Tuesday, September 25, 2012

Pembahasan Itu Banyak Sekali!

oleh Hasan Al-Jaizy

Sesuatu yang bisa dibahas itu berbuih banyaknya di samudera. Ketika Anda ingin menulis sesuatu yang masih majhul (belum diketahui tepatnya mau menulis apa), Anda akan berusaha menggali memori untuk membangkitkan kembali ide-ide keramat atau wacana-wacana yang pernah mampir di fikiran. Jika seseorang sudah merasa lumpuh dalam menentukan wacana global yang akan dibahas, maka lebih beku lagi dengan perincian wacana.

Itu karena Anda tidak sadar bahwa wacana brjubel-jubel banyaknya sementara pandangan Anda hanya mentok satu senti ke depan atau ke samping. Apa yang Anda lihat sekarang bisa menjadi sebuah topik perbincangan, bukan?

Seperti: Anda menyaksikan seekor, eh....seorang bayi di sebuah taman mawar bersama ibunya. Bayi tersebut sedang belajar berdiri, namun selalu gagal terjatuh. Namun ia tetap berusha kembali berdiri dibantu dan disemangati oleh ibunya.

Nah, dari scene sederhana dan potongan realita tersebut, ANDA BISA...YA...ANDA BISA...membuat 10 pilihan wacana atau lebih. 

Di antara yang bisa Anda jadikan topik pemicu:

-- Bayi Belajar Berdiri
-- Fase Pembelajaran Manusia
-- Bayi Itu Luthu alias Unyu unyu ea
-- Keharmonisan anak dan Ibu
-- Jasa Ibu Terhadap Anak
-- Di Antara Bentuk Kasih Ibu
-- Jangan Menyerah!
-- Taman Bunga
-- Mawar Merah Semerah Bibir Tetangga Saya Anaknya Pak Rt Yang Kuliah di UNJ Tapi Sudah 2 Bulan Menjadi Bang Thoyyibah Karena Gak Pulang Ke Rumah

Semua point di atas belum final. Anda masih bisa mencari lagi topik lain yang dipicu dari scene bayi di taman. w

Dan terakhir, saya ingin ucapkan bahwa bagi yang belum terbiasa menulis dan menuangkan opini/reportase secara tektual, ia akan menemukan banyak kesulitan untuk memilih kata yang pas atau sekadar kerangka tulisan. Itu disebabkan belum terbiasa dan belum merasakan nikmatnya ejakulasi dalam bernarasi aau deskripsi. Seandainya ia membiasakan diri melakukan dan menikmati klimaks-klimaks karya selagi merasakan lezat di setiap sentuhan kalimat, maka ia akan mau lagi dan lagi.

No comments:

Post a Comment