Tuesday, November 6, 2012

Kuto Ijo [The Kuto of Money]

oleh Hasan Al-Jaizy

Di antara kota-kota yang pernah saya kunjungi di siang hari, yang jelek cuma satu kota: yaitu kota kelahiran saya sendiri. 

Dulu kota ini masih banyak bagus-bagusnya. Sekarang mulai banyak jelek-jeleknya. Jadinya jelek. Sesuatu dinilai dari kebanyakannya. Senyuman orang-orang sekarang tidak seenak dulu dipandangnya. Dan mereka secara umum adalah orang-orang matre namun paling tidak ingin disebut matre. Banyak pemeras merajalela, baik itu di pasar, di jalan, bahkan antar tetangga. Bahkan guru ngaji di mushalla pun ada yang mahir koruptor. Sudah dikenal seperti itu, masih saja diundang untuk event-event religius. Holy crap!

"Jangan menggerutu. Jangan mengeluh."

Baiklah. Saya tidak menggerutu. Saya tidak mengeluh. Apa benar ini yang namanya menggerutu dan mengeluh?

"Ya. Itu adalah gerutu dan keluhan."

Baiklah. Orang beropini apakah tidak boleh?

"Boleh, kita bebas beropini."

Baiklah. Kalimat Anda di atas: 'Itu adalah gerutu dan keluhan' adalah opini. Saya beri Anda kebebasan beropini, dan mohon jangan cegah saya beropini.

No comments:

Post a Comment