Wednesday, December 26, 2012

CAT : [70] "TIAPMU BERLEBIH DAN BERKURANG!"

oleh Hasan Al-Jaizy


Terkadang Haji Asnawi dongkol juga dengan tingkah Purnomo. Kenapa? Di setiap pengajian, Purnomo selalu belagak 'kritis'; mirip dengan beberapa mahasiswa yang ngarep exist. Yeah, kritis tanpa memberi solusi sama sekali. Sudah begitu, suka mengeluarkan 'tenaga dalam' sembarangan pula di majelis.

Suatu hari, Haji Asnawi membahas tentang kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri tiap manusia. "Tiap kalian, wahai cucu-cucuku, memiliki potensi yang besar. Jika kalian sudah tahu kelebihan dan kekurangan kalian, maka bersyukurlah. Jika belum tahu, maka waspadalah. Jika ingin tahu, maka bercerminlah. Jika tidak mau tahu, maka entahlah."

'Ah, teoooori,' pikir Purnomo lalu ia berpaling muka seolah-olah tiada apa. Lalu ia pun mencari sebab serta mencari alasan supaya bisa keluar majelis.

Di tepi hutan, ia bertemu Basuki, teman yang rajin menemaninya sekaligus mencuri tembakaunya. Basuki sedang menanam bibit tunas pisang. Mengingat kajian Haji Asnawi tadi, Purnomo tertarik untuk bertanya:

"Hey, kawan. Apa kau punya kemampuan meramal atau memprediksi sesuatu?"

Basuki menjawab tersenyum, "Kau tak perlu tanyakan semacam itu padaku, kawan. Seolah kau tak tahu siapa aku ini. Aku tak bisa!"

Purnomo terkekeh. "Lagak kau macam mana pula, bah! Aku hendak memintamu meneropong diriku. Terawanglah aku barang sejenak. Hentikan sebentar amalan pembibitanmu itu!"

"Bah, kau ini. Ingin menggangguku saja. Aku sedang konsentrasi, kau tahu? Jika aku salah menaruh bibit, bisa-bisa aku dikeroyok KPK."

"Ayolah. Kau adalah sahabatku terbaik, kawan."

"Rayuanmu tak mempan, sobat. Ini soal uang. Jika sudah soal uang, aku tak kenal teman, teman. Kau camkan itu buruk-buruk."

Purnomo terkekeh kembali, "Ingin kuberi lintingan tembakau? Tadi aku melintingnya bentuk keong racun."

"Ah, kau ini. Banyak mulut rupanya kau punya. Aku sedang sibuk, kawan. Aku tak punya kesempatan membakar kemenyan. Tunggulah sejenak. Kira-kira setelah matahari mencapai tengah," sanggah Basuki.

"Baiklah. Kalau begitu, aku hanya mau bertanya 2 hal saja."

"Tanyakan saja, sobat. Kau sudah bertanya sedari tadi banyak-banyak. Semoga cepat kau enyah dari pandanganku."

Purnomo pun bertanya: "Kira-kira, apa kelebihanku yang kamu tahu?"

"Kelebihan mulut."

"Lalu, kekuranganku apa?"

"Kurang ajar"

Purnomo pun langsung terdiam. Ia misuh-misuh sendiri. Tapi, 'Jika ku fikirkan, rupanya benar juga jawabannya,'

Tiba-tiba terdengar gelak tawa dari atas pohon. Mereka berdua terkaget. Lalu menoleh ke arah suara tawa. Suyuthi!

Rupanya Suyuthi ada di atas pohon. Di tangannya tergenggam kitab kuning. Ia masih tertawa. Lalu berkata:

"Obrolan kalian berdua benar-benar menggetarkan bulu dadaku. Kocaknya tak terampuni."

Lalu, terdengarlah suara adzan Subuh. Purnomo langsung terbangun. Ia berdiri kemudian dan bergegas menuju kamar mandi untuk wudhu. Sebelum memasuki kamar mandi, ia sempat membatin, 'Kenapa aku memimpikan mereka bertiga, ya?'

No comments:

Post a Comment