oleh Hasan Al-Jaizy
"Susan...Susan...Susan...kalau gede, mau jadi apa?"
"Aku kepingin pintel, bial jadi doktel."
"Hasan...Hasan...Hasan...kalau gede, mau jadi apa?"
"Aku kepingin pintel, bial jadi intel."
Cita-cita di masa kecil. Ketika kamu menyaksikan beberapa anak perempuan bermain dokter-dokteran atau masak-masakan, tanyakan pada mereka tiba-tiba? "Kamu kalau sudah besar, mau jadi apa?"
Yaitu cita-cita masa kecilmu dahulu. Cita-cita yang terlupa. Dulu, ketika senangnya mendapat tas setelah lomba tahfidz, pernah ku bercita menjadi seorang hafidz kelak. Dan seolah zaman telah mengubur mimpi di pemakaman sepi. Ketika ada hasrat menggali kembali kuburan itu, saya mendapat masalah baru. Apakah itu? Tidak tahu dimana letak ia terkubur!
Dulu kau adalah calon seorang dokter. Kira-kira itulah yang kau lafadzkan dengan lisanmu yang belum baligh. Lihatlah sekarang? Rupanya kamu bukan, bukan?
Dulu kau adalah calon seorang insinyur. Itu katamu setelah ayahmu berkata bahwa menjadi insinyur itu hebat. Lihatlah sekarang? Rupanya kamu bukan, bukan?
Jika kamu ingin mengenang sesuatu yang cukup patut dikenang dari masa kecilmu, kenanglah cita-cita dan impianmu dahulu. Bisa saja dahulu kau ingin menjadi seorang guru desa, namun rupanya kini kau adalah seorang pengusaha berjaya di kota!? Bisa saja kau dahulu ingin seperti Dono, Kasino dan Indro, namun rupanya kini kau adalah seorang penjelajah Sewu Kuto!?
Pelajarannya bukanlah dahulu cita-citamu jelek atau rendahan. Melainkan, fikirkan betapa hidup manusia bertahap dan berubah. Tahap-tahap itu berpengaruh pada pemikiran dan kecondongan jiwa. Seorang berusia 15 tahun bercita ingin menjadi penerus Superman Is Dead, namun 15 tahun kemudian ia malah menjadi direktur; karena mungkin lingkungan merubah, fase kehidupan juga berandil mengubah.
Fikirkan dan runut kembali dahulu kau bukanlah siapa-siapa...
dan tanya kembali, sekarang kau ini siapa?
Dan sudahkah kau menjadi seseorang bagi siapapun orang?
Atau kau masih berharap siapapun menjadi orang untukmu?
Cita-cita lama...usang...kuno...ada yang terkubur...ada yang tinggal belulang...ada yang tak tersisa sama sekali ingatan akannya. Kenangan itu bisa menjadi seloroh dan lawakan. Tapi makna perjalanan kehidupan yang beragam mewujudkan perubahan setitik demi setitik padamu.
Bukankah sejarah dewasakan manusia?
Ya, sirah hidup dewasakan empunya.
"Aku kepingin pintel, bial jadi doktel."
"Hasan...Hasan...Hasan...kalau
"Aku kepingin pintel, bial jadi intel."
Cita-cita di masa kecil. Ketika kamu menyaksikan beberapa anak perempuan bermain dokter-dokteran atau masak-masakan, tanyakan pada mereka tiba-tiba? "Kamu kalau sudah besar, mau jadi apa?"
Yaitu cita-cita masa kecilmu dahulu. Cita-cita yang terlupa. Dulu, ketika senangnya mendapat tas setelah lomba tahfidz, pernah ku bercita menjadi seorang hafidz kelak. Dan seolah zaman telah mengubur mimpi di pemakaman sepi. Ketika ada hasrat menggali kembali kuburan itu, saya mendapat masalah baru. Apakah itu? Tidak tahu dimana letak ia terkubur!
Dulu kau adalah calon seorang dokter. Kira-kira itulah yang kau lafadzkan dengan lisanmu yang belum baligh. Lihatlah sekarang? Rupanya kamu bukan, bukan?
Dulu kau adalah calon seorang insinyur. Itu katamu setelah ayahmu berkata bahwa menjadi insinyur itu hebat. Lihatlah sekarang? Rupanya kamu bukan, bukan?
Jika kamu ingin mengenang sesuatu yang cukup patut dikenang dari masa kecilmu, kenanglah cita-cita dan impianmu dahulu. Bisa saja dahulu kau ingin menjadi seorang guru desa, namun rupanya kini kau adalah seorang pengusaha berjaya di kota!? Bisa saja kau dahulu ingin seperti Dono, Kasino dan Indro, namun rupanya kini kau adalah seorang penjelajah Sewu Kuto!?
Pelajarannya bukanlah dahulu cita-citamu jelek atau rendahan. Melainkan, fikirkan betapa hidup manusia bertahap dan berubah. Tahap-tahap itu berpengaruh pada pemikiran dan kecondongan jiwa. Seorang berusia 15 tahun bercita ingin menjadi penerus Superman Is Dead, namun 15 tahun kemudian ia malah menjadi direktur; karena mungkin lingkungan merubah, fase kehidupan juga berandil mengubah.
Fikirkan dan runut kembali dahulu kau bukanlah siapa-siapa...
dan tanya kembali, sekarang kau ini siapa?
Dan sudahkah kau menjadi seseorang bagi siapapun orang?
Atau kau masih berharap siapapun menjadi orang untukmu?
Cita-cita lama...usang...kuno...ada yang terkubur...ada yang tinggal belulang...ada yang tak tersisa sama sekali ingatan akannya. Kenangan itu bisa menjadi seloroh dan lawakan. Tapi makna perjalanan kehidupan yang beragam mewujudkan perubahan setitik demi setitik padamu.
Bukankah sejarah dewasakan manusia?
Ya, sirah hidup dewasakan empunya.
No comments:
Post a Comment