Wednesday, December 12, 2012

CAT : [24] "MAINKAN ITU SEBELUM KAU KATAKAN ITU SUDAH BERAKHIR!"


oleh Hasan Al-Jaizy


Yaitu lakukan selagi tersempatmu tanpa menunda hingga menyempit waktu. Sehingga nanti ketika kesempatan telah kembali pada ketiadaan, kau tidak tergerus oleh penyesalan. 

Mainkan dan goyangkan ia sebelum terlambatnya.

Banyak orang-orang menua yang berbangga akan apa yang telah dilakukannya dari jasa-jasa kala muda. Mereka ceritakan cerita-cerita legenda tentang masa jaya mereka.

Dan lihatlah banyaknya orang-orang menua dengan kehampaan lisan dari cerita-cerita jaya. Yang ada hanya kisah-kisah sesal dengan lantunan kritik dan cacian terhadap zaman.

Karena orang yang gunakan kesempatan emas akan mendulang lebih dari emas nantinya.
Karena orang yang berletih memanfaatkan masa keemasan akan merasakan istirahat di taman kepuasan dan kebanggaan.

Ketika kini, kamu bukanlah apa-apa. Kamu juga bukan siapa-siapa. Namun gunakan apa-apa dan kebukansiapa-siapaanmu agar kamu menjadi sesuatu dan siapa di mata siapa-siapa. Bukanlah tiap manusia terlahir tidak bermahkota dan tidak bertahta?

Kali ini kamu membangun menara untuk masa depan. Kelak di masa depan, tanah semakin dipenuhi penghuni. Manusia akan membanjiri dasar muka bumi. Maka di waktu itulah kau bisa istirahat tenang di ketinggian tanpa harus ikut terinjak-injak di dasar.

Jika kini bisamu menulis, kenapa menunggu hingga kau tidak bisa menulis lalu kau pun baru ingin menulis?

Jika bisamu kini belajar dan membantu, kenapa menunggu kitab-kitab terlahap oleh rayap dan debu? Kenapa pula menunggu orang yang berteriak 'tolong' tenggelam dalam lautan berapi?

Adapun diriku, sebelum lulus kuliah dan melepas masa lajang, bercita harus punya sesuatu yang telah tercurah pada selainku. Yaitu tulisan. Karena setelah lulusku dari tempat ini, kesibukan apa lagi yang bisa merelakanku menulis banyak? Dan bukankah keluhan anak dan istri adalah soal-soal kehidupan yang harus dijawab dan tidak boleh diabaikan?

Maka, kumulai dari sekarang dengan deras. Dan tentu saja ketika kau dan kafilahmu pergi melewati kebun-kebun sepi, anjing-anjing menggonggongimu seolah kafilahmu sangat bersalah tidak punya warna kulit seperti mereka. Dan jikalau kau dan kafilahmu berlalu, tentu tiada marabahaya dari taring-taring ternganga.

Lalu mengapa jika kini kau (dirimu) dan kafilahmu (bakat yang tertanam atau kemampuan dalam dirimu) siap berangkat dan bermain, lalu kau berfikir sekarang bukanlah waktunya pergi!? Atau kau memang takut terjatuh dalam kesalahan!? Tiada penjajal melainkan ia dihadang penggagal. Dan kau pasti akan gagal jika hanya menjajal! The show must go on!

Para kritikus adalah pemerhatimu. Mereka mengkritik karena mereka memperhatikanmu. Memperhatikan membutuhkan hati. Hati tempatnya perasaan. Perasaan dari kritikus, bisa jadi benci, bisa puka suka. Jika benci, ia hasad berhembus. Jika suka, ia sayang terendus. Kau akan tahu siapa-siapa yang memainkan hati dan permainan hati seperti apa yang dimainkab pengkritik. Sebagian kritik layak kau jadikan batu penajam pisaumu terasah. Sebagian kritik layak kau anggap sebagaimana angin tak baik beraroma.

Maka, mainkan itu kini sebelum kau menyesal kepergiannya nanti.

No comments:

Post a Comment