oleh Hasan Al-Jaizy
Saya kerucutkan permasalahan pada status FB saja. Dan langsung ke contoh. Yaitu ketika seseorang berbuat ihsan dengan menyebar faedah dan membentangkan sayap ilmu lewat status, catatan atau photo, CUKUPKAN dengan rasa syukur, terima kasih atau doa. Di antaranya kalimat2 semacam: "Terima kasih", "Syukran", "Jazaakallahu khaira" [yang terakhir adalah sunnah Nabi].
Dan usahakan untuk TIDAK memuji-muji pelaku kebaikan. Usahakan TIDAK selama itu merasa tidak dibutuhkan. Atau usahakan TIDAK memuji di depannya [di comment box]. Jika ada rasa ingin memuji karena kagum atau senang akan kalimatnya, tahan pujian itu, cukupkan dengan rasa syukur. Lebih baik, pujilah ia di depan orang lain dalam ketidaktahuannya akan pujianmu itu.
Kenapa begitu?
Karena setulus-tulusnya seorang dai muslim, dia adalah manusia yang berhati. Hati pun bisa berubah haluan, tanpa peduli usia. Hanya saja, usia muda memiliki hati yang lebih mudah berbelok arah.
Maka, bisa saja ada cerita: 'Seseorang yang sedari awal ikhlas murni lillaahi ta'ala dalam berdakwah lewat FB, namun aroma hatinya berubah seketika ketika ada seseorang memujinya. Justru ini menjadi fitnah berat baginya. Bisa jadi ia berusaha melawan rasa ge'er dan bangga; padahal sebenarnya ia wajar merasa ge'er dan bangga. Namun ini beresiko. Dan penyebabnya bukanlah ia, melainkan
KOMENTATOR."
BEGITU JUGA:
Dengan bermunculan grup yang terkesan berlebihan dalam mendukung seorang dai muslim [blogger/FBer] yang sedang diuji dalam pengamanan polisi. Dengan judul yang 'mentereng' dan dengan cover photo yang juga 'wah-wah'. Jika seseorang nge-fan dengan seorang dai, layaknya jangan seperti Habibers [fans nya para Habib sekarang], yang berlebihan namun tidak merasa atau pura-pura tidak merasa berlebihan.
Dukunglah sewajarnya dengan kalimat atau perbuatan sewajarnya. Dan ketika mendukung, menyokong, membantu atau sampai ziarah, jangan menjadi berita siaran yang layak diketahui semua orang. Seolah-olah mengatakan, 'Dia telah ziarah/membantu/men-support, berarti dia Ahlu Tauhid'. Dan ketika ada yang meng-kritisi kelebayan grup, postingnya otomatis di-remove dan akunnya di-block dan di-ban. Kelebayan baru dalam pembelaan dan kepura-puraan di balik pembelaan.
Dan, sang dai tersebut juga manusia. Punya salah dan berpotensi salah seperti kita. Jika begitu, maka jangan menjadi PENYEBAB beliau berbangga diri atau ujub, atau jangan menjadi PENYEBAB beliau terbebani dan kesal dengan sikap berlebihan. Kita masing-masing menghargai usaha teman dan kawan, sementara sikap berlebihan dan 'pamer', apakah berharga sehingga layak dihargai? Entahlah....
...yang pnting: 'Do something not for human's eyes'....dan 'don't pretend'
http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/438628752845182
Saya kerucutkan permasalahan pada status FB saja. Dan langsung ke contoh. Yaitu ketika seseorang berbuat ihsan dengan menyebar faedah dan membentangkan sayap ilmu lewat status, catatan atau photo, CUKUPKAN dengan rasa syukur, terima kasih atau doa. Di antaranya kalimat2 semacam: "Terima kasih", "Syukran", "Jazaakallahu khaira" [yang terakhir adalah sunnah Nabi].
Dan usahakan untuk TIDAK memuji-muji pelaku kebaikan. Usahakan TIDAK selama itu merasa tidak dibutuhkan. Atau usahakan TIDAK memuji di depannya [di comment box]. Jika ada rasa ingin memuji karena kagum atau senang akan kalimatnya, tahan pujian itu, cukupkan dengan rasa syukur. Lebih baik, pujilah ia di depan orang lain dalam ketidaktahuannya akan pujianmu itu.
Kenapa begitu?
Karena setulus-tulusnya seorang dai muslim, dia adalah manusia yang berhati. Hati pun bisa berubah haluan, tanpa peduli usia. Hanya saja, usia muda memiliki hati yang lebih mudah berbelok arah.
Maka, bisa saja ada cerita: 'Seseorang yang sedari awal ikhlas murni lillaahi ta'ala dalam berdakwah lewat FB, namun aroma hatinya berubah seketika ketika ada seseorang memujinya. Justru ini menjadi fitnah berat baginya. Bisa jadi ia berusaha melawan rasa ge'er dan bangga; padahal sebenarnya ia wajar merasa ge'er dan bangga. Namun ini beresiko. Dan penyebabnya bukanlah ia, melainkan
KOMENTATOR."
BEGITU JUGA:
Dengan bermunculan grup yang terkesan berlebihan dalam mendukung seorang dai muslim [blogger/FBer] yang sedang diuji dalam pengamanan polisi. Dengan judul yang 'mentereng' dan dengan cover photo yang juga 'wah-wah'. Jika seseorang nge-fan dengan seorang dai, layaknya jangan seperti Habibers [fans nya para Habib sekarang], yang berlebihan namun tidak merasa atau pura-pura tidak merasa berlebihan.
Dukunglah sewajarnya dengan kalimat atau perbuatan sewajarnya. Dan ketika mendukung, menyokong, membantu atau sampai ziarah, jangan menjadi berita siaran yang layak diketahui semua orang. Seolah-olah mengatakan, 'Dia telah ziarah/membantu/men-support, berarti dia Ahlu Tauhid'. Dan ketika ada yang meng-kritisi kelebayan grup, postingnya otomatis di-remove dan akunnya di-block dan di-ban. Kelebayan baru dalam pembelaan dan kepura-puraan di balik pembelaan.
Dan, sang dai tersebut juga manusia. Punya salah dan berpotensi salah seperti kita. Jika begitu, maka jangan menjadi PENYEBAB beliau berbangga diri atau ujub, atau jangan menjadi PENYEBAB beliau terbebani dan kesal dengan sikap berlebihan. Kita masing-masing menghargai usaha teman dan kawan, sementara sikap berlebihan dan 'pamer', apakah berharga sehingga layak dihargai? Entahlah....
...yang pnting: 'Do something not for human's eyes'....dan 'don't pretend'
http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/438628752845182
No comments:
Post a Comment