Saturday, December 8, 2012

CAT : [15] "Sekarat Admirer"


oleh Hasan Al-Jaizy


Dulu, kita masih kecil
kau masih kecil dengan jilbabmu
aku masih kecil dengan gayaku
Dulu, aku mengagumimu
kekaguman anak kecil
Dulu, aku memperhatikanmu dari balik tirai kelas
jendela kelas
Dulu, aku memperhatikanmu dari manapun
jikalau aku melihatmu
Dulu, kau tidak tahu
bahwa ada yang perhatikanmu

Lalu, lulus sekolah dasar
Kita berpisah
Kau kesana
Aku kemana

Tak bertemu lagi seberapa lama

Tak melihatmu lagi seberapa lama

Di gaibnya aku dari duniamu
merindukanmu dengan sayatan-sayatan
yang jika kulukis sekarang
harus lagi ku memungut banyak air mata
Dulu, aku berharap akan bertemu lagi
namun aku tak tahu akankah bertemu lagi
Karena entah pergimu kemana

Beberapa masa terlewati
beberapa tahun saling berganti
laku dan jadi saling menyalin
dan ku rajut-rajut mimpi tak henti terpilin

Sudah besar kemudian aku
dan kiranya sudah besar dirimu
Harapan bertahun ingin bertemu
namun entah akankah bertemu

AKhirnya
suatu hari
aku melihatmu
bersama seseorang
yang tak kukenal
bersanding
di balik tirai
Ceria
berdua
merajut nafas hidup berdua

Hari itu pula
aku seka semua yang telah terharap
aku berusaha hapus
mimpi-mimpi yang telah bertahun
lamanya kulukis di
kanvas
dengan warna-warna terindah
yang pernah kutemu
di alam

Hari itu pula
aku berharap tak ingatmu lagi

Yang ada kemudian bayang-bayang
bersalah
kenapa begitu lama
aku mendamba
sesuatu yang belum tentu
layak kan tergapai
Semua terasa menyedihkan
hingga awan pun
menutup matahari yang
tersenyum
Awan tak ingin
bertambah pedihku
melihatnya tersenyum
sementara di bawah
aku bersedih

Padahal dahulu
aku bertekad
akan menaruh tiara di atas batok kepalamu
tiara indah
terbuat dari
emas, perak dan
batok kelapa

Padahal dahulu
aku sudah menulis
banyak-banyak
serial kehidupan
tentang aku yang merindu
Juga telah kutaburkan syair-syair
dan puisi-puisi lirih
tentang babon kehilangan
kekasihnya

Padahal dahulu aku
punya tanda tangan
terlukis nama depanmu
dengan nama depanku
Berharap semoga
tanda tangan seperti itu
akan abadi hingga
kita mati
berdua sejoli

Namun buyarlah segala pada
yang tersemat dalam mimpi
Bahkan mimpi pun
mengangkat kopernya
ia hijrah ke tanah subur
Katanya, 'Aku pergi
karena tak ingin kekeringan
aku pergi
hendak mencari peruntungan'

Jikalau kini kau tahu
atau bahkan yakin bahwa
tulisan ini untukmu
maka ketahuilah
sesungguhnya kamu
cuma kege'eran
karena aku
hanya mengarang...

Sekarat Admirer!

No comments:

Post a Comment