Tuesday, September 18, 2012

LIPIA = Gado-gado?

oleh Hasan Al-Jaizy

Seseorang berkata: "Saya menolak kuliah di LIPIA, karena seperti kebun binatang. Campur aduk ga jelas; ada JIL, IM, HTI, Salafy dst. Bahkan ada syaikh atau dosennya yang berangkat pakai [celana] jin atau isbal."

Jawaban nyolot:

"Masalah buat loe?"
"Kalo ntu masalah buat loe, trus gue kudu bilang 'wah' gitu?"
"Kalo gue udah bilang 'wah', terus loe bangga gitu ama prinsip dan manhaj loe?"

Jawaban tidak nyolot:

Begitulah orang yang tidak tahu, tidak pernah belajar dan merasakan atmosfir belajar di LIPIA tapi ngoceh bahkan ngejek. Kita perlu memaklumi jika yang bicara adalah anak baru lulus SMA atau pondok kemarin sore, tepatnya pas bedug magrib. Dan mudah-mudahan yang bicara seperti itu bukan anak pengajian yang belum lama kenal Salafiyyah, lalu saking semangatnya menumpas kejahatan, kedunguan dirinya sendiri lupa ditumpas.

"Saya menolak kuliah di LIPIA"

Dan siapa yang memintamu kuliah di sana? Jikalau engkau mendaftar, belum tentu keterima; entah karena kurang dari segi persyaratan formal, ataupun karena tidak bisa mengerjakan tes masuk.

"karena seperti kebun binatang. Campur aduk ga jelas; ada JIL, IM, HTI, Salafy dst. "

Baguslah jika JIL, IM, HTI, dan Salafy berkumpul dikiaskan seperti binatang2 di kebun. Saya prediksi yang berkata seperti itu adalah anak muda yang bermanhaj 'salaf'. Jadi, mau ga mau, ucapannya menggambarkan bahwa dia dan kelompoknya tertuduh sebagai 'binatang' yang kebetulan tidak mau belajar bareng di kebun binatang. Great.

Jadi, jika campur aduk, langsung dikatakan: 'ga jelas'. Saya berusaha memaklumi kejahilanmu, nak. Perlu kamu tahu [biarpun mungkin kamu ga-mau-tahu], bahwa di dalam LIPIA, kita TIDAK MEMBAHAS privasi mahasiswa, domisilinya, keterkaitannya pada kelompok tertentu. Kami belajar dan mempelajari ilmu, membahas dan menggalinya, berusaha lapang dada dengan adanya perbedaan latar pendidikan dan background. 

Saya belum tahu kalau di LIPIA ada JIL. Jikalau ada, itu hanya 1-10 di antara beberapa ribu mahasiswa. 
Dan jika ada anak IM atau HTI mau belajar ilmu agama, apakah itu masalah buat kamu dan golonganmu? Jadi, rupanya kalian hanya ingin kalian saja yang belajar ilmu syariah. 
Lalu, jika ada ikhwah Salafiyun belajar di sana, akankah di-tahdzir dan dilabeli 'bermanhaj gado-gado', atau hizbiyyun atau label2 lain?

Tapi, setidaknya binatang2 yang belajar bersama di kebun binatang layak bersyukur bisa saling bekerja sama dalam kebaikan dan luas pandangannya. Dibandingkan dengan binatang yang dikandangi di kerangkeng, mau keluar sedikit, langsung di-tahdzir oleh majikannya: 'Dasar kamu hewan hizby! Balik ke kandang!'

"Bahkan ada syaikh atau dosennya yang berangkat pakai [celana] jin atau isbal."

So?

Tahu dari mana kalau ada yang memakai celana jeans? Pernah melihat langsung atau sekedar 'dengar-cerita' dari beberapa 'binatang' di kerangkeng? Ini tahun ke 6 saya di LIPIA dan tidak ada terlihat dosen berangkat mengajar dengan celana jeans. Jika ada yang memakai jeans untuk jalan-jalan di luar, what's your problem? Apakah binatang-binatang kerangkeng mewajibkan seluruh binatang untuk memakai jubah?

Tentang Isbal, jangan dikira bahwa tidak ada perbedaan pendapat mengenai haram-makruhnya. Sebagian ulama berpendapat haram, sebagian lain mengatakan tidak haram; bahkan ada yang mengatakan 'jumhur' ulama tidak memahaminya sebagai keharaman. Nah, mungkin saja beberapa dosen tersebut mengikuti pendapat [jumhur] ulama. 

Tapi, saya memaklumi kok jika engkau dan golonganmu melihat orang dari 2 hal fisikal:

[1] Jenggot
[2] Isbal

Jika jenggot terlihat dicukur, maka pasti dia tidak bermanhaj baik.
Jika celana melebihi bawah mata kaki atau bahkan sekedar dilinting, maka pasti dia tidak bermanhaj baik.

Yaaa itu menurut kalian. Silahkan saja. Tapi, setidaknya: 

"Binatang kerangkeng yang baik adalah yang tidak mengejek binatang-binatang yang belajar di kebun karena masalah kebinatangan. Sama-sama binatang tidak usah saling mengejek."

No comments:

Post a Comment