Monday, November 5, 2012

...dan Orang-orang Tua Pun Menangis


oleh Hasan Al-Jaizy


5

Ada seorang pemuda yang berkhidmat pada ayahnya. Ia terlihat sungguh berbakti. Ayahnya adalah seorang yang tua renta. Tak mampu banyak berjalan. Ia sangat mencintai anaknya; disebabkan baktinya yang melangit.

Namun, suatu waktu setan berbisik pada anak itu. Bisiknya bahwa ayahnya ini kian lama kian membebani. Semakin hari bergulir, semakin bertambah bebannya. Dan ia pun tidak digaji sebagai imbalan bakti. Sayangnya, sang anak menyimak kalimat setan itu dan membenarkan.

Di hari lain, si anak mengajak ayahnya untuk jalan-jalan. Ia ingin berdua bersamanya mencari angin di padang yang luas. Tak ragu sang ayah setujui ajakan itu. Ia bertambah senang dengannya.

Maka mereka berdua pun pergi ke padang yang tiada siapapun selain keduanya. Sang ayah tercekat kaget melihat anaknya tiba-tiba memegang pisau dan berjalan mendekat menujunya.

"Apa yang hendak kau lakukan, anakku?"

"Aku hendak membunuhmu!"

"Gerangan apa yang buatmu putuskan itu? Hendakkah engkau hancurkan orang yang dahulu membesarkanmu?"

"Aku sudah lama terbebani oleh hidupmu. Dan aku tak mendapat apa-apa dari upayaku untukmu. Sementara, kian hari aku semakin terbebani! AKu merasa diperbudak. Aku hendak membunuhmu!"

Si anak sudah benar-benar bertekad membunuh ayahnya. Segala upaya ayah untuk melunakkan hati anaknya tak terijabah.

Ayah pun berkata dengan putus asanya, "Jika inginmu membunuhku, maka bunuhlah aku di batu besar itu!" Si anak pun memandang sebuah batu besar yang ditunjuk ayahnya.

Anak itu pun terkejut dan merasa aneh dengan pintaan ayahnya. "Jika aku membunuhmu di sini ataupun di sana, kau tetap akan menjadi mayat dan membangkai. Tiada beda. Lalu mengapa engkau membuat peraturan dan meminta???"

Ayahnya pun menjawab:

"Karena di batu besar itulah dahulu aku menyembelih kakekmu. Dan kelak ketika engkau sudah seusiaku, anakmu juga akan melakukan yang sama seperti yang akan kau lakukan padaku sekarang."

Mendengar itu, si anak pun gemetar ketakutan. Pisau yang ia pegang pun terjatuh. Begitu juga dengan jasadnya. Ia kemudian menangis...memeluk kaki ayahnya. Memohon maaf tak henti. Dan mereka berdua pun merendamkan jiwa dalam tangisan.

[kisah ini dari kajian Syaikh Muhammad Asy-Syirbiny, "AL-Hayaatu Madrasah". Semoga memberi pelajaran bagi yang menggalinya dari kisah ini.]

2 comments:

  1. Ya Allaah mungkin inilah yang dimaksud Aljazaa min jinsil 'amal

    ReplyDelete
  2. Ya Allaah mungkin inilah yang dimaksud Aljazaa min jinsil 'amal

    ReplyDelete