oleh Hasan Al-Jaizy
Dia berikan kita ketersendirian atau perasaan sepi; agar kelak ketika kita tak lagi sendiri, atau berkeluarga, kita ingat masa lalu terkurung dalam penjara sepi. Atau ketika kita melihat siapapun yang bernasib semisal, kita tak bergegas menertawai, melainkan meresapi dan berbisik, 'Itu adalah aku dahulu.'.
Dia berikan kita kefakiran; agar kelak ketika semua telah tertopang, kita ingat masa-masa celana kita berdebu, atau baju yang terpakai begitu pudar saking lama terpunyai. Atau ketika kita melihat siapapun yang tertakdir semisal, rasa iba lebih mendahului kita dibanding picingan mata, atau bahkan tawa. Lalu kita menunduk dan berbisik, 'Aku takkan lupakan aku yang dahulu.'
Tiada tepat seseorang merasakan suatu kenyataan terjadi pada orang lain, kecuali jikalau ia benar-benar pernah merasakan tepat sepertinya sebelumnya.
Jika kita diberi sesuatu yang sebenarnya tidak kita sukai, ketahuilah itu hanyalah titipan hikmah untuk kita; agar nanti....nanti ketika kita diberi sesuatu yang kita harap-harapi, kita ingat masa lalu dan menjadikan orang senasib sebagai cermin masa lalu...sehingga tidak sombong dan menjadi peduli.
Dia berikan kita kefakiran; agar kelak ketika semua telah tertopang, kita ingat masa-masa celana kita berdebu, atau baju yang terpakai begitu pudar saking lama terpunyai. Atau ketika kita melihat siapapun yang tertakdir semisal, rasa iba lebih mendahului kita dibanding picingan mata, atau bahkan tawa. Lalu kita menunduk dan berbisik, 'Aku takkan lupakan aku yang dahulu.'
Tiada tepat seseorang merasakan suatu kenyataan terjadi pada orang lain, kecuali jikalau ia benar-benar pernah merasakan tepat sepertinya sebelumnya.
Jika kita diberi sesuatu yang sebenarnya tidak kita sukai, ketahuilah itu hanyalah titipan hikmah untuk kita; agar nanti....nanti ketika kita diberi sesuatu yang kita harap-harapi, kita ingat masa lalu dan menjadikan orang senasib sebagai cermin masa lalu...sehingga tidak sombong dan menjadi peduli.
No comments:
Post a Comment