"Apa yang kau cari, Ki?" Ki Lambad memberanikan diri tuk bertanya.
"Aku sedang mencari sumber energi yang menghalangi pencabutan pusaka. Kita gagal karena itu!" jawab Ki Joko marah. Ia berkali-kali menggeram dan berbisik tak menentu.
"AAAAARGHHH...." tiba-tiba salah seorang dari pendekar silat hijau mengaum. Ia kesurupan. Meronta dan memberontak. Kawan-kawannya panik. Ki Joko semakin marah. Malam ini benar-benar tak semulus rencananya. Pendekar kesurupan itu masih meronta tak jelas. Tidak ada kalimat dari bahasa manusia terdengar dari geraman ngerinya.
Ketiga pendekar masih mengintip sembari terus membaca wirid dengan bisikan-bisikan. Mereka benar-benar berazam membatalkan ritual itu. Asa mereka betapa tinggi adanya. Ki Joko pun memegang bahu dan leher belakang pendekar kesurupan. Komat-kamit mulutnya membaca SMS...eh, membaca mantra. Nawawi hampir saja merogoh HP nya. Tadinya ia mau mengabadikan peristiwa ini dengan merekam videonya lalu mengomentari, "Ada yang kesurupan nih, ciiin," tapi lagi-lagi ia teringat dalang yang suka menjitak sembarangan.
Pendekar kesurupan itu berhenti kesurupan. Ki Joko Bedon terduduk di tempat semula. Semua dimintanya untuk duduk tenang. Kali ini, mereka diminta untuk melafadzkan doa-doa tertentu. Dan yang terakhir, mereka melafadzkan kalimat 'Ya Wajdi' ramai serempak. Sehingga yang timbul adalah keramaian. Keramaian itu malah menambah kengerian. Aura aneh mengental. Ketiga pendekar pengintip tidak melafadzkan ayat-ayat dengan berbisik lagi, melainkan mulai mengeluarkan suara. Suara mereka bertiga dari ilalang tak terdengar oleh 8 peritual tersebut karena kalah besar.
Aura negatif semakin mengental. Seolah-olah mewujudkan kehadiran banyak makhluk astral. Rudi Kawilarang dengan botaknya pun muncul, menjadi presenter di acara Masih Dunia Lain. Tiba-tiba dalang melambaikan tangan. Tampaknya ia tak kuat beruji nyali. Tapi kemudian si dalang mengepalkan tinjunya. Oh, rupanya ia marah besar dan berkata, "Jangan bercanda! Ayo, benang merahnya! Ini waktu hampir habis. Saya mau pergi kondangan temen bentar lagi. Malah pada bercanda!"
Baiklah!
Tiba-tiba tanah di bawah kendi kembali bergetar dan mengepullah asap-asap halus. Ki Joko Bodo semakin kuat getaran tangannya. Nafasnya semakin terdengar tertahan hingga seperti seorang jompo sedang ngeden.
Beberapa telur mulai melayang dan mengeluarkan asap. Tanah semakin bergetar. Asap semakin mengepul. Bacaan ritual semakin mengeras. Suasana semakin mengerikan. Suyuthi semakin semangat membaca ayat. Nawawi dan SYirozi semakin deras membaca ayat. Mereka bertiga semakin yakin ritual itu harus digagalkan. Suara-suara Ya Wajdi semakin mengeras. Ki Joko semakin terdengar suara ngedennya.
Dan akhirnya...
"Ctar! Ctar! Ctar!" Telur-telur yang tadinya melayang langsung pecah. Kendi pun terbelah. Airnya merembes ke tanah. Berasap. Bambu-bambu yang tertancap terjatuh seketika. Dan seketika...
Purnomo mental kembali! Ia meraung kesakitan!
Apa yang terjadi???
....
No comments:
Post a Comment