oleh Hasan Al-Jaizy
Apakah kita penebar manfaat melalui status, catatan dan lainnya di sini?
Jika jawabannya 'Ya', maka syukurlah pantas kita rasakan. Setelah jawaban 'ya', masih ada soalan lain:
"Apakah memang kita ikhlas murni melakukannya untuk kebaikan atau ketinggian diri semacam pencitraan?"
Maka, jawablah dengan suara hati dan gaungkan di jiwa sendiri.
Kenapa kita bertanya seperti itu?
Karena bukan tidak mungkin seorang yang mengawali pagi hari dengan kesempurnaan ikhlas, lalu di siang hari tergiur pujian, menjelasng sore letih dipuji dan ketika malam berbangga diri sambil mengingat kebaikan sendiri sebelum tidur.
Yakni, awalnya bisa jadi kita begitu tulus menebar manfaat, kemudian dipuji karenanya, merasa senang dengan pujian [yang ini tidak salah], namun terlena dan merasa bahwa pujian manusia lah upah baginya hingga ia puas sendiri.
Mana yang lebih 'mengena' di jiwa kita?
a. Ilmu yang kita sebarkan, atau
b. Komentar manusia
?
Rahasiakan jawaban. Sungguh ini hanya diperuntukkan untuk bercermin saja. Semoga jalan kita tetap melurus.
Jika jawabannya 'Ya', maka syukurlah pantas kita rasakan. Setelah jawaban 'ya', masih ada soalan lain:
"Apakah memang kita ikhlas murni melakukannya untuk kebaikan atau ketinggian diri semacam pencitraan?"
Maka, jawablah dengan suara hati dan gaungkan di jiwa sendiri.
Kenapa kita bertanya seperti itu?
Karena bukan tidak mungkin seorang yang mengawali pagi hari dengan kesempurnaan ikhlas, lalu di siang hari tergiur pujian, menjelasng sore letih dipuji dan ketika malam berbangga diri sambil mengingat kebaikan sendiri sebelum tidur.
Yakni, awalnya bisa jadi kita begitu tulus menebar manfaat, kemudian dipuji karenanya, merasa senang dengan pujian [yang ini tidak salah], namun terlena dan merasa bahwa pujian manusia lah upah baginya hingga ia puas sendiri.
Mana yang lebih 'mengena' di jiwa kita?
a. Ilmu yang kita sebarkan, atau
b. Komentar manusia
?
Rahasiakan jawaban. Sungguh ini hanya diperuntukkan untuk bercermin saja. Semoga jalan kita tetap melurus.
No comments:
Post a Comment