Saturday, December 29, 2012

Istighfar, Kawan

oleh Hasan Al-Jaizy

Istighfar, Kawan

[a] Hari begitu cerah. Matahari bersinar. Tiba-tiba kau katakan, "Ah, jangan tertipu akan cerahan sinar. Ini takkan abadi. Kelak malam akan hadir dan gelap membumi."

[b] Hujan begitu lebat. Manusia bersuka cita. Banyak tumbuhan riang menyambut; tampak bersorak sorai bergerak kesana-kemari. Dedaunan tak luput bersyukur. Tiba-tiba kau katakan, "Mengapa mereka begitu senang!? Belum tentu pula hujan ini rahmat. Bisa saja tak lama lagi kita tenggelam akan banjir!?"

[c] Anak-anak begitu riang. Mereka bermain di taman. Tiada beban terukir di wajah mereka. Panorama ceria. Tiba-tiba kau katakan, "Belum tentu anak-anak ini kelak menjadi orang bahagia. Jangan kau kira riang sekarang adalah dalil bahagia esok."

[d] Sebuah blog berisi banyak artikel. Sarat akan ilmu dan faedah. Banyak manusia menziarahi demi menyeruput setidaknya beberapa bait dari kalimat hikmah. Tiba-tiba kau katakan, "Banyaknya tulisan tak memastikan empunya saleh. Ilmiahnya karya tak memastikan penciptanya berilmu. Bisa saja ia adalah orang pertama yang melanggar kalimatnya sendiri."

[e] Beberapa manusia berusaha memoles tulisan atau bahasa ceramahnya dengan kalimat menyejukkan hati. Indah terbaca, mendayu terdengar. Hadirin pun terbuai dan terasuki oleh keindahan kalimat. Tiba-tiba kau katakan, "Jangan mudah tertipu dengan indahnya syair, puisi atau kalimat hikmah dari jemari manusia atau juluran lidahnya. Itu tak memastikan kesalehan pemiliknya."

[f] Seorang pelajar belajar bahasa Arab. Ia begitu rajin dan tekun; hingga Allah hibahkan ia derajat meninggi di atas manusia dalam berbahasa Arab. Ia pun menjabat sebagai guru para ustadz dan penasehat sekaligus pengoreksi dalam bidang bahasa. Tiba-tiba kau katakan, "Duhai, manusia. Bahasa Arab bukanlah jaminan lurusnya manusia. Betapa banyak manusia Arab, menempuh jalan pun tak hendak melurus."

Yang sebenarnya, kau membatin di hati sendiri, 'Kenapa mereka bisa seperti itu, sedangkan aku tidak!?'

...dan jika iri ditanam dan dipendam di hati tanpa penyejukan, kelak yang hadir adalah bibit-bibit Iblis yang menghembuskan nafas-nafas berbisik...ini lafadz-lafadznya:

"Ana khairun minhu!" [Aku lebih baik darinya]

...meskipun kenyataannya kau tahu bahwa ia jauh lebih baik darimu.

Jika seseorang mengerti ia tidak lebih baik dari temannya, namun ingin agar diakui dirinya lebih baik, maka bait-bait asasi yang acap dilantunkan adalah '...tidak mesti...', '...tidak selalu...', '...tidak menjamin...' untuk menafikan kenyataan sebenar...

...untuk mengaburkan hakikat yang terjadi...

...untuk merendahkan yang tinggi...

Istighfar, kawan




No comments:

Post a Comment