Thursday, September 6, 2012

Pangkal Pembenaran

oleh Hasan Al-Jaizy

Kiralah apa yang akan diucapkan Al-Imam Asy-Syafi'i kemudian jika melihat realitas kini yang tercermin pada tingkah kita atau dia-dia yang menisbatkan dirinya pada madzhab Asy-Syafi'i.

Ketika dulu beliau katakan, 'Kalau shahih sebuah hadits, maka itu madzhab-ku.' sekarang malah sebagian mereka memperjuangkan hadits-hadits dha'if atau bahkan memerangi makna zahir beberapa hadits. What? Memerangi? Lho iya, memerangi makna zahir beberapa hadits, sebenarnya penyebabnya simple:

[1] Untuk melegalisir ritual/amalan kelompoknya dia-dia itu. Karena teks zahir hadits bertentangan dengan amalan dia-dia, maka harus dibuat alasan sedemikian rupa dengan Application Wizard [semacam magic atau daya sihir dalam pengaplikasian kaedah2 ushuliyyah atau fiqhiyyah] sehingga tertemulah 'jalan-lain' untuk men-ta'wil dan menggiring makna-makna yang sejalan dengan kemauan kelompok dia-dia.

[2] Untuk memenangkan corong pikiran kelompok sendiri atau menenggelamkan kelompok lain atau minimal = jangan sampai amalan dan pendapat tokoh besar dalam kelompok bertabrakan dengan dalil.

Jadi, anggaplah judul 'Pangkal Pembenaran' itu bermaksud 'Faktor Mengapa Diadakan Pembenaran'.

Pangkal Kesalahan

Kalau yang ini, bermakna: Pusat Titik Kesalahan yang membuat kita atau dia-dia mencari-cari jalan lain di dunia lain untuk 'pembenaran'. Di mana pusatnya? Di hati. Karena hati yang menggerakkan itu semua. 

Tidak mungkin fanatisme terhadap Pak Kyai Sapu Jagad itu ada jikalau bukan hati lah menjadi setir. Tidak mungkin bermalam-malam terjaga demi mencari dalil-dalil untuk melegalisir ritual yang konon 'tidak-ada-syariatnya-dalam-Islam' kecuali hati telah tertambat akan sesuatu. Tidak mungkin pihak atau kelompok lain selalu dianggap miring dan pasti dirasa salah [meski mengakunya munshif, menengah, jurdil dan tidak fanatik] kecuali hati memang sudah berlabuh di pelabuhan tertentu.

Berarti...

Pangkalnya...pusatnya ada di hati. Dan berawal dari KETIDAKIKHLASAN dalam mencari ilmu. Maka inilah yang bisa dinamakan 'ISTIDRAJ'. Normalnya, orang yang tidak ikhlas-tulus lillaahi ta'ala dalam menuntut ilmu, ilmunya akan cepat lupa. Yang model begini, sebenarnya masih Allah selamatkan dari marabahaya ke depan. 

Tapi, orang yang sedari awal menuntut ilmu dengan tujuan utama menegakkan madzhab kelompoknya dan entah sadar atau tidak memoles diri untuk menjadi ahli dalam menyetir opini dan mafhum dari dalil, sedangkan ilmunya justru masih melekat, inilah yang berbahaya. Karena...hampir pasti orang yang tidak ikhlas berilmu, namun ilmunya terus bertumbuh, ia akan menggunakannya dalam dan untuk kebathilan, juga tidak berkah. Jikalau pengikutnya banyak, dikhawatirkan dosa bertumpuk-tumpuk karena ijtihad yang ia kerahkan bukanlah ijtihad demi mencari yang haq, tetapi demi men-tahqiq perkara-perkara yang seharusnya dikubur segera.

No comments:

Post a Comment