Sunday, November 25, 2012

BUAYA


oleh Hasan Al-Jaizy

Buaya adalah hewan reptil yang menghabiskan banyak masa hidupnya di air. Sejatinya habitat hewan bermata dua bermulut satu berkepala kurang lebih mirip naga ini adalah perairan tawar seperti sungai, danau, rawa dan lahan basah lainnya, namun ada pula yang hidup di air payau seperti buaya muara. 

Dalam bahasa Arab, buaya dikenal dengan nama 'Timsaakh' [تمساخ]. Dalam bahasa Inggris, dikenal dengan sebutan 'crocodile'. Nama ini berasal dari penyebutan orang Yunani terhadap buaya yang mereka saksikan di Sungai Nil, krokodilos; kata bentukan yang berakar dari kata kroko, yang berarti ‘batu kerikil’, dan deilos yang berarti ‘cacing’ atau ‘orang’. Mereka menyebutnya ‘cacing bebatuan’ karena mengamati kebiasaan buaya berjemur di tepian sungai yang bebatuan.

Pada musim kawin dan bertelur buaya dapat menjadi sangat agresif dan mudah menyerang manusia atau hewan lain yang mendekat. Seperti juga beberapa jenis ular. Adapun ular, tidak semuanya bertelur. Ada jenis yang tidak bertelur [beranak], ada pula yang bertelur. Dan di antara jenis yang bertelur, ada yang sangat garang dalam menjaga telurnya, ada pula yang masa bodoh.

Buaya Darat

Meskipun buaya mampu hidup di dua alam, yaitu alam darat dan perairan, buaya tidak mampu hidup di satu alam lainnya, yaitu alam kubur. Halah! Ada jenis buaya yang tidak bisa hidup di perairan, entah air cetek, air laut, air sumur hingga air tuba. Buaya ini hidup hanya di darat dan menghabiskan banyak waktu untuk berburu lawan jenis. Buaya ini disebut buaya darat.

Disebut buaya darat karena banyak hal. Di antaranya: karena memang tidak bisa hidup di air. Juga, karena di daratan, ia suka 'mengintip' dan memburu mangsa diam-diam. Yang buruknya, ia dicap 'jahat', terutama oleh korban.

Buaya jadi-jadian ada kemiripan dengan buaya asli, yaitu suka mengintip. Kalau buaya asli suka mengintip dengan cara menongolkan matanya di permukaan air, buaya jadi-jadian ini suka mengintip di mana-mana. Buaya darat juga suka mengamati dan menunggu kapan masa tertepat untuk menembak. Buaya darat suka gonta-ganti pasangan. Terutama ketika sudah merasa tidak puas dengan pelayanan, service atau kesediaan korbannya.

Buaya Putih

Kali ini, kita beralih ke sesuatu yang menyinggung myth [mitos]. Banyak cerita berbeda mengenai buaya satu ini. Namun semua cerita itu tidak bisa dipertanggung jawabkan keabsahannya. Ada cerita dari Maluku, legenda buaya putih. Yaitu di Danau Tolire. Konon dahulu itu adalah perkampungan biasa yang penduduknya dikutuk dan dimurkai penguasa. Mereka semua pun berubah menjadi buaya putih ketika tempat itu berubah menjadi danau. Jadi, jika ada buaya putih terlihat di sana, maka penduduk sekitar akan menganggap bahwa buaya itu adalah leluhur.

Konyolnya, orang-orang sekitar mengatakan bahwa buaya-buaya putih di danau itu tidak bisa dilihat kecuali oleh orang yang hatinya benar-benar bersih. Ada juga yang membuat kepala Anda geleng-geleng:

"Katanya jika kita melempar benda ke danau tersebut sekeras apapun benda tersebut tidak akan pernah menyentuh permukaan danau. Kebanyakan wisatawan yang datang ke danau ini tidak hanya menikmati pemandangan tetapi juga ingin mencoba kebenaran legenda setempat.

Akibatnya disekeliling danau dijual batu kerikil khusus untuk dilempar kedalam danau. Benar saja, tidak ada satu orang pun yang berhasil menyentuh permukaan danau. Batu yang dilempar seperti ditahan oleh kekuatan gravitasi tertentu. Menurut penduduk setempat kekuatan Buaya Putihlah yang menahan batu2 tersebut agar tidak mengenai permukaan danau." [http://rensenpelawi.blogspot.com/]

Begitu juga di daerah Situ Gintung, dikenal ada siluman buaya putih. Kalau sudah dianggap siluman, ya seharusnya orang-orang tahu bahwa itu adalah jin. Simple saja sebenarnya. Jin mewujudkan diri sebagai buaya berwarna putih agar manusia takut atau diagungkan manusia. Se-simple itu? Tapi, mungkin karena manusia nya yang belum menggunakan akal dengan baik, mereka malah ketakutan dan mengagungkan. Ya tambah senang lah si Silu Man, sohibnya Ultra Man.

Boleh difikirkan juga, kenapa kok Buaya Putih? Kenapa tidak Buaya Merah? Padahal lebih seram. Mewujudkan neraka, atau darah. Atau Buaya Pelangi!

Buaya Darat Putih

Nah, ini baru keren. Gabungan antara mitos dan perwujudan nyata. Tapi, kita cukupkan sampai di sini dulu. Kapan-kapan kita sambung lagi. Jaka Sembung Bawa Golok....Jokowi-Ahok!

No comments:

Post a Comment