Friday, December 21, 2012

CAT : [51] "NAKAL 25 DESEMBER"


oleh Hasan Al-Jaizy


Sebentar lagi 25 Desember. Katanya ada perayaan kelahiran Yesus Kristus. Tanggal itu sakral bagi sebagian manusia. Recommended untuk yang kemarin hari merayakan Maulid Nabi Muhammad. Tidak heran kalau mereka ikut-ikutan merayakan kelahiran Nabi lain [Nabi Isa] yang dianggap tuhan oleh umat lain.

Pak De Su'aid tiba-tiba menyangkal, "Kami tidak akan merayakan perayaan agama lain! Itu tradisi mereka! Kita punya tradisi Islami sendiri. Dan itu masalah buatmu, anak muda?"

Betapa Pak Su'aid mungkin sedang alpa bahwa ada yang mengatakan sesungguhnya peringatan 40 harian dan semacamnya adalah hasil adopsi atau pernikahan antara 2 agama dalam bentuk praktek ritual. Itu tradisi siapa? Nabiku dan Nabimu serta para sahabatnya tidak kenal tradisi ulang tahun memperingati hari kelahiran siapa-siapa. Itu tradisi siapa? Bukankah tradisi merayakan ulang tahun adalah hasil adopsi tradisi umat lain?

Kalau mau dinisbatkan kepada Islam sehingga menjadi 'Islami', semua bisa di-islam-kan. Meminjam kalimat beberapa pendekar perguruan 'Utan Kayu': "Yang penting substansi! Tidak usah memikirkan nama dan label!"

Natal bisa menjadi Islami jika terdapat satu benang penyambung dan pengikat. Karena sama-sama memperingati maulid nabi. Nabinya saja yang berbeda.

"Gila lu, Ndro!" sergah Gus Bush tiba-tiba. "Kami memperingati ulang tahun Nabi kita karena cinta kami padanya."

Lho, berarti sampeyan ndak cinta sama Nabi Isa toh, Gus?

"Bukan begitu. Natal itu tradisi umat lain yang sudah masyhur! Kita tidak usah ikut-ikutan!"

Saya sendiri menggeneralisir secara mutlak bahwa peringatan ulang tahun atau hari kelahiran adalah tradisi hasil aborsi umat lain yang kemudian diadopsi umat kita. Jika Maulid di Rabiul Awal saja bisa diadopsi lalu dicari dalil-dalilnya, 40 harian dan haulan saja bisa diadopsi lalu dikena-kenakan, kenapa Natal tidak bisa!?

"Memang susah bicara sama otak cingkrang!" tukas Gus Bush.

"Whooo, gitu aja kok ngepot," ujar Gus Rambutan dari atas pohon. "Kita ini umat pluralisme yang bersifat toleran. Kalau umat sebelah merayakan Natal, ya kita ucapkan 'slamet'. Kita ini kan umat rohmatan lil alamiin. Ada kerbau disembah lalu dikumpulkan telek-nya yo kita hormati. Toh itu keyakinan masing-masing. Buat apa toh mencela keyakinan orang. Kayak situ ndak punya keyakinan ajah! Mbok yo jangan merasa paling benar sendiri. Kebenaran itu relatif, toh!? Bisa benar di perut saya, tapi tidak benar bagi ndasmu. Bisa benar bagi saya, belum tentu benar buat ndasmu kuwi."

Wah, wah, tambah rusak saja. Gus Bush masih tidak setuju natalan, tapi kemudian Gus Rambutan malah bilang, "Sampeyan liat saya ga tahun kemarin hadir khutbah di gereja 25 Desember pagi? Masalah buat batokmu saya merayakan bareng-bareng?"

Oalah...Gus Bush ya tidak bisa menyangkal kegilaan itu di depan Gus Rambutan. Karena maqomnya sudah mencapai kewalian. Kalau sudah dicap wali, ucapannya tidak boleh diberi koma, titik, tanda petik dan dihapus tanpa ijinnya.

Lalu, yang adil yang mana? Merayakan maulid Nabi Muhammad tapi maulid Nabi Isa tidak? Alasannya tradisi umat luar. Herannya, tradisi 40-an dan haulan kok tidak dikritisi!? Dan orang yang mengkritisi itu, malah balik dikritisi orangnya, bukan 40-an dan haulannya!?

Lalu, apakah yan adil adalah Gus Rambutan, toleransi kebablasan? Semua dilahap kecuali hal-hal yang jelas disunnahkan oleh Nabi.

Duh, benar-benar...nakal 25 Desember. Penyelewengan ritual...penyelewengan akidah...ya jangan protes jika nama-namanya diselewengkan di sini.

Akhiran: Para peraya ulang tahun, baik itu ulang tahun Nabi, ulang tahun teman atau pacar, mohon jangan mengamuk. Sebentar lagi 25 Desember, ulang tahun siapa lagi yang mau dirayakan?

No comments:

Post a Comment