oleh Hasan Al-Jaizy
Kalau mendengar atau hanya membaca tulisan 'ciyus miyapa', saya langsung teringat pada salah satu murid saya. Anak kecil. Kelas 4 sd di sekolahnya. Punya blekberi. Banyak tingkah. Kekanak-kanakan sekali.
Dan berikan saya kesempatan untuk merasa jijik jika orang dewasa berucap seperti itu. Ya, siapapun punya hak mengucapkan/menulis 2 kata itu. Well, saya juga punya hak merasa jijik. Kemudian, di antara pembaca pun akan dengan sukarela mencontohkan bagaimana caranya membuat saya jijik. Yaitu dengan menulis 2 kata itu di kotak komentar.
Kalimat 'gue harus bilang wow' masih ada kesan gaul dan meremaja. Adapun ciyus miayam mibakso mirebus dll, terkesan dikanak-kanakkan. Namun tujuan kalimat2 itu sama. Sebuah ketidakpedulian, kemasabodohan, kecuekan. Sama saja seperti: 'Bukan urusan gue!' atau 'sabodo teuing lah!' atau 'mang gue pikirin!?' dan lainnya. Tapi terserah, itu semau pengucap. Tapi kalau orang-orang dewasa menggunakan kalimat2 itu, saya malah jadi tertular dan mengatakan:
"GILA LU, NDRO!"
Duh, yang memprakarsai kalimat sudah meninggal tapinya.
Dan berikan saya kesempatan untuk merasa jijik jika orang dewasa berucap seperti itu. Ya, siapapun punya hak mengucapkan/menulis 2 kata itu. Well, saya juga punya hak merasa jijik. Kemudian, di antara pembaca pun akan dengan sukarela mencontohkan bagaimana caranya membuat saya jijik. Yaitu dengan menulis 2 kata itu di kotak komentar.
Kalimat 'gue harus bilang wow' masih ada kesan gaul dan meremaja. Adapun ciyus miayam mibakso mirebus dll, terkesan dikanak-kanakkan. Namun tujuan kalimat2 itu sama. Sebuah ketidakpedulian, kemasabodohan, kecuekan. Sama saja seperti: 'Bukan urusan gue!' atau 'sabodo teuing lah!' atau 'mang gue pikirin!?' dan lainnya. Tapi terserah, itu semau pengucap. Tapi kalau orang-orang dewasa menggunakan kalimat2 itu, saya malah jadi tertular dan mengatakan:
"GILA LU, NDRO!"
Duh, yang memprakarsai kalimat sudah meninggal tapinya.
No comments:
Post a Comment