Sunday, December 9, 2012

CAT : [17] "DUH...UKHTI BADRIYYAH..."

oleh Hasan Al-Jaizy


Sore itu, Suyuthi hendak berjalan-jalan di area hutan yang luasnya minta ampun sehingga orang yang memasukinya bisa tersesat dan berikhtiar dengan meminta ampun kepada Sang Pencipta juga bertawassul dengan amalan-amalan shaleh yang pernah dilakukan di masa dahulu agar ditunjuki oleh-Nya untuknya jalan keluar dari hutan ganas itu dan selamat dari cengkeraman kengerian yang tak henti-henti merasuki siapapun yang mencoba-coba mendalaminya.

Namun, Suyuthi tak gentar dengan kabar-kabar tidak baik mengenai hutan tersebut dan justru ia merasa tertantang akan pekatnya kengerian lahir dan batin hutan tersebut tanpa perlu menunggu Iedul Fitri karena memang sejatinya Suyuthi suka sekali membongkar sesuatu yang misterius dan ditakuti orang-orang sehingga ia bisa menunjukkan pada manusia bahwa apa yang mereka takutkan belum tentu sejatinya menakutkan.

Suyuthi mengenakan sorban putih dan jubah hitam panjang sehingga ia terlihat asing yang itu bisa membuatnya dikira seorang gadis berkerudung sedang berjalan di hutan sendirian.

Sepasang mata rupanya sedang mengintai dari jauh ingin tahu gerangan siapa yang berjalan sendirian hendak mendalami hutan mengerikan di siang bolong yang rupanya kedua mata tersebut dimiliki oleh seorang pendekar bergigi maju melebihi majunya teknologi gaib dunia persilatan yang bernama Purnomo.

Purnomo hari itu sedang dimabuk hati akan seorang gadis jelita, ceria, gurita nan setia bernama Badriya yang mana ia [Purnomo] sehari-hari tak bisa menaruh sejenak gambaran wajah Badriyyah di tempat sampah saking termabuknya sehingga menyebabkan ia menyangka bahwa yang sedang berjalan menuju kedalaman hutan adalah Badriyyah disebabkan miripnya penampakan lahir Suyuthi dengan seorang gadis yang jikalau Purnomo melihat seperti apa muka pemilik sosok itu tentu ia akan menghunus ludah dan membuangnya ke mana-mana.

Purnomo tadinya hendak berteriak meneriakkan nama 'Badriyyah' lalu ngumpet di dalam genangan lumpur agar yang diteriaki tidak melihatnya sehingga merasa penasaran akan dirinya namun urung ia punya rencana karena saat itu juga ia sedang tergesa pergi ke pasar desa untuk membeli pulsa.

Malamnya pun ia mengirim SMS ke Badriyyah, " Ukhti Badriyah, tadi ana liat anti berjalan sendirian di hutan. Kenapa ga sama teman? Lagi ingin sendiri ya?" sembari berharap-harap cemas dan mulas agar SMS nya dibalas karena sudah 2 kali ia dicueki.

Badriyyah kala itu sedang menggoreng ikan-ikan tangkapannya di laut Selatan untuk dimakan kucing peliharaan dan ia pun mendengar dering adanya SMS yang mendorongnya untuk membuka dan bertanya siapa gerangan yang mengirim pesan malam seperti ini sehingga ia pun membaca isinya.

Badriyyah mencoba mengingat segala kejadian di hari itu yang tersirat pada lembaran hidupnya sedari awal bangun hingga malam ini apakah ia pernah sejengkal pun menginjak area hutan namun ternyata tidak sedikitpun sehingga ia menganggap ini adalah SMS sampah yang tidak perlu ditanggapi karena bisa jadi itu adalah jebakan betmen yang jika diladeni akan menghabisi pulsa sendiri.....

Sementara Purnomo menunggu-menunggu-menunggu balasan hingga ia bosa dan mematikan cahaya petromak di kamarnya sembari berharap esok pagi Badriyyah akan membalas...

oh, Badriyyah....saudari kembar Qomariyyah...anaknya Raden Batubara, makelar tanah dan anak buah kerajaan....

No comments:

Post a Comment