oleh Hasan Al-Jaizy
"Dari bukan siapa-siapa menjadi siapa"
Seorang yang menyumbang atau sedekah ilmu, ide, inspirasi atau motivasi lewat status, photo, notes dan lainnya di situs ini, bisa jadi awalanya BUKAN SIAPA-SIAPA. Tapi, mungkin saja selang beberapa waktu Anda akan menganggapnya seseorang yang spesial; karena berhasil merubah pola fikir Anda, manhaj agama Anda, menjadi sumber inspirasi, penggerak dan motivator Anda, menambah pengetahuan Anda ataupun lainnya yang membuat Anda teringat bahwa dia punya 'jasa'.
Awal 2010, adalah awal masa saya tiap Sabtu mengajar di Margonda. Seberang Universitas Indonesia. Tiap hari itu, selalu saya menggunakan kereta dan turun di stasiun UI. Dan tiap turun di stasiun UI, selalu timbul harapan moga-moga kelak bisa mendapat teman seorang mahasiswa UI. Pulang mengajar di sore hari, saya kembali ke stasiun untuk menunggu kereta ekonomi datang. Selalu berseliweran anak-anak muda, baik laki maupun lawan jenisnya, di sekitar. Yakinnya saya, mereka adalah mahasiswa. Ingin sekali menyapa satu atau dua atau tiga dan seterusnya. Namun, tertahan perasaan dan fikiran, 'Mereka pasti anak orang-orang berada.'
Duh, fikiran saya saat itu masih polos [dan masih hingga kini] sebenarnya. Akhirnya saya mencukupkan diri menikmati harapan yang ada di dalam.
Dan Allah menjawabnya. Saya dan beberapa teman kampus mendapat kesempatan ikut lomba di kampus itu. Dari masa itulah, akhirnya dapat teman mahasiswa UI. Akhirnya saya berhasil melucuti fikiran-fikiran polos tentang UI. Setelah selesai perlombaan, gencarlah saya memburu pertemanan lewat FB.
Melalui dan karena pertemanan banyak di FB, akhirnya saya dan beberapa teman mendapat kesempatan mengajar anak2 Sastra Arab di kelas mereka dalam kampus. Ibrahnya bukan 'mengajar' yang ingin saya angkat di sini, tetapi: di FB. seseorang bisa menjadi seseorang bagi orang lain setelah sebelumnya ia bukan siapa-siapa baginya.
Dan pekan ini, salah satu sarjana [yang dulu pernah kita ajari] mengirim hadiah, oleh-oleh dari Maroko; sebuah kitab tentang Maroko. Antropologi Arabic.
Cerita Lain:
Tanggal 30 November 2012, saya berdiri di Toko Buku Ibnu Ahmad [sekitar 2 kilo dari kampus]. Siang hari setelah kuliah. Ada kitab 3 jilid berjudul "MIFTAAH DAAR AS-SA'ADAH" karya masterpiece Al-Allamah Ibnul Qayyim. Slurp slurp melihat buku tersebut. Tapi cuma bisa slurp slurp dan berdiri mengamati di depan rak. Buku itu berdiri dengan angkuhnya di atas. Dan saya, ketika itu, seperti kucing yang saya lihat di pasar dekat rumah saya, sedang mengamati pedagang ikan di depan lapaknya.
Setelah itu pergi....'Yah, insya Allah kapan-kapan bisa beli. Mudah2an bisa beli.'
Dan sekarang, kitab tersebut ada di kamar saya + 1 kitab karya Ibnu Taimiyyah: "Al-Istighotsah: Ar-Radd Ala Al-Bakry"!!!
Bagaimana itu bisa terjadi?
Saya tidak berharap ada orang yang membelikan untuk saya, tetapi ada seorang teman FB yang SAMA SEKALI TIDAK SAYA KENAL sebelumnya = membelikan semuanya, meski secara tidak langsung! Syukur sangat pada Allah, kemudian kepada teman FB ini.
Insya Allah dan mudah-mudahan jika diberi masa dan kesempatan lebih, kitab-kitab tersebut bisa menjadi inspirasi bagi tulisan-tulisan yang semoga banyak dari manusia memanfaatkannya. Semoga pahalanya berlimpah dan melipat untuk teman FB ini.
Saya ingin menitip kalimat Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid:
"Jika engkau ingin agar kawanmu mengambil faedah dari kitab2/buku2 dan membacanya [meski kau kira ia takkan membacanya], yang lebih baik adalah engkau tetap menghadiahkannya padanya; boleh sembari menganjurkannya membaca dan mendiskusikan tentangnya.
Mungkin saja sekarang ia tak membacanya; tapi mungkin pula di masa depan ia membaca; dan menjadi sebab datangnya hidayah dan bertambahnya iman."
[Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid]
Jika kamu ingin agar pahala bertambah disebabkan ilmu yang kau sebar, maka sebarkanlah ilmu. Biarpun di awal seolah sedikit pembacanya. Tetapi mungkin saja, meski sedikit pembaca, ada yang benar-benar meresapi dan tanpa kau sadari, tulisanmu merubah hidupnya menjadi lebih baik. Carilah peruntungan dengan cara baik. Dan percayakan, selama ikhlasnya hati dalam beramal, Allah pasti akan mewariskan yang terbaik.
Kalau merasa tidak bisa menebar ilmu, karena merasa belum punya, namun punya materi, berikan materi pada orang yang berhak atau membutuhkan. Boleh jadi ketika kau memberi, ia tidak bisa membalas pemberianmu sekarang; TETAPI bisa jadi ia mendoakanmu di tiap sepertiga malam.
Siapa tahu???
Internet adalah fadhilah dari Allah di satu sisi, meski di sisi lain terbayang api neraka. Tapi dengan Internet, banyak pahala yang bisa kau borong. Selama tidak berlebihan, tetaplah mengais pahala.
Jika belum jadi siapa-siapa di dunia nyata, maka jadilah 'siapa-kamu' di dunia maya. Ketika kamu sudah menjadi 'siapa' di dunia maya, bisa jadi kamu mudah menjadi 'siapa' di dunia nyata. Jadikan 'kesiapaanmu' kelak sebagai salah satu wasilah untuk menebar kebaikan dan meraih pahala sebanyak-banyaknya; dengan banyaknya pula pencela.
ijin share ustadz
ReplyDelete