oleh Hasan Al-Jaizy
Sedari awal punya kitab Shahih Al-Bukhary yg harga 100.000, tulisannya kecil-kecil namun memuaskan, saya tak bisa lupakan hadits ini [ada di Kitab Iman dan lainnya]:
""Hampir saja bahwasanya sebaik-baik harta seorang Muslim itu ialah kambing yang diikutinya sampai ke puncak gunung serta tempat-tempat hujan -yaitu tempat-tempat yang banyak rumputnya-. Orang itu lari ke sana dengan membawa agamanya karena takut adanya beberapa macam fitnah.""
Kalimat terakhir yang sering terngiang. Why?
Setelah melihat kenyataan kita sekarang. Di mana-mana fitnah. Fitnah itu bisa berbentuk maksiat, karya tulis yang sesat, dai-dai fanatik yang pintar menyihir opini, kaum-kaum penentang syariah, pemegang jabatan yang zalim, dan lainnya . Fitnah-fitnah tersebut bagaikan para raksasa yang saling berkumpul bersatu sama lain. Sementara diri kita takut menjadi seperti mereka atau dihancurkan oleh mereka.
""Hampir saja bahwasanya sebaik-baik harta seorang Muslim itu ialah kambing yang diikutinya sampai ke puncak gunung serta tempat-tempat hujan -yaitu tempat-tempat yang banyak rumputnya-. Orang itu lari ke sana dengan membawa agamanya karena takut adanya beberapa macam fitnah.""
Kalimat terakhir yang sering terngiang. Why?
Setelah melihat kenyataan kita sekarang. Di mana-mana fitnah. Fitnah itu bisa berbentuk maksiat, karya tulis yang sesat, dai-dai fanatik yang pintar menyihir opini, kaum-kaum penentang syariah, pemegang jabatan yang zalim, dan lainnya . Fitnah-fitnah tersebut bagaikan para raksasa yang saling berkumpul bersatu sama lain. Sementara diri kita takut menjadi seperti mereka atau dihancurkan oleh mereka.
Seakan kelak...
Seakan kelak tempat aman untuk beranak pinak dan menggembala umat/keluarga adalah di tempat-tempat asing nan terpencil, seperti puncak-puncak gunung atau bukit-bukit hijau, yang meski tiada hadir tetangga, namun sandang pangan mencukupi.
Seakan kelak menggenggam agama dengan pemahaman yang benar adalah bagai menggenggam bara sembari merayap beralaskan duri-duri di dalam lubang bersisik pisau-pisau.
Seakan kelak kita harus pergi dari kota kelahiran, meninggalkan ibu bapak yang telah dahulu terbaring di pusara, hijrah menuju keterpencilan demi keamanan diri dan gembala.
Bahwa memang kita tidak bisa dan tidak boleh lari kenyataan, melainkan menghadapinya dengan keteguhan dan kebijakan. Adakah aku orang yang teguh dan bijak? Aku tak menjawab....
Seakan kelak tempat aman untuk beranak pinak dan menggembala umat/keluarga adalah di tempat-tempat asing nan terpencil, seperti puncak-puncak gunung atau bukit-bukit hijau, yang meski tiada hadir tetangga, namun sandang pangan mencukupi.
Seakan kelak menggenggam agama dengan pemahaman yang benar adalah bagai menggenggam bara sembari merayap beralaskan duri-duri di dalam lubang bersisik pisau-pisau.
Seakan kelak kita harus pergi dari kota kelahiran, meninggalkan ibu bapak yang telah dahulu terbaring di pusara, hijrah menuju keterpencilan demi keamanan diri dan gembala.
Bahwa memang kita tidak bisa dan tidak boleh lari kenyataan, melainkan menghadapinya dengan keteguhan dan kebijakan. Adakah aku orang yang teguh dan bijak? Aku tak menjawab....
No comments:
Post a Comment