan di Kebun Binatang, sebagai ajang 'memperingati jasa orang utan di tanggal senja'.

Kini, setelah harga-harga naik, padahal kualitas pun tak naik, 500-an hanya untuk membeli 1 bulatan somay. Dan jika kita membeli hanya 1 biji, tukang somay akan mencibir. Mukanya tak secerah orang utan 500-an. Kini, Captain Pattimura masih berlaku dan exist. Mulai tanggal 1 Oktober nanti, tarif kereta AC Commuter Line dinaikkan senilai dua lembar muka Pattimura. Padahal, kualitas tidak didongkrak ke atas. Karena tak hanya sekali dua kali, justru naik kereta AC lebih panas dibanding naik kereta Ekonomi. Tanya kenapa? Kenapa harus bertanya?

Dan...Captain Pattimura di tanggal senja. Sebagian kita mungkin masih punya uang biru atau merah. Namun, sebagian mahasiswa sudah mulai terjulur lidahnya. Ada yang karena menunggu kiriman dari ortu di desa; ada pula yang menunggu dead time untuk menerima gaji, bagi yang bekerja dengan gaji per bulan. Ada yang tidak memikirkan masalah itu; entah karena pulang-pergi sudah dijamin bonyok [bokap-nyokap], atau memang dalam sebulan mereka dihujani uang saku berjuta-juta adanya.

Captain Pattimura, sahabat pedagang kecil, sahabat orang kere dan bidikan remeh orang gedongan.

No comments:

Post a Comment