Saturday, December 15, 2012

CAT : [32] "IRI AKAN JAYA"

oleh Hasan Al-Jaizy


Saya tidak ingin menceritakan pada siapapun bahwa saya iri dengan banyak orang, terutama para lulusan non-pesantren tapi Allah beri ilmu dan semangat menggebu. Apalagi jika ternyata mereka terlihat mustaqim dan multazim; mengamalkan maksimal ilmu mereka. Bahkan, saya terbakar cemburu disebabkan saya melihat seseorang yang -menurut saya- ilmunya tidak seberapa tetapi ia benar-benar mengamalkan ilmunya. Kalau sudah melihat seperti itu, minder-minderlah diri ini; berilmu sedikit beramal jika terjepit saja. Saya tidak akan menceritakan hal-hal di atas; karena itu adalah rahasia yang tidak layak diketahui selain saya.

Bolehkah kita iri? Boleh dan bahkan wajar terbilang dan tersifat jika iri akan kebaikan orang namun tidak menginginkan keburukan dari pihak yang diirikan. Bahkan, iri akan kegantengan atau kecantikan teman tergolong wajar. Hanya, iri -sekecil apapun ia dan dalam bidang apapun- adalah bekal untuk mendengki.

Kalau situ iri sama saya, agar tidak menjadi dengki dan membenci, maka doakan saya supaya tetap lurus dengan kebaikan yang situ irikan dalam diri saya.
Dan sebaliknya, kalau saya iri sama situ, agar tetap sehat hati ini dan tidak membenci, maka saya doakan situ supaya tetap lurus dengan kebaikan yang saya irikan dari situ.

Sesungguhnya, semua orang itu pernah iri. Seperti yang bisa Anda fahami dari kalimat hikmah ini:

لايخلو جـسـد من حـسـد فالكريم يخفيه , واللئيم يبـديـه

Jasad takkan lepas dari hasad
Orang mulia sembunyikannya
Orang hina zahirkannya

Kemudian ada yang bertanya, "Muqaddimah tulisan ini malah menzahirkan hasad?"
Kemudian ada yang menjawab, "Ya, tapi insya Allah itu hasad yang baik."
Kemudian ada yang bertanya, "Lho, memangnya hasad itu ada yang baik?"
Kemudian ada yang menjawab, "Ya, ada. Hasad yang baik adalah hasad [iri] terhadap kebaikan seseorang tanpa menginginkannya tercabut darinya."

Riweuh?

Begini gambarannya:

[1] Haji Asnawi itu sudah tua. Rambutnya memutih dan anak perempuannya semakin dewasa. Haji Asnawi ketika melihat Suyuthi, beliau merasa iri sekali dan menyesal. Iri karena Suyuthi, meskipun masih muda, namun Allah beri ilmu, 'kesaktian' serta kesalehan. Berbeda dengan dirinya ketika muda yang tidak sehebat Suyuthi. Beliau juga menyesal mengapa ketika muda dahulu tidak maksimal belajar dan menggali ilmu. Namun, meski iri berkecamuk, Haji Asnawi tidak pernah berharap Suyuthi terjatuh. Justru tiap hari beliau mendoakan Suyuthi, semoga ia tetap istiqomah, dilindungi Allah dan menikah dengan....anak perempuannya.

Nah, hasad/iri yang terjadi pada diri Haji Asnawi tergolong baik, sehat dan tidak tercela. Orang-orang berumur pun bisa iri, lho.

[2] Purnomo sangat geram jika melihat muka Suyuthi. Ia merasa 'kalah' segalanya darinya. Suyuthi punya wajah enak dipandang, sedangkan Purnomo punya wajah enak dingangkang. Suyuthi punya segudang ilmu senang ditebar, sedangkan Purnomo punya sebak ilmu senang dilamar. Tiap Purnomo mengingat Suyuthi, ia berharap bala dan ketergelinciran menimpanya.

Beginilah macam hasad/iri yang berupa dengki.

Abu Al-Laits As-Samarqandy, seorang pendekar Fiqh, berkata:

يصل الحاسد خمس عقوبات قبل أن يصل حسده إلى المحسود , اولها : غم لا ينقطع , وثانيها مصيبة لايؤجر عليها وثالثها مذمة لايحمد عليها ورابعها سخط الرب وخامسها يغلق عنه باب التوفيق

"Seorang penghasud [pendengki] sampai pada 5 hukuman sebelum dengkinya sampai kepada orang yang didengki.

Pertama: Kegalauan tak terputus

Kedua: Musibah yang tak diganjari pahala karenanya

Ketiga: Aib yang tak mungkin dipuji atasnya

Keempat: Kemurkaan Rabb

Kelima: Tertutup baginya pintu hidayah taufiq"

Jika ada seorang penghasud yang dengki terhadap Anda, dan Anda TAHU kedengkiannya [dari bahasanya maupun dari kabar manusia], maka Anda harus bersyukur. Kenapa? Karena sebenarnya ia adalah FANS Anda. Ia memperhatikan Anda lebih besar perhatiannya pada selain Anda. Semakin Anda menaruh senyuman di bola matanya, semakin terbakar hatinya. Semakin Anda sabar dan naik gunung, semakin terbakar hatinya. Dan itu adalah siksaan terbesar baginya.

No comments:

Post a Comment