Friday, December 21, 2012

Tentang Catatan Akhir Tahun


oleh Hasan Al-Jaizy

Tentang Catatan Akhir Tahun

Alhamdulillah, akhirnya bilangan 50 'nyampe' juga untuk status serial 'Catatan AKhir Tahun'. Penulis ingin mengungkapkan kepada pembaca jawaban-jawaban untuk pertanyaan ini:

[1] KENAPA disebut Catatan Akhir Tahun?
[2] KENAPA diberi nomor [urut]?

Jawaban:

[1] Karena momennya memang akhir tahun 2012. Dan tidak hanya itu, kata 'catatan' itu seolah menunjukkan bahwa ini adalah kumpulan tulisan di akhir tahun. Saya hendak menunjukkan pada siapapun -tanpa meninggi- bahwa tiap-tiap kita BISA membuat catatan dan PUNYA.

[2] Dengan adanya nomor urut, saya sejujurnya berharap siapapun agar terpincut dan bergumam, 'Wah, lihat dia saja bisa menulis sampai puluhan dalam waktu beberapa hari!' Bukan berarti ingin 'dilihat'. Tapi ingin agar ada orang yang akhirnya mulai menulis di statusnya dan mengatakan, 'Dia menghitung jumlah statusnya : jadinya banyak. Kenapa saya terlihat tidak punya?' lalu mulai menulis.

Catatan Akhir Tahun [bagi saya dan terserah penilaian Anda] adalah sebuah PROYEK yang bersifat praktek langsung; menunjukkan pada yang membacanya bahwa tiap-tiap kita jika dihitung-hitung, sebenarnya banyak sekali menulis. Dan proyek ini untuk memotivasi diri sendiri, terlebih orang lain.

Catatan Akhir Tahun hanyalah tulisan-tulisan ringan semaunya dengan topik semaunya dan kapanpun ditulis semaunya. ANDA, ketika menulis semaunya rutin tiap hari dengan topik semaunya berjamak paragraf, maka kumpulkanlah dalam waktu sebulan. Anda akan kaget sendiri karena ternyata Anda punya tulisan banyak dan Anda adalah PENULIS!

Sungguh suatu kesenangan sendiri jika mendapati teman-teman mulai menulis berparagraf lebih dari 3 dan seterusnya. Terlebih jika mereka mengerahkan seluruh kemampuan untuk memperbagus kalimat. Terlebih jika mendatangkan syawaahid dan penguat tulisan berupa ayat, hadits, perkataan tokoh dan lainnya.

Mengingatkan selalu bahwa menulis itu seperti ceramah dari satu sisi: ANDA TIDAK AKAN BISA MAHIR TANPA ASAHAN.

Benar! Di sana ada yang namanya 'Bakat Menulis'.
Benar! Di sana ada yang disebut 'Bakat Ceramah/Tampil'.

Tapi, bakat itu bukan segalanya sehingga jika manusia tidak punya bakat untuk perkara tertentu, ia takkan bisa selamanya menguasai itu.
Tapi, tidak ada seorang pun langsung bisa menulis tanpa latihan. Orang gila atau orang terbiasa hidup instan baru boleh berfikir bahwa besok dia bisa menjadi penulis meski sekarang menulis pun enggan.

Tabliigh [menyampaikan] secara asasi dan asli ada dua:

[1] Tabligh dengan lisan [ceramah dan semacamnya]
[2] Tabligh dengan tulisan

Jika memang tidak bisa tabligh dengan lisan, karena super-grogi, maka pilihlah yang 'mungkin' lebih bisa dikuasai meski tak menjadi ahli, yaitu tabligh dengan tulisan. Tapi, bukan berarti tabligh itu wajib. The choice is yours.

Ada orang mengatakan: "Tak usahlah banyak bicara dalam ceramah atau menulis panjang2. Untuk apa banyak berlatih ceramah atau menulis? Kita cukup ucapkan ayat dan hadits atau kalam tokoh. Selesai! Kalam terbagus adalah yang singkat, ga dibuat-buat tapi merasuk."

Jawab: "Kalimat Anda singkat, hasil pemikiran tanpa berfikir dan tidak merasuk kecuali pada diri Anda sendiri."

Bahwasanya USLUB [gaya bahasa] dalam menyampaikan itu memiliki peran penting dalam menyihir manusia. Dan penguasaan uslub TIDAK BISA didapat sekejap. Harus berlatih. Harus mengambil contoh dari orang-orang. Harus memahami kepada siapa ia berbicara.

Uslub ceramah untuk ibu-ibu pengajian tidak sama dengan uslub diktat kuliah!
Dan bagaimana sekarang jika kau adalah pelajar Ilmu Syariat -terbiasa dengan istilah2 syar'i- berusaha membuat ceramah atau tulisanmu bisa difahami dan enak didengar oleh seluruh atau hampir seluruh kalangan?

Apakah semua itu datang dengan sendirinya begitu saja tanpa latihan? TIDAK.

Sekarang BUKAN momennya dai-dai Islam mencukupkan diri ceramah di masjid golongannya saja. Tapi, layak pula -jika merasa mampu- melakukan ekspansi dan perluasan dakwah dengan memanfaatkan jejaring sosial. Dengan tulisan. Jika bisa membuat video yang sarat manfaat, buatlah dan gunakan YouTube. Tiap-tiap ada lapangan dan medannya.

Tetapi, jangan karena seseorang tidak bisa membuat tulisan, ia membenci penulis yang sedang belajar. Jangan karena seseorang tidak bisa ceramah, ia membenci penceramah pemula yang sedang belajar. Jangan karena ia cuma bisanya mengomentari, ia lupa mengaca diri.

No comments:

Post a Comment