Friday, November 9, 2012

HIDUPMU INSPIRASIMU : [5] "Biarkan Angin dan Badai Menyerangmu; Karena Kamu Adalah Kamu!"


oleh Hasan Al-Jaizy

Di Andalusia pernah ada seorang saudagar kaya nan terkenal. Ia terlibat persaingan bisnis dengan 4 orang saudagar lainnya di negara itu. Mereka semua membencinya dan berniat mengganggunya.

Suatu pagi saudagar itu keluar rumah menuju tokonya. Ia memakai baju putih dan juga surban putih. Di jalan, ia berpapasan dengan salah satu dari 4 pesaingnya. Dipandanginyalah surban itu dan berkata, "Duhai...alangkah bagusnya surban kuning ini!"

Saudagar: "Di mana matamu? Surban ini putih warnanya. Bukan kuning!"

Pesaing 1: "Tidak. Ia berwarna kuning. Kuning dan bagus."

Saudagar itu meninggalkannya dan berlalu. Beberapa langkah kemudian ia bertemu pesaing kedua. Pesaing 2 ini ucapkan salam padanya dan memandang surbannya. Lalu berkata, "Sungguh tampannya Anda hari ini. Pakaian Anda bagus sekali. Terlebih surban hijau ini."

Saudagar: "Ayolah...surban ini berwarna putih."

Pesaing 2: "Bukan! Hijau ia punya warna."

Saudagar: "Putih! Enyahlah kau dari pandanganku!"

Lalu ia pun berlalu sambil menggerutu dalam hati. Berulang kali ia pandangi ujung surbannya yang menjuntai di pundak. Ia memastikan dengan pasti putihnya warna surban.

Ia tiba di tokonya dan hendak memutar gembok. Tiba-tiba pesaing 3 menghampiri dan berkata," Hey, Anda tampan sekali pagi ini. Pakaian Anda bagus sekali. Semakin sempurnalah Anda dengan surban biru ini."

Saudagar itu memandangi surbannya dan mengucek-ucek matanya. Ia berkata, "Kawan, surban ini berwarna putiiiiiiih!"

Pesaing 3: "Oh, tidak. Warnanya biru. Tapi bagaimanapun ia adalah surban yang bagus. Jadi, janganlah bersedih." Lalu pesaing 3 pun pergi meninggalkan saudagar itu yang kemudian memekik:

"Surban ini putiiiiiiiiih!"

Ia duduk sejenak di dalam tokonya. Masih terpaku matanya pada surban. Mendadak pesaing 4 masuk ke dalam toko. Lalu berkatalah ia, "Hai, fulan! Masya Allah! Di mana Anda membeli surban merah ini?"

Saudagar berteriak: "SURBANKU PUTIH!"

Pesaing 4: "Tidak, merah!"

Saudagar: "Tidak, hijau. Bukan! Tetapi putih! Tidak! Ia biru! Bukan! Hitam!" Lalu tertawa. Kemudian menjerit. Tak lama kemudian menangis. Lalu berdiri sambil melompat.

Tak berselang banyak hari kemudian, saudagar tersebut terlihat di jalanan Andalusia. Ia menjadi gila dan dilempari kerikil oleh anak-anak.

[cerita ini dihikayatkan oleh Syaikh Al-Arify dalam Istamti' bihayaatik yang bersumber dari kitab Thauq Al-Hamamah karya Ibnu Hazm]

====================

Opini manusia terhadapmu bisa menjadi penajam kehebatanmu. Tapi, bisa pula menjadi penghancur jiwamu. Tidak semua pandangan mereka kau telan dan cerna begitu saja. Karena ada saja di antara teman bahkan saudara yang hendaki jatuhnya dirimu. Meskipun kalimat mereka dihias dengan keindahan hingga pujian.

Ketika kau pergi mendaki gunung, angin semakin kencang dan udara semakin dingin. Jika pendakianmu di musim dingin, kabut dingin akan menyelimuti dan menihilkan pandangan ke depan dan ke atas. Semakin ke atas, kau akan bertemu badai.

Kau mungkin akan berfikir tuk berhenti sejenak menunggu badai berlalu. Namun, sampai kapan kau berhenti? Sementara badai pun belum tentu hendak berlalu esok hari. Terlebih perbekalanmu tak mencukupi kehidupan berpanjang zaman. Kau akan mati dalam rehat perjuangan.

Maka, teruskanlah perjuangan dan pendakian. Karena bisa saja badai itu dari jauh tampak ganas, namun rupanya tak seganas yang terkira.

================

Kau adalah kau yang bukanlah dia atau mereka. Jika kau menuruti semua opini dia dan mereka, maka kau kehilangan dirimu dan potensimu. Dan inilah problematika orang-orang yang terlalu dihantui ucapan dan kritik orang lain.

Yang ku ingin pesankan padamu: Jika kau sudah yakin sorbanmu berwarna putih dan nyata sangat, maka jangan biarkan seratus opini lawanmu menumbangkan keyakinanmu. Mereka akan katakan ia berwarna jingga, violet, ungu dan seratus warna lain.

Jika kritik dan tudingan tidak bersifat membangun atau berlawanan dengan kenyataan yang nyata kau yakini, maka enyahkan buah lisan mereka. Teguhlah dan biarkan badai sibuk sendiri.

Orang-orang yang sudah menegakkan panji di puncak kesuksesan adalah mereka yang dahulu bercumbu dengan badai kritik. Mereka bisa memilih mana kritik yang benar mengasah dan mana kritik yang murni mendengki.

Jika kau merasa lemah dan takut akan kritik, maka jangan pernah membawa panji dan jangan pernah memulai apapun dari kaki gunung. Karena kau takkan sampai di puncak.

....

Hidupmu...inspirasimu...hidupmu...inspirasi untuk selainmu...maka lihatlah ayat-ayat, di sanalah berjuta inspirasi untukmu.

Di Andalusia pernah ada seorang saudagar kaya nan terkenal. Ia terlibat persaingan bisnis dengan 4 orang saudagar lainnya di negara itu. Mereka semua membencinya dan berniat mengganggunya. Suatu pagi saudagar itu keluar rumah menuju tokonya. Ia memakai baju putih dan juga surban putih. Di jalan, ia berpapasan dengan salah satu dari 4 pesaingnya. Dipandanginyalah surban itu dan berkata, "Duhai...alangkah bagusnya surban kuning ini!" Saudagar: "Di mana matamu? Surban ini putih warnanya. Bukan kuning!" Pesaing 1: "Tidak. Ia berwarna kuning. Kuning dan bagus." Saudagar itu meninggalkannya dan berlalu. Beberapa langkah kemudian ia bertemu pesaing kedua. Pesaing 2 ini ucapkan salam padanya dan memandang surbannya. Lalu berkata, "Sungguh tampannya Anda hari ini. Pakaian Anda bagus sekali. Terlebih surban hijau ini." Saudagar: "Ayolah...surban ini berwarna putih." Pesaing 2: "Bukan! Hijau ia punya warna." Saudagar: "Putih! Enyahlah kau dari pandanganku!" Lalu ia pun berlalu sambil menggerutu dalam hati. Berulang kali ia pandangi ujung surbannya yang menjuntai di pundak. Ia memastikan dengan pasti putihnya warna surban. Ia tiba di tokonya dan hendak memutar gembok. Tiba-tiba pesaing 3 menghampiri dan berkata," Hey, Anda tampan sekali pagi ini. Pakaian Anda bagus sekali. Semakin sempurnalah Anda dengan surban biru ini." Saudagar itu memandangi surbannya dan mengucek-ucek matanya. Ia berkata, "Kawan, surban ini berwarna putiiiiiiih!" Pesaing 3: "Oh, tidak. Warnanya biru. Tapi bagaimanapun ia adalah surban yang bagus. Jadi, janganlah bersedih." Lalu pesaing 3 pun pergi meninggalkan saudagar itu yang kemudian memekik: "Surban ini putiiiiiiiiih!" Ia duduk sejenak di dalam tokonya. Masih terpaku matanya pada surban. Mendadak pesaing 4 masuk ke dalam toko. Lalu berkatalah ia, "Hai, fulan! Masya Allah! Di mana Anda membeli surban merah ini?" Saudagar berteriak: "SURBANKU PUTIH!" Pesaing 4: "Tidak, merah!" Saudagar: "Tidak, hijau. Bukan! Tetapi putih! Tidak! Ia biru! Bukan! Hitam!" Lalu tertawa. Kemudian menjerit. Tak lama kemudian menangis. Lalu berdiri sambil melompat. Tak berselang banyak hari kemudian, saudagar tersebut terlihat di jalanan Andalusia. Ia menjadi gila dan dilempari kerikil oleh anak-anak. [cerita ini dihikayatkan oleh Syaikh Al-Arify dalam Istamti' bihayaatik yang bersumber dari kitab Thauq Al-Hamamah karya Ibnu Hazm] ==================== Opini manusia terhadapmu bisa menjadi penajam kehebatanmu. Tapi, bisa pula menjadi penghancur jiwamu. Tidak semua pandangan mereka kau telan dan cerna begitu saja. Karena ada saja di antara teman bahkan saudara yang hendaki jatuhnya dirimu. Meskipun kalimat mereka dihias dengan keindahan hingga pujian. Ketika kau pergi mendaki gunung, angin semakin kencang dan udara semakin dingin. Jika pendakianmu di musim dingin, kabut dingin akan menyelimuti dan menihilkan pandangan ke depan dan ke atas. Semakin ke atas, kau akan bertemu badai. Kau mungkin akan berfikir tuk berhenti sejenak menunggu badai berlalu. Namun, sampai kapan kau berhenti? Sementara badai pun belum tentu hendak berlalu esok hari. Terlebih perbekalanmu tak mencukupi kehidupan berpanjang zaman. Kau akan mati dalam rehat perjuangan. Maka, teruskanlah perjuangan dan pendakian. Karena bisa saja badai itu dari jauh tampak ganas, namun rupanya tak seganas yang terkira. ================ Kau adalah kau yang bukanlah dia atau mereka. Jika kau menuruti semua opini dia dan mereka, maka kau kehilangan dirimu dan potensimu. Dan inilah problematika orang-orang yang terlalu dihantui ucapan dan kritik orang lain. Yang ku ingin pesankan padamu: Jika kau sudah yakin sorbanmu berwarna putih dan nyata sangat, maka jangan biarkan seratus opini lawanmu menumbangkan keyakinanmu. Mereka akan katakan ia berwarna jingga, violet, ungu dan seratus warna lain. Jika kritik dan tudingan tidak bersifat membangun atau berlawanan dengan kenyataan yang nyata kau yakini, maka enyahkan buah lisan mereka. Teguhlah dan biarkan badai sibuk sendiri. Orang-orang yang sudah menegakkan panji di puncak kesuksesan adalah mereka yang dahulu bercumbu dengan badai kritik. Mereka bisa memilih mana kritik yang benar mengasah dan mana kritik yang murni mendengki. Jika kau merasa lemah dan takut akan kritik, maka jangan pernah membawa panji dan jangan pernah memulai apapun dari kaki gunung. Karena kau takkan sampai di puncak. .... Hidupmu...inspirasimu...hidupmu...inspirasi untuk selainmu...maka lihatlah ayat-ayat, di sanalah berjuta inspirasi untukmu.

No comments:

Post a Comment