Sunday, September 30, 2012

Enakan Nyalahin Orang Besar

oleh Hasan Al-Jaizy

Lebih enak adalah orang kecil menyalahkan orang besar dan orang besar menindas orang kecil. Main salah-menyalahi, kita adalah jagoannya. Padahal belum tentu penyalah-nyalahan kita itu tidak salah.

Seperti halnya ada dari kita menyalahkan pak Mendikbud hanya karena diksi atau kalimat tanya yang dia anggap tidak sesuai untuk pelaku kejahatan, yaitu seorang siswa SMA. Pak Nuh, begitu namanya, bertanya, ' bagaimana, Mas, puas sudah membunuh orang?' yang kemudian dijawab oleh si anak muda,' puas!' Jawaban itu sempat membuat kekagetN tercermin di wajah Pak Nuh.

Konyolnya, ada yang mempermasalahkan kekagetn wajah tersebut. Juga kosakata puas dipermasalahkan penggunaannya. Lebih konyol lagi, sebutan Mas juga dipermasalahkan.

Yang harus dipermasalahkan seutamanya bukan pak Menteri. Tetapi penerap pendidikan dan penghancur didikan. Yaitu pihak orang tua terutama ibu. Juga lingkungan dan tayangan tv. Atau langsung saja tudingan tertuju ke :

 GAME ONLINE 

Tentu tidak semua game. Tapi ingat saja game online apa yang digandrungi siswa-siswa? Game kekerasan.

Membunuh dan menumpahkan darah menjadi tugas di game itu. Dan tentu saja banyak dari orang tua masa bodoh akan pergaulan dan taman bermain anak-anaknya. Tugas ortu kan hanya cari duit, menyekolahkan, kasih jajan dan fasilitas, dan kalau anaknya kena kasus, yang disalahkan adalah pihak sekolah atau televisi. Gitu, kan? 

Makanya, beberapa orang tua dalam kasus pembunuhan hasil tawuran remaja justru mempermasalahkan pak mendikbud. Bukannya ngaca dan menerawang penyebab yang lebih dekat dan lebih possible, malah kambuh penyakit mencela orang besar. 

Memang enak meledek orang besar. Dan nanti ketika sudah kena getah dan dipites oleh orang besar, baru deh mengemis kasih. Apalagi kalau sudah ada liputan tv, orang kecil belagak sebagai pihak yang paling patut dikasihani dan dizalimi orang2 besar. Padahal mereka sndiri sehari-hari menzalimi diri dan tanpa kasihan menyayat-nyayat nama orang besar. Munafik, bukan?

No comments:

Post a Comment