oleh Hasan Al-Jaizy
Bukan akhir-akhir ini saja, melainkan sedari lama kita membaca artikel dari para penulis di media cetak maupun maya yang mengekspresikab keluhan atau sodoran tanda tanya MENGAPA berbahasa Indonesia dengan baik dan rapih menjadi perkara yang diremehkan.
Cerminan itu ada ketika kita lihat betapa banyaknya tulisan-tulisan menggunakan bahasa sms, chat atau bahasa gaul. Awalnya tidak salah menggunakan itu semua di masa yang tepat dengan orang yang tepat. Tapi, lihatlah efek dari peremehan terhadap formalitas suatu bahasa formal: rata-rata pelajar mahir mengutarakan sesuatu dengan bahasa standar umum, dan ketika mereka menggunakan bahasa yang formal, seakan dunia ini serasa dunia lain dan teman-teman tersungging bibir dengan senyum.
Jika ada cerita beberapa sarjana ngadat dalam berbicara bahasa formal, maka jangan merasa dilucukan dengan kenyataan anak-anak sekolah terdengar seperti makhluk-makhluk luar negeri atau luar angkasa ketika bicara. Bahasa gaul dalam perbincangan sesama teman adalah wajar. Tapi sewajarnya pelajar yang berpendidikan juga terlatih untuk berbicara formal sebagai modal masa depan. Kalau tidak, derajatnya sepadan dengan 'wong ndeso' yang medok logat bahasa desanya dan lemah berformal ria.
Cerminan itu ada ketika kita lihat betapa banyaknya tulisan-tulisan menggunakan bahasa sms, chat atau bahasa gaul. Awalnya tidak salah menggunakan itu semua di masa yang tepat dengan orang yang tepat. Tapi, lihatlah efek dari peremehan terhadap formalitas suatu bahasa formal: rata-rata pelajar mahir mengutarakan sesuatu dengan bahasa standar umum, dan ketika mereka menggunakan bahasa yang formal, seakan dunia ini serasa dunia lain dan teman-teman tersungging bibir dengan senyum.
Jika ada cerita beberapa sarjana ngadat dalam berbicara bahasa formal, maka jangan merasa dilucukan dengan kenyataan anak-anak sekolah terdengar seperti makhluk-makhluk luar negeri atau luar angkasa ketika bicara. Bahasa gaul dalam perbincangan sesama teman adalah wajar. Tapi sewajarnya pelajar yang berpendidikan juga terlatih untuk berbicara formal sebagai modal masa depan. Kalau tidak, derajatnya sepadan dengan 'wong ndeso' yang medok logat bahasa desanya dan lemah berformal ria.
No comments:
Post a Comment