Thursday, September 13, 2012

Dua Cerita Nyata Layak Dibaca

oleh Hasan Al-Jaizy

Dua CERITA Nyata yang layak Antum BACA [Full]:

[1] Dari Pak Faqih Gedangan Wajak: "semoga Allah memudahkan Anda dan kita semua untuk memahami bahasa Arab dan memanfaatkannya dalam perkara2 yang diridlai Allah. di daerah kami ada seorang Bapak berusia 65 tahun lebih, baru belajar bahasa Arab, dan Alhamdulillah setelah 2 TAHUN akhirnya beliau bisa memahami kitab2 berbahasa Arab."

[2] Dari pengalaman ana sendiri [Hasan Al-Jaizy]:

"Tahun 2005 ana ke Pontianak dan alhamdulillah diberi kesempatan [belajar] dakwah di sana untuk setahun. Semoga sedikit dari cerita ini memberi semangat atau kemauan untuk belajar bagi yang membaca. Di akhir 2005 atau di awal 2006, sebuah masjid di kota Pontianak mengadakan daurah, pengisinya Ust. Abu Qotadah dan ustadz2 lain. Ana tinggal di ujung desa yang jauh terpencil.

Tadinya, SEMUA jema'ah di masjid tersebut buta akan bahasa Arab. Nol. Saat daurah, seorang ustadz -hafidzahullah- [ana lupa namanya] mengatakan ini di tengah kajian, "Antum mungkin terkadang kebingungan ketika mendengar ana seringkali mengucapkan istilah2 atau nama2 Arabic yang asing. Itu BUKAN salah ana. Tetapi itu salah antum karena tidak belajar Arabic padahal itu salah satu alat terpenting dalam memahami agama antum."

Dan kalimat itulah yang menjadi petir di tengah ketermanguan jemaah. Hadirin masjid tersebut langsung terpincut. Akhirnya setelah daurah selesai, jema'ah asli masjid tersebut bersepakat untuk mengadakan pembelajaran bahasa Arab. Kala itu -alhamdulillah- ana [tanpa tazkiyyah terhadap diri sendiri] bersama Ust. Numair Al-Jamhuri [beliau teman angkatan di pondok dan teman dakwah juga kala itu] menjadi pengajar Arabic.

Ini yang Paling BERKESAN:

Ini yang paling berkesan: Ada seorang kakek tua, berumur 60 tahunan yang selalu hadir di kajian kami. Bayangkan, 60 tahun atau kurang-lebih. Sekali lagi, 60 tahunan dan bukan 25 atau 35 dst. Beliau selalu hadir dan paling lamban dalam memahami materi. Selalu bertanya dan butuh bimbingan pelan-pelan demi memahami. Biasanya kajian dihadiri 15-an orang, dan hanya beliau-lah yang butuh perawatan lebih. Selebihnya adalah anak muda, rata2 sekitar 20-30 tahunan berumur. 

Dan yang juga menarik:
--> Di majelis tersebut si kakek belajar dan juga cucunya yang saat itu masih sekolah SMA. Jadi, kakek dan cucu semajelis.
--> Sang kakek rumahnya jauh, dan ia ke pengajian BERSEPEDA. Kajian pun diselenggarakan di malam hari. Beliau berpayah-payah jauh bersepeda demi belajar BAHASA ARAB di USIA SENJA.
--> Sementara si cucu, mengendarai motor. Entah kenapa. Tapi, mungkin saja karena memang sang kakek terbiasa dengan perjuangan masa lalunya. [Karena semakin kemari manusia semakin pengen enak]



OH YA!

Oh ya...di sini kita tidak menawarkan jasa belajar pada pembaca. Tidak.

Oh ya...di sini kita tidak meminta siapapun dan memaksanya untuk belajar bahasa Arab. Tidak.

Oh ya...di sini kita hanya menyampaikan cerita yang sebenarnya ada pesan di sebalik cerita.

Oh ya...bukan berarti yang sudah belajar bahasa Arab berarti ia terjamin kemuliaan. Tidak.

Oh ya...berapa umur Anda? 20? 30? 40? 50? Berapapun itu, selama Anda tidak ada upaya melihat dan belajar bahasa Arab, meskipun sedikit, Anda ya masih kalah oleh sang kakek. Terlebih Anda TIAP HARI membuka FB, membaca + menulis status/blog, diskusi kesana-kemari, BBM-an dan seterusnya. Tapi, pastinya Anda tidak punya waktu untuk belajar bahasa Arab, meskipun sekedar menghafal ayat dan maknanya, kan? 

Kami memaklumi kesibukan Anda....no time for Arabic. Great. Waktu untuk BBM-an, mentahdzir dan menilai ustadz2 begitu banyak, sampai-sampai no time for Arabic. Sungguh sebuah gambaran pencari ilmu. 

Arabic bukan kewajiban...tapi 'sadar' akan [kepentingan] Arabic adalah kewajiban.

No comments:

Post a Comment