oleh Hasan Al-Jaizy
Di sini...
di desa ini...di pematang sawah ini...
kala itu kau berjalan riang
tetumbuhan padi, menampar-nampar paha kita
berjalan susuri petak-petak
Yang kemudian
kita rehat sejenak
di naungan pohon bertaburan bebatuan
di hadapan akar-akar
lalu kau tuliskan namaku
juga namamu
di muka datar sebuah batu nan halus
dengan batu apung yang kemudian melebur
dalam keherananku
Maafkan aku yang
menghapus kedua nama itu kemudian
Kukira kala itu kau tak perlu tuliskan keduanya
Yang kini kembali ku coba mengukir
sisa-sisa
dari hapusan itu
Ternyata kau hanya ingin
mengabadikan rasa
berharap kekal hingga kita berpisah
dan ternyata tidak kekal
karena kini kita sudah sungguh terpisah
Ku coba kembali ukir
kedua nama dengan batu apung
namun lebur ia
dalam isak tangisku
Maafkan aku...
di desa ini...di pematang sawah ini...
kala itu kau berjalan riang
tetumbuhan padi, menampar-nampar paha kita
berjalan susuri petak-petak
Yang kemudian
kita rehat sejenak
di naungan pohon bertaburan bebatuan
di hadapan akar-akar
lalu kau tuliskan namaku
juga namamu
di muka datar sebuah batu nan halus
dengan batu apung yang kemudian melebur
dalam keherananku
Maafkan aku yang
menghapus kedua nama itu kemudian
Kukira kala itu kau tak perlu tuliskan keduanya
Yang kini kembali ku coba mengukir
sisa-sisa
dari hapusan itu
Ternyata kau hanya ingin
mengabadikan rasa
berharap kekal hingga kita berpisah
dan ternyata tidak kekal
karena kini kita sudah sungguh terpisah
Ku coba kembali ukir
kedua nama dengan batu apung
namun lebur ia
dalam isak tangisku
Maafkan aku...
No comments:
Post a Comment