Monday, November 26, 2012

Membuang "Hajat" Di Depan Umum

oleh Hasan Al-Jaizy

Semua orang bisa saja mengaku-ngaku. Semua orang bisa saja mengklaim diri sebagai....Semua golongan bisa saja mensifati golongannya sebagai...

Sebuah komunitas bisa saja mengklaim adanya kerinduan mereka akan syariah dan khilafah. Dan siapakah dari engkau tiada rindu akan syariah dan khilafah!? Tapi, mungkin lawakan dunia ini tidak mesti tersurat sebagai lawak; namun cukuplah orang-orang tertentu mengerti bahwa itu adalah lawak. Seperti Pak De Su'aid mengklaim kerinduannya akan negeri yang bermadzhab murni Syafi'i, namun rupanya sebatas 'ngemeng'. Karena di keseharian yang dibicarakan hanya sawah, sawah, dan sawah.

Ironi bercerita padaku tentang ironi. Yaitu ketika para perindu syariah sehari-hari hanya bicara tentang perpecahan, fitnah, nafas fanatisme kelompok, dan lainnya. Lalu kemana gerangan perginya pembahasan ilmu Syariah? Apakah pohon nangka akan tegak tanpa ada akarnya? Seorang kuli akan membangun rumah. Ia akan berfikir materi untuk membangun rumah. Sungguh pelawak ia berupa jika yang dicari malah popok bayi. Kau boleh mengatakan rindu pada Qomariah. Tapi, kenapa yang kau bahas selalu Hasanah Tokek-Hunter? Kau beri judul pada jidatmu rindu akan syariah, namun yang kau ceritakan sehari-hari kenapa jauh dari ilmu syariah?

Namun itu hakmu berjidat...
dan itu hakmu bercerita...
sebagaimana banyak orang hitam berjidat...
tidak memastikan kesalihannya...

Jempol berceker-ceker bertaburan untukmu untuk membayar kerinduanmu akan Khilafah. Namun, ceker tetaplah ceker. Tempatnya di bawah. Seandainya otak demi otak, yang tiapnya bermuatan ilmu Syariah dan bernafaskan Tauhid yang murni, tanpa perlu kau labeli kelompokmu adalah satu-satunya perindu, namun kaulah sejatinya perindu. Sebenar-benar perindu. Bukan sebasa-basi perindu. Harga rindumu, apakah bernilai pencelaan terhadap negara-negara Islam selain Palestina? Harga rindumu, apakah bernilai semangat dan motivasi?

Jika memang semua klaim benar....
maka, apakah semua kebenaran harus di-klaim?

Bahkan sebuah judul album Cinta Rasul justru membuat pecandunya benci akan Sunna Rasul. Betul?

Kalau nanti kalian sudah menjadi sukses, sepertinya kalian akan berbangga-bangga. Merasa paling berjasa tentunya. Paling berkorban. Lalu, kembalilah persatuan yang kalian bangun terobok-obok oleh nafsu lama yang terkuak di masa kemenangan. Dan jika melihat 'kerinduan' kalian semacam itu, yang kukira kalian tidak akan....

...karena kuli berbicara materi bangunan, bukan popok bayi!

No comments:

Post a Comment