Tuesday, December 11, 2012

CAT : [20] "PERAWAN"


oleh Hasan Al-Jaizy

Seorang gadis -single-perawan- lebih 'gengsian' dibanding emak-emak. Statistik hasil pengamatan pribadi [masalah buat ente?] mengatakan begono. Gengsian yang saya maksud bercondong pada masalah 'blak-blakan' kepada lawan jenis.

Sebelum saya melanjutkan paragraf kedua dari tulisan ini, saya ingin memberitahu beberapa hal dahulu [sebagai pemanasan]:
1. Non-emak-emak [alias single-perawan] tidak perlu mencontohkan bagaimana mempraktekkan kegengsiannya dengan berkomentar melawan, menuding, menuduh, membalikkan dan seterusnya.
2. Non-emak-emak dan non-single-perawan [berarti: nenek-nenek] mohon kesediaannya menyimak.
3. Saya cuma mengutarakan yang di selatan. Jadi, mohon jangan melencong ke timur dan barat.
4. Anda sedang membaca bagian dari paragraf kedua.

Kini berlanjut ke paragraf ketiga. Saya ingin membahas tentang PERAWAN. Bahasan yang judulnya membuat mesem-mesem beberapa bapak-bapak. Membuat slurp-slurp bagi beberapa perjaka. Tapi, bukan itu tujuan saya. Yang mau mesem dan slurp-slurp, lakukanlah sendiri.

Perawan [menurut saya sendiri] berasal dari kata RAWAN. Lalu ditambahkan prefiz PE. Apa arti Rawan? Rawan [jika dicocokkan dengan perawan] bermakna: "mudah menimbulkan gangguan keamanan atau bahaya; gawat".

Perawan jaman dahulu [saya menggeneralisir dan itu bukan masalah buat mbah saya] condong menetap di rumah seharian. Jikalau keluar, pasti di siang hari. Di hari terang. Dahulu, seperti kata emak saya, perawan yang keluar malam hari, dengan alasan apapun [selain ngaji], adalah perawan yang memalukan! Perawan yang suka dekat-dekat dengan laki, disebut ganjen, centil dan semacamnya.

Perawan jaman sekarang [saya menggeneralisir dan itu bukan berarti semuanya!] condong menetap di jalanan. Hinggap di mana-mana. Perawan-perawan marah dibilang seperti ini. Karena memang kenyataannya mereka suka kemana-mana. Ke kampus, tempat kerja, rumah teman, kafe, restoran, toko, candi, kuburan, petilasan, makam keramat, dan lain-lain. Mungkin saja ada yang marah karena kebetulan ketika sedang membaca status ini ia sedang hinggap di jalanan.

Kenapa langsung marah? Karena gengsi. Naaah, itu dia. Kalau benar marahnya, berarti angka persentasi penelitian saya terhadap kecenderungan gengsi perawan bertambah.

Kenyataan ini, selain diperkuat oleh kejadian-kejadian di Pesbuk, diperkuat oleh beberapa ikhwah [ustadz dan mas-mas mengejar] yang menyatakan 'Perawan itu lebih kedepankan gengsi'. Kalau sudah emak-emak, sudah ga butuh gengsi lagi. Tapi, tentu saja emak-emak [saya menggeneralisir dan itu masalah buat banyak perawan] lebih dewasa dalam menimbang dan memutuskan perkara.

Perawan itu rawan alias rentan. Baik hati, baik virginity. Jika masih perawan dan berumur siap menikah, maka hatinya rawan menyukai yang ia kagumi. Kalau sudah suka dan kagum, you know....Berbeda dengan emak-emak, kalau suka dan kagum sama orang luar, 'Emang gue pikirin, gue udah punya Rambo!'

Tetapi, ada yang lebih rawan daripada perawan, yaitu janda. Agar tidak melebar, kita kembali ke perawan.

Ada beberapa perbedaan sikap perawan dan emak-emak di Pesbuk ini. [Well, karena saya sedang menulis di Pesbuk, maka saya mengaitkan dengannya].

--> Jika seorang gadis mengirim kalimat via inbox ke pria lalu dicueki, ia akan malu sekali. Kenapa? Karena gengsi? Terutama jika pria tersebut adalah pria yang ia harap-harap atau ia sukai.
--> Jika seorang emak-emak mengirim seperti itu lalu dicueki, ia tidak malu. "Ngapain malu? Gue kan punya Rambo!"

Begitu juga dengan komentar-komentar di status. Perawan jika diselengkat, langsung respon dengan perasaan, entah dengan: 1. Remove friends, 2. Remove comments, 3. Marah dan melawan.

Jika emak-emak diselengkat, Rambo keluar rumah: "Lo apain bini gue???"

Bermuamalah dengan gadis tentu tidak sama aromanya dengan emak-emak. Karena seorang gadis jika dicolek sedikit hatinya, langsung memikirkan 'gaun putih' [bagi yang normal] atau memikirkan 'ditraktir/dibeliin apa besok' [bagi yang matre]. Tetapi jika mencolek hati emak-emak: Pucuk Dicinta Rambo Pun Tiba.

Mohon mangap, catatan saya ini seperti tidak jelas maunya apa. Tapi yang jelas, bagi saya jelas mau saya apa: menulis.

No comments:

Post a Comment