Friday, September 7, 2012

Tapi Kok Nyatanya Begini?

oleh Hasan Al-Jaizy

...ketika majelis ulama nasional memfatwakan aliran ini sesat dengan alasan begini dan begitu, mereka tidak menggubris malah mengejek seraya menabur jargon basi: "Yang berhak menentukan sesat itu Tuhan!"

...tapi ketika ada kericuhan antara gerakan aliran sesat dan sentimen mayoritas, mereka berkata kepada mayoritas: "Beginilah rakyat-rakyat tidak berilmu. Bersikaplah sebagaimana ulama Islam yang adil dan bijak dalam menyikapi perbedaan madzhab."

Sebenarnya, ketika Ulama Nasional memfatwakan ini-itu sesat, berefek ga sih dengan keputusan nasional atau adakah sedikitnya perubahan awareness [kesadaran] untuk membasmi kuman yang teridentifikasi menyakiti jantung umat beragama?

Kok, sepertinya tidak akan berefek ya. Wong sedari awal ulama sudah tidak dihormati. Mau berfatwa atau tidak, keputusan dan penilaian ada di lidah media atau kaum umum.

Kalau sudah capek2 mendukung fatwa ulama tapi tidak didengar, berarti yang kita perlukan adalah genggaman kita terhadap media donk, yang bisa menyetir opini masyarakat. Tapi, boro-boro media tergenggam, wong kita juga mungkin termasuk korban media!? wkwkwk

Kalau begitu, kita bersihkan kembali diri kita dan kita gunakan wadah-wadah yang available untuk menyuarakan aspirasi, kontribusi fikiran dan solusi, bisa melalui Twitter, FB, blogs atau bahkan sampai ke Kompasiana. Karena kita tidak bisa menunggu Imam Mahdi begitu saja keluar, atau Nabi Isa hadir kembali begitu saja. Kita tidak menggenggam media, tapi kita memakai media yang ada. Kamu siap?

No comments:

Post a Comment