oleh Hasan Al-Jaizy
[1]
Teman sekelas saya tinggal di rumah kos, di mana temannya berjualan kitab Arab dan Indo, serta berbagai barang lainnya. Rumah kos ini kerap dikunjungi mahasiswa LIPIA. Ada yang hendak membeli kitab, atau sekadar melihat-lihat dagangan, atau memang ziarah saja.
Ada seorang mahasiswa suatu hari masuk ke toko ini [kos]. Ia melihat-lihat sejumlah buku. Tiba-tiba ia nyeletuk ke penjual yang didengar beberapa ikhwan, "Akh, kitab/pengarang ini bukannya sudah terbit buku BANTAHAN-nya?" Seketika, teman saya menjadi 'sebal' dengan kalimat itu.
[2]
Saya mempunyai sebuah tulisan di status. Itu adalah susunan kalimat motivatif dan inspiratif yang dikemas dengan style puitis. Di dalamnya saya bubuhkan beberapa nama orang terkenal. Di antaranya SBY, Chairul Tandjung, dan Syaikh Muhammad Al-Arify, kemudian ada seorang yang 'bermanhaj-salaf' mengomentari, "Muhammad Al-Arify, ada BANTAHAN buat beliau oleh Syaikh Muhammad bin Hadi dan Syaikh Shalih Al-Fauzan."
Seketika saya geram dengan komentar ajaib semacam itu. Padahal kita tidak sedang membahas penyimpangan siapapun. Dan dungunya, seorang Syaikh yang menawarkan ilmu, juga melalui tangannya banyak orang kafir masuk Islam, banyak orang rusak menjadi benar, ketika ia mendengar namanya, yang terbetik pertama di otak sempitnya hanya BANTAHAN untuknya. Dungu sekali orang seperti ini. Lalu, lucunya, nama-nama seperti SBY dan Chairul Tandjung pun selamat dari BANTAHAN?
[3]
Dahulu, 2009, masa-masa banyak bayi-bayi baru mulai melek dan terlalu senang larut dalam euforia akan kemelekannya, ada seorang ikhwah menulis faedah dari kalam Syaikh Ali Al-Halaby. Kemudian datanglah seorang pemuda berkomentar, mengkritik tulisan itu dengan mengatakan, "Ya akhiii, Syaikh Ali tidak bermanhaj baik. Sudah ada ulama yang mengkritik dan membantah beliau." Saya membaca kalimat itu merasakan getaran yang cukup membuat suasana hati berubah. Karena memang sedari dahulu tidak terdidik untuk berbicara tentang Syaikh fulan, ustadz fulan, manhajnya pegimana dan seterusnya. Rasanya saat itu sangat asing berbicara seperti itu.
Yang lucunya, datang pula seorang yang cukup punya pemikiran ala Khawarij nimbrung. Ia 'membela' nama Syaikh Ali. Mempertanyakan kenapa kok main bantah-bantahan, padahal katanya 'semanhaj'? Yang akhirnya pemuda ini tetap bersikukuh men-jarh Syaikh. Saya kurang ingat apakah kemudian ia langsung copas fatwa atau tidak. Tetapi, kemudian, saya katakan, lihatlah kebaikan mereka -orang2 yang engkau kritik via bantahan ulama lain-. Mereka punya kebaikan yang bisa diterima.
Setelah itu, ia balik membantah dengan keahlian 'copas' nya tentang Manhaj Muwazanah yang tercela. Awalnya saya gelagepan sendiri dan hampir tidak percaya pemuda ini hebat sekali menulis panjang-panjang tentang Muwazanah, suatu materi yang -sejujurnya- saya tidak tahu ketika itu. Namun, rupanya saya yakin itu hasil copas karena ternyata di Google bertebaran persis.
[4]
Katanya, Jidal itu buruk. Benar. Jika tiada faedah, atau malah menimbulkan madharat, atau memang bukan keahlian - tidak punya pegangan kuat -, maka jidal sangat sangat tercela. Namun, hal itu justru sepertinya yang digemari sebagian kita. Mengintip-intip artikel bantahan-bantahan ternyata lebih menarik perhatian. Alasannya: agar tahu syubhat dan jawabannya.
Juga status-status ustadz, yang -sayangnya- menulis tentang fulan dan fulan, dengan nama langsung. Seharusnya Pak Ustadz tidak mengibarkan flame di tengah glora syahwat para muqallidiin yang haus akan materi perpecahan, tahdzir, bantahan dan tafarruq. Lihat itu gigi-gigi intel kelihatan. Mereka tertawa dan mereka masih memakai baju seragam yang kita pakai. Namun di balik seragam mereka, ada sejumlah senjata yang siap mereka pakai untuk menikam di suatu waktu tak tertentu.
Mengambil dari status Bro Faqih kemarin, ini adalah perkataan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimiin:
" ولهذا ترى العامي خيراً في عقيدته وإخلاصه من كثير من طلاب العلم، الذين ليس لهم هم إلا الأخذ والرد ، والقيل والقال ، وماذا تقول يا فلان؟ وماذا تقول في الكتاب الفلاني؟ وفيما كتبه فلان، هذا هو الذي يضيع العبد ويسلب قلبه عن الله عز وجل، ولا يجعل له هماً إلا القيل والقال.فنصيحتي لكل إنسان: أن يكون مقبلاً على الله عز وجل، وأن يدع الناس وخلافاتهم، هذا أحسن شيء. "
------------------------------
لقاء الباب المفتوح 232 / الأسئلة بعد تفسير آيات من سورة المجادلة
"Karena inilah kamu melihat banyak dari orang awam lebih baik aqidahnya dan lebih ikhlas dibanding banyak dari Thullab Al-Ilm, yang mereka ini hanya punya kepentingan dalam menerima dan membantah, atau qiila wa qoola [katanya-katanya].
Seperti: "Apa pendapatmu wahai fulan?" "Apa pendapatmu tentang kitab fulan?" "Apa pendapatmu tentang apa yang ditulis fulan?"
Dan inilah yang membuat seorang hamba banyak menyia-nyiakan [ilmu/waktu] dan melalaikan dari Allah Ta'ala. Ia menjadikan katanya dan katanya adalah sebuah kepentingan.
Maka nasihatku untuk semua manusia adalah:
"Agar ia 'menujukan diri' kepada Allah, dan meninggalkan manusia dan khilaf/perselisihan mereka. This is the best thing!"
============================
Terkadang alasan 'agar kita kenal syubhat dan bisa membantahnya/menangkisnya' itu seolah menjadi legitimasi agar kita diperingan untuk berkonsentrasi dalam bantah membantah.
Kita sering teriakkan 'Mangap, tidak melayani perdebatan' atau 'berdebat itu tercela', namun kita malah suka mengumbar materi perdebatan atau sibuk menyimak orang berdebat.
No comments:
Post a Comment