oleh Hasan Al-Jaizy
Tentang kesempatan bersua dan berkumpul kembali bersama teman-teman SD dulu, itu sangat mungkin. Karena mereka adalah anak-anak kelahiran sekota. Sebagian anak gedongan. Mudah dicari.
Tentang kesempatan bersua dan berkumpul kembali bersama teman-teman pondok dulu [SMP-SMA], itu masih mungkin namun cukup sulit. Mereka tinggal di kota lain, provinsi lain, bahkan beragam pulau. Ada yang kini berdomisili di perkotaan. Ada pula yang kembali ke desa.
Namun, tentang kesempatan bersua dan berkumpul kembali bersama rekan-rekan guru di Pondok Hidayatul Muslimin Parit Sembin Kalimantan Barat, belum terbayang mungkinnya. Sebagian mereka sudah berpencar tak berkabar kemana.
Terlebih tentang kesempatan bersua dan berkumpul bersama anak-anak kami, anak didik Parit Sembin yang liar dan nakal. Entah kemana mereka pergi. Entah jadi apa mereka. Entah, apakah mereka masih hidup di desa atau tersebar ke hutan-hutan. Biarpun liar dan nakal, namun mereka dahulu seperti keluarga kami. Biarpun pernah kami main gampar muka, namun sehari-hari kami merangkul. Biarpun banyak kenakalan mereka, namun bakti, gotong royong dan saling merangkul adalah keseharian kami.
Kemanakah anak-anak kami itu?
Banyak nama-nama kulupa
namun wajah-wajah itu terkenang
pahit asin masa lalu bersama mereka
ketika teringat, pasti tersenyum penuh kenang
Tentang kesempatan bersua dan berkumpul kembali bersama teman-teman pondok dulu [SMP-SMA], itu masih mungkin namun cukup sulit. Mereka tinggal di kota lain, provinsi lain, bahkan beragam pulau. Ada yang kini berdomisili di perkotaan. Ada pula yang kembali ke desa.
Namun, tentang kesempatan bersua dan berkumpul kembali bersama rekan-rekan guru di Pondok Hidayatul Muslimin Parit Sembin Kalimantan Barat, belum terbayang mungkinnya. Sebagian mereka sudah berpencar tak berkabar kemana.
Terlebih tentang kesempatan bersua dan berkumpul bersama anak-anak kami, anak didik Parit Sembin yang liar dan nakal. Entah kemana mereka pergi. Entah jadi apa mereka. Entah, apakah mereka masih hidup di desa atau tersebar ke hutan-hutan. Biarpun liar dan nakal, namun mereka dahulu seperti keluarga kami. Biarpun pernah kami main gampar muka, namun sehari-hari kami merangkul. Biarpun banyak kenakalan mereka, namun bakti, gotong royong dan saling merangkul adalah keseharian kami.
Kemanakah anak-anak kami itu?
Banyak nama-nama kulupa
namun wajah-wajah itu terkenang
pahit asin masa lalu bersama mereka
ketika teringat, pasti tersenyum penuh kenang
No comments:
Post a Comment