Monday, December 24, 2012

CAT : [62] "SURTI TEGO"

oleh Hasan Al-Jaizy


Surti begitu tega; memutuskan hubungan dengan Purnomo begitu saja. Padahal Purnomo sudah banyak-banyak memberikan hadiah padanya. Mulai dari kunci gantung berbentuk laba-laba pohon hingga cincin terbuat dari tali pohon beringin. 

Purnomo kecewa berat. Alasan yang dikemukakan Surti di pengadilan tak bisa diterima oleh akalnya dan cenderung dibuat-buat. Surti beralasan bahwa dirinya sedang ingin konsentrasi kursus menjahit. Padahal, menurut Purnomo, alasan Surti menceraikan hubungan gelap dan tidak resmi itu hanyalah karena ia [Surti] mulai tertarik dengan penampakan orang-orang perguruan sawah.

"Surti tega sekali padaku," ujarnya di kedai perempatan, tempat singgah para pendekar hijau.

"Kenapa, Pur?" tanya teman dekatnya. Mereka berdua rupanya sedang menikmati pepes buatan

emak-emak.

"Dia memutus aku," jawabnya singkat dengan kekecewaan mendalam.

"Apa!?" temannya menggebrak meja sehingga meja itu menjadi oleng dan beberapa barang di atasnya terjatuh. Termasuk rokok milik Purnomo.

"Santai sajalah kau, kawan. Tidak usah berlebihan menanggapi. Aku yang diputusi mengapa gerangan kau yang mengamuk?"

Temannya pun membungkuk. Kelihatannya ingin mengembalikan barang-barang yang terjatuh ke asal mulanya terletak. Tetapi kaedah 'Sambil Menyelam Pipis Sekalian' berlaku baginya. Selagi menata, ia 'menilep' dua batang rokok milik Purnomo.

"Kau tahu? Aku sudah lama benci para pendekar sawah. Dan sekarang mereka membuat masalah lagi...Kali ini terhadap hubunganku pada Surti," tukas Purnomo.

"Aku kira mereka tak suka dekati gadis-gadis, teman. Mereka paling anti untuk itu. Apakah kau melihat ada dari mereka dekati SUrti?" tanya temannya.

"Belum kuketahui itu. Segera ingin kuselidiki."

"Tapi, mengapa Surti terharga begitu mahal bagimu? Sedangkan -mohon mangap-, wajahnya jauh dari cantik tersifati. Bahkan terkadang mirip taplak meja. Apakah tiada gadis lain yang bisa kau dekati?"

"Grrr...gadis cantik itu banyak...yang mau padaku sedikit," tandas Purnomo geram.

"O I C," tanggap temannya.

Di sebuah kamar pada waktu yang sama, Surti 'nongkrong' di dalam kandang sapi depan pondok perguruan sawah. Ia di sana sedang mengintip-intip melalui celah dinding kayu kandang. Sesekali sapi penunggu kandang bertanya padanya, "Ngapain sih loe betah amat di kandang gue?" yang kemudian dijawab oleh Surti dengan 'moooo''.

'Ternyata para pendekar perguruan sawah itu memang keren-keren. Aku tak kuasa mengagumi mereka,' batinnya dalam hati ketika melihat beberapa pendekar berseliweran.

'Tetapi mengapa perguruanku sangat memusuhi mereka? Padahal tak satupun kulihat cela dari tingkah mereka? Apakah karena iri saja? Bahkan tiap aku bertemu [liqo] dengan Purnomo, selalu saya ia menyilet nama para pendekar perguruan sawah! Kenapa begitu?'

Adzan Dzuhur berkumandang. Tiba-tiba Purnomo terbangun. Ia pun bergegas menuju kamar mandi untuk berwudhu. Lalu bergumam, 'Mengapa aku memimpikan ketiga orang itu, ya?'


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/478000332241357

No comments:

Post a Comment