Sunday, December 23, 2012

CAT : [58] "TAMASYA ANAK"


oleh Hasan Al-Jaizy


Matan: "Pada hari Minggu kuturut ayah ke kota. Naik delman istimewa kududuk di muka Pak Kusir yang sedang bekerja."

Syarh:

Perkataannya (Pada Hari Minggu) menunjukkan bahwa mayoritas -jika tidak dibilang semuanya- anak menikmati hari Minggu bersama keluarga, terutama dengan ayahnya. Karena itu, ia mengatakan (kuturut ayah ke kota) dikarenakan anak dan ayahnya ini adalah wong ndeso. Biasanya wong kuto justru berlibur di deso. Dan ini sebaliknya.

Hari Minggu adalah kesempatan untuk ayah-ayah yang sibuk mencari uang di hari kerja, untuk melakukan pendekatan pada anaknya. Pendekatan terbaik -salah satunya- adalah dengan mengajak anaknya pergi tamasya. Baik itu ke kota, ke gunung, ke sawah, atau ke Kali Ciliwung.

Perkataannya (naik delman istimewa) menunjukkan bahwa si anak dan si ayah benar-benar ndeso. Delman saja sekarang tidak ada di Jakarta. Jikalau ada, ia one in a million. Mungkin si anak harus merengek minta naik Commuter Line, ber-AC dan pintunya bisa buka-tutup sendiri bahkan bisa menjepit kaki orang.

(Kududuk di muka Pak Kusir) adalah sebuah keanehan dan menunjukkan ketidaksopanan. Kemana perginya bapak untuk mengawasi perilaku anaknya hingga ia semaunya duduk di muka driver (yang sedang bekerja)? Orang sedang kerja mencari nafkah kok malah diduduki mukanya? Itu mirip sekali dengan anak-anak gedongan yang naik mobil mewah. Lalu di depannya ada gerobak jualan didorong orang tua. Mobil itu membunyikan klakson dengan nafsunya. Padahal jalan sedang menanjak dan penjual tua itu susah payah kerahkan energi tenaga dalam untuk mendorong.

Sekarang, anak-anak bisa tamasya tanpa bapak. Ke warnet.
Sekarang, remaja-remaji bisa liburan tanpa keluarga. Punya motor.
Sekarang, tingkah anak belia semakin semaunya. Karena punya internet dan punya kendaraan.

Taruhlah seorang bapak punya anak remaja. Ia belikan laptop+modem dan motor. Lalu bebaskan ia dengan fasilitas tersebut. Sangat mungkin jika suatu saat justru ia malah akan duduk di muka bapaknya yang sehari-hari repot bekerja. Bahkan jika mau, ia bisa menginjak-injak dan menyilet muka bapaknya sendiri.

Tamasya anak...adalah kesempatan pedekate.
Jika anak dibebaskan tamasya...tanpa pedekate dan pengawasan....siap-siap mukanya diduduki!

No comments:

Post a Comment