Monday, December 10, 2012

SALATIGA, SELALU DALAM KENANGAN : [9] "Majlas" (2)

oleh Hasan Al-Jaizy


Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, bahwa makanan afdhal untuk majlas di pondok kami adalah keripik kartini. Tidak masalah jika itu bukan keripik kartini. Boleh kripik Kembangsari atau Salatiga dll. Yang penting murah meriah. Dan cukup lama habisnya. 

Untuk majlas, biasanya santri-santri urunan/patungan. Lalu salah satu atau beberapanya pergi ke warung membeli semua makanan dan minuman. Kembali ke tempat majlas, makanan digelar biasanya dengan cara menumpahkan kripik ke lantai.

Topik Majlas

Topik majlas macam-macam dan apapun semaunya, selama bukan topik pelajaran di kelas atau muhadharah. Makanya, majlas dengan santri-santri super-alim membuat topik beku dan suasana dingin. Beda rasanya jika majlas dengan pendekar2 grandong, pendekar panjat tembok, atau santri-santri umumnya. Para pendekar punya banyak cerita dan topik canda.

Dari suara gelak tawa, kita bisa mengukur 'kependekaran' kelompok yang sedang majlas. Semakin keras gelak tawa mereka, semakin terasa kebandelan mereka.

Pojokan yang gelap adalah situs penting untuk majlas di malam hari. Biasanya, para pendekar malam dan pendekar panjat tembok ikut majlas di tempat seperti itu. Seperti: belakang perpustakaan, samping pustaka audio-visual asrama lantai 2, kebun salak (sebelum 2003; terutama bagian tembok yang ditempeli pohon kelapa). Tapi itu di jaman saya. Kalau sekarang, sudah tidak berlaku lagi, karena letak geografis tidak memungkinkan.

Suatu hari ketika saya masih kelas 1 SMP, saya membuka-buka buku catatan laporan ronda malam. Di masa itu, santri-santri SMA punya daur/turn/giliran meronda menjaga pondok dan keliling. Biasanya 2-3 santri. Saya membaca sebuah laporan mengerikan di suatu malam ronda. Laporan ini ditulis oleh santri peronda langsung.

Sebelumnya, saya beritahu dulu di sini bahwa pondok saya memiliki 2 pintu (kala itu). Pintu gerbang (besar dan dijaga satpam) dan pintu belakang (kecil dan tidak dijaga namun ada semacam gardu dekatnya). Nah, warga sekitar acapkali keluar masuk melalui kedua pintu itu menuju ke rumah warga lain.

Laporan santri peronda itu:

"Kami sedang majlas tengah malam di gardu pintu belakang. Tiba-tiba masuk dari pintu belakang seorang nenek tanpa kepala!!!"

No comments:

Post a Comment