Friday, November 30, 2012

Merebut Lahan Kuburan Keramat


oleh Hasan Al-Jaizy

Ini adalah sebuah risalah dari si miskin untuk siapapun yang juga miskin.

Dulu, dakwah ini tidak terlihat gemilang cahayanya nan megah seperti sekarang. Era 90-an, ketika itu ustadz-ustadz yang kau panuti sekarang, adalah dai-dai 'lugu' dan sederhana. Ikhlasnya mereka berjuang demi ilmu dan amal begitu tebal. Era 90, ketika belum banyak yang membuka mata mengenai Sepilis. Era 90, ketika mungkin Anda [seperti saya] masih ingusan, atau Anda belum kenal apa-apa tentang Muhammad bin Abdul Wahhab.

Gloria millenium. Tahun 2000 datang. Gerakan Sepilis semakin menjadi-jadi. Dan setelah tahun itulah puncak-puncak serangat mereka terhadap syariah. Adapun kaum hijau, tak bersatu lagi semenjak partai di Indonesia tidak 3 lagi. Akhirnya bermunculan lah sempalan-sempalan Islami di negeri ini. Namun, dakwah yang kini disebut 'nyawah' perlahan demi perlahan makin exist. Ustadz-ustadz yang kau kagumi sekarang, baik itu kini menjadi bintang idola podium atau penyenang hatimu melalui siaran radio, ketika itu sebagian mereka masih dalam tahap belajar. Jikalau ada dari mereka yang sudah memiliki majelis, itu hanya beberapa.

Dan dimulai sekira 2005, dunia Internet melesat. Semakin kemari, semakin menyebar dakwah kebenaran. Semakin banyak yang kenal. Dan mungkin Anda adalah salah satu dari mereka. Atau, jangan-jangan saya juga!? Tidak ada salah kenal kebaikan dari Internet. Yang salah adalah ketika setelah kenal kebaikan, lalu menjadikan kebaikan itu jubah raja untuk dipamerkan ke orang awam dan menertawai. Yang juga salah adalah ketika dengan kebaikan itu, kita berkelompok-kelompok namun menuding kelompok lain berkelompok.

Sebentar lagi akan datang 2013. Tahun-tahun belakangan, pengunjung semakin membludak. Bahkan tahun ini, 2 kali kajian syaikh dari padang pasir berhasil menghadirkan jumlah manusia yang jika kita melihatnya dari kaca 2005, kita tak akan melepaskan kalimat Subhanallah sehari penuh. Semakin banyak dan mengalirnya, menunjukkan berkahnya dakwah para asatidzah.

Setan Bermain

Namun, setan terus bermain. Tiap amalan hamba dan pergerakan umat terlaku, ada setan yang berjuang menaruh andil untuk mencelupkan kebaikan dalam sumur keburukan.

Bagaimana caranya memecah belah antar anggota tubuh dalam satu jasad?
Bagaimana caranya agar membuat mata tak lagi terjaga hingga masa sahur karena salah satu anggota tubuh lainnya terluka?
Bagaimana caranya agar si jenggot berhasil menampar si jenggot lainnya dengan jenggotnya?

Ini jawabannya:

FITNAH REBUTAN LAHAN + GESEKAN PRIBADI

Ketika seseorang masih kecil, ia bisa terfitnah karena keluguannya. Namun, ketika ia membesar, ia bisa terfitnah karena kedewasaannya. Entah dengan WANITA, HARTA, atau TAHTA.

Begitu juga dengan para dai/ustadz/alim. Dai, ketika masih belajar, bisa terfitnah dengan harapan-harapan tinggi. Seperti: ingin cepat turun ke umat dan naik ke mimbar, ingin dilihat, ingin dipuji dan seterusnya. Lalu, ketika sudah menjadi dai kondang atau ustadz masyhur, apakah fitnah dan makar setan berhenti?

Jawabannya: TIDAK. Bahkan justru semakin bertambah tekanan fitnahnya. Jika fitnah itu berasal dari kaum-kaum musyrikiin dan penganut tarekat bid'ah, maka itu wajar. Itu sudah terjadi sejak zaman Nabi. Namun fitnah yang ini sifatnya modern.

Apakah Wanita? Harta? Tahta?

Ustadz yang terjebak fitnah wanita, dengan segera akan tenggelam dan dilupakan manusia. Ingat bagaimana media menendang seorang Aa Gym? Padahal beliau berpoligami dan itu sah. Bukan perzinahan. Bukan sebuah fitnaha seorang pria mencintai lebih dari satu. Lalu bagaimana dengan ustadz yang terfitnah dengan wanita sehingga menjalin hubungan ilegal? Hilang!

Harta? Sekarang banyak sudah ustadz-ustadz pencari harta. Bahkan yang ilmunya secetek genangan air di jalanan kota pun ikut ngustadz demi mendapat harta. Habib Curhat pun akhirnya mendapat berkahnya setelah memeras korban pelaporannya. Kuburan-kuburan keramat pun menjadikan ustadz-ustadz tersebut ladang rezeki. Sungguh teramat hina!

TAHTA. Inilah yang sedang menjadi fitnah di antara asaatidzah. Berbicara mengenai tahta, ridha manusia, banyaknya pengikut, banyaknya pendengar, nama, pamor dan selanjutnya. Yang dahulu adalah teman, kini bermusuhan. Satunya menuding, 'Antum Khawarij!' dan satunya lagi menuding, 'Antum Murji'ah!' sementara murid-murid menjadi sumbu kompor. Murid-murid tidak salah apa-apa, tapi malah mereka yang kebakaran. Murid-murid masih pada bodoh, tapi malah fitnah merambat ke mereka lebih dahsyat.

AKhirnya: guru kencing berdiri, murid kencing berdiri di atas gurunya. Murid-murid semakin menggila. Dan itu karena ketidakwaspadaan ustadz2 mereka dalam menjaga harmonisasi antara dai dan rekan dakwah.

Rebutan Lahan dan Gesekan Pribadi. Intinya 2 hal itu. Faktornya 2 hal itu. Zahirnya kelihatan hampir mustahil namun itulah kenyataannya. Kita tidak menuduh individu tertentu sedang merebut lahan atau mempertahankan lahannya. Jangan dikira tuduh menuduh dan tuding menuding juga tahdzir mentahdzir plus jarh menjarh sekarang semuanya murni nasihat. Hell, no. Tuduhan, tudingan, tahdzir dan jarh modern kini terbalut dan tercampur dengan E.M.O.S.I. dari beberapa guru yang kurang bisa menjaga keguruannya di depan murid. Hingga murid ikutan esmosi. Masing-masing saling lempar bata.

Bisa jadi seorang guru menjarh guru lain yang tadinya teman dekat karena merasa lahannya tersaingi. BISA dan ini nyata. Bisa jadi dikarenakan permasalahan pribadi. Gesekan individual. Karena beda pemikiran sedikit.

Bahkan dahulu, sekitar 2004, ada sebuah pertemuan antara guru-guru di sebuah hotel di Jakarta. Ada seorang 'guru agama' yang namanya sedang terangkat di tengah umat, dengan tanpa tabayyun dan dengan mudahnya menunjuk seorang 'guru agama' yang lebih tua+senior darinya di depan mukanya. Dan itu dilakukan di depan guru-guru lain. Guru senior itu rupanya belum lama telah diundang untuk berdebat dengan pentolan JIL di sebuah kampus besar. Dan guru senior tersebut, menjadi lawan JIL ditemani seorang dai jihady, yang juga tidak lepas dituding Khawarij. Disebabkan duduk bersama melawan musuh Islam inilah, guru senior ini dipermalukan seenaknya tanpa tabayyun dan mengerti kondisinya.

Alasannya:

"Antum telah mencoreng-moreng dakwah S dengan duduk bersama orang itu!"

Dijawab oleh guru senior, "Saya di sana TIDAK MENGATASNAMAKAN dakwah S"

Guru junior yang sedang dalam euforia kemasyhuran dan baru terangkat namanya ini masih saja menuding-nuding dengan tidak sopan. Lalu, mengharamkan manusia membeli CD rekaman kajian guru senior itu. Padahal dahulu, ketika guru junior ini masih belum punya 'lahan' besar, ia pernah dikerubuti massa karena ditentang. Lalu, yang membelanya adalah guru senior tersebut dengan pena. Ditulis di koran dengan pembelaan. Dan sekarang, ketika sudah punya 'lahan' besar dan berpotensi, mana sopannya? Ke mana pergi adabnya pada orang lebih tua?

Dan syukur-syukur sang guru senior tidak mengambil gesekan antar pribadi itu sebagai modal siaran untuk disiarkan ke umat. Beda dengan sekarang, gesekan antar pribadi beberapa guru, malah dijadikan topik utama dan bahan perbincangan antar murid.

Sehingga....

Tersebarlah berita perpecahan dengan adanya seorang guru yang divonis 'menyimpang' karena sekarang ia berpemahaman teroris. Lalu, aib-aibnya dan artikelnya pun disebarkan ke semua murid di pasar. Lalu murid-muridnya yang sebenarnya jahil [tidak tahu] asal usulnya pun dengan tega menyebarkan ke semua orang.

Yang Anda lihat sekarang, yang Anda kira adalah sebuah penyimpangan dari seorang guru besar, sebenarnya itu disebabkan oleh:

"Fitnah Rebutan Lahan dan Gesekan Pribadi"

No comments:

Post a Comment