Monday, November 12, 2012

Mengejar Wahabi

oleh Hasan Al-Jaizy

Di beberapa daerah, Wahabi dikejar-kejar. Ada juga di suatu daerah, Wahabi diusir. Tapi, mau sampai kapan pun, Wahabi malah tambah nyebar.

Dongkolnya Pak De Su'aid sudah memuncak ketika dia melihat Suyuthi pulang dari ziaroh ke pondok Wahabi yang selama ini ia musuhi. Bahkan koran Terjajah sudah meliput dan menerbitkan hasil wawacandanya terkait pondok itu. 

Suatu hari, Pak De Su'aid berniat berbincang 4 mata dengan beberapa orang kepercayaannya secara terpisah waktu. Dia ingin mendapat masukan bagaimana caranya mengenyahkan Suyuthi tanpa dimarahi Haji Asnawi. Dan juga bagaimana memfitnah pondok sawah itu.

Orang pertama yang ditemui adalah dia yang disebut Syaikh Than, seorang kadzuub [pendusta kelas bawal merah]. Syaikh Than memiliki reputasi buruk sehingga pernah mendapat ban dan blokir dari beberapa admin forum-forum. Ia juga punya link menuju orang-orang Syi'ah, satanis kuburan. Percakapan mereka pun diadakan di bawah rimbunan pohon bambu. Tepat di purnama ke 2 pada bulan ke tujuh.

Pak Su'aid: "Bagaimana ini, gus Than!? Saya sudah tidak punya alih sabar ingin menendang anak itu. Apa hendaknya petuahmu agar aku melakukan sesuatu?"

Syaikh Than: "Tenang saja, Ki Sanak. Jangan gegabah dan terlalu kentara. Pasukan Mataram yang kita tahu, mereka ingin tegakkan NKRI terang-terangan. Mereka terlalu mencolok di mata rakyat. Sementara mereka sendiri tidak punya prinsip yang teguh selain kalimat, 'NKRI harga mati!'. Meskipun kita termasuk dari mereka, tetapi kita pergunakan cara lain!"

Pak Su'aid: "Rupanya aku sedang mendengar sebuah permulaan dari nasihat bijak dari engkau. Gerangan apa yang hendak kau sarankan untuk hamba?"

Syaikh Than: "Kau tahu aku memiliki kemampuan menyihir manusia dengan penaku dan kedustaanku?"

Pak Su'aid: "Maksudmu, tongkat sihirmu semacam pulpen or something?"

Syaikh Than: "Gila lu, Ndro. Tentu saja tidak. Kan sudah saya beri Combantrin. Haduh....fikirkan baik-baik, Ki Sanak. Aku bisa membuat 3 trilogi kitab yang semuanya telah tertata di fikiranku."

Pak Su'aid: "Saya berfikir ide mu pasti HEBAT!"

Syaikh Thann: "Ya iyalah! Masa Ya IAIN. Itu mah kampus anak saya!"



Pak Su'aid: "Bercanda deh...bercanda deh! Ayo, benang merahnya. Tolong bantu saya ya! Baiklah. Apakah trilogi itu?"

Syaikh Than: "Aku akan beri ia 3 judul:

[1] Taring Serigala Wahabi di Jurang Jahanam
[2] Mereka Memalsukan Golongan Karya
[3] Tersesat Di Tengah Belantara Manhaj

Kau tenang saja, Ki Sanak. Dengan kedustaan yang aku memiliki kualitas akannya, akan ku terbitkan 3 karyaku itu sebelum malam purnama pertama di bulan kesebelas. Di malam itu aku menunggu ki Sanak di bukit pertapaanku."

Pak De Su'aid pun senang dengan adanya teman yang memperkuat misinya.

Tapi ternyata setelah trilogi itu sudah menyebar di seluruh kekuasaan Majapahit, Padjadjaran, bahkan hingga ke Hongkong, Wahabisme malah semakin merajalela. Justru semakin banyak orang ingin tahu Wahabi itu apa. Suyuthi, yang tadinya hidup tidak semangat dan kelihatan sedih plus capek, menjadi segar bugar. Ia tiap minggu mengisi kajian di masjid-masjid kota untuk memperkenalkan Wahabi kepada rakyat jelata.

Kenyataan ini membuat Pak De Su'aid semakin dongkol! Terlebih jagoannya, Syaikh Than, sudah mulai terkelupas kulit-kulitnya karena kedinginan dan kelamaan bersembunyi di kulkas. Demi apa? Demi bertapa dan menghindari kejaran Wahabi. Kini sudah mulai bertebaran kitab-kitab bantahan terhadap trilogi Syaikh Than.

Sementara petinggi kerajaan, mereka tidak peduli terhadap perkara itu. Yang sedang mereka pedulikan adalah pemberantasan teroris. Biarkan saja perguruan Wahabi dan Pondok Hijau berantem. Kalau perlu dikompori malah. Dikipas-kipas. Beri upeti pada beberapa pengabar agar mereka menyihir rakyat untuk memusuhi siapa. Begitu juga untuk urusan terorisme, sumpel mulut-mulut pengabar dengan upeti sehingga mereka bisa mewartakan yang dimahui kerajaan.

Wahabi, tidak akan dikejar kerajaan. Kecuali jika ternyata Wahabi tampak ingin memberontak dan 'merugikan'. Tapi, jika keberadaannya tidak merugikan atau malah menguntungkan, elus-elus biar tenang. Tanpa perlu beri upeti.

============================

Pak De Su'aid pergi ke bukit pertapaan dan persembunyian Syaikh Than. Ia pun memasuki Gua Tujuh Tengkorak yang hanya pendekar berilmu tinggi bisa melihat keberadaannya. Di sebuah ruang gelap, ia meraba-raba. Sesuatu yang dicari-cari tidak ditemukan. Karena sulit, akhirnya ia mengeluarkan seperempat dari tenaga dalamnya untuk memusatkan titik fikiran dan pencarian. Nah, akhirnya ketemu juga....stop-kontak untuk menyalakan lampu.

Teranglah ruangan itu. Ada kulkas di ujung sana. Pak De Su'aid membukanya. Hawa dingin menyeruak. Syaikh Than sedang bersemedi dan terbelalak matanya.

Syaikh Than: "Kau datang tepat pada waktu yang kutentukan."

Pak De Su'aid: "Begitulah, Ki Sanak."

Syaikh Than: "Aku ingin tahu bagaimana tusukan-tusukan sihir dan bola api yang kuhembuskan di trilogi ku itu. Bagaimana keadaannya? Seberapa sukses?"

Pak De Su'aid: "Gagal maning, Son!"

Syaikh Than: "Kakek Aaane!"

[tulisan ini hanyalah fiktif belaka. Jika ada kesamaan atau keserupaan nama dan sifat pemeran, maka salahkan dirimu sendiri. Memangnya saya nyuruh situ nyama-nyamain?]


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/462175293823861

No comments:

Post a Comment