Saturday, December 29, 2012

Toleransi Telor Asin!

oleh Hasan Al-Jaizy

Toleransi. Kata ini sering digemakan para penegak hak asasi. Padahal, nyata bagiku bahwa mereka hanya mencari sensasi. Jikalau bukan sensasi yang dicari, mereka hanya mencari atensi. Karena jika bukan sensasi atau atensi yang dicari, Toleransi hanyalah sebuah wacana basi!

Kenapa beberapa pemuda yang sedang kege'eran belajar Mantiq, Filsafat dan sebagainya di awal kuliah, mulai bermain-main kalimat yang zahirnya begitu 'nyeleneh' dan menantang agama?

Karena [pilih salah satu]:

[1] Mencari sensasi, atau
[2] Mencari atensi [perhatian]

...saja.

Saja? Tidak! Ada satu kemungkinan lagi:

"Mencari Simpati"

Bukankah Liberalisme menjalar akibat juluran lidah-lidah manusia pencari nafkah dari Barat?
Bukankah Pluralisme disuguhkan oleh mereka yang mencari perhatian kaum agama lain sehingga menagih simpati?

Lalu, kenapa beberapa mahasiswa tersebut datang ke gereja, berfoto bareng dengan penyebar kesesatan tersesat, dengan alasan: Telor Asin...eh...Telo Asin...hayah...Toleransi???

Apakah mereka memang bermaksud menegakkan kebenaran? Jauh!
Atau menegakkan nalar? Tidak kena!
Atau menyulut kehangatan toleransi? Bisa jadi, tetapi lebih bisa tidak jadi. Kenapa peduli dengan kaum agama lain? Memangnya kepedulian mereka sudah habis terhadap kaum agama sendiri?

ATAU, mencari sensasi? Atensi? Simpati?

Jika murni toleransi dan tulus, maka harus foto-foto.
Jika bukan karena mencari sensasi, kenapa difoto bersama salib?
Jika bukan karena haus atensi, kenapa difoto bersama salib besar?
Jika bukan karena mencari simpati kaum lain, kenapa tidak mengelus saudara sendiri saja?

Toleransi ala Telor Asin saja mereka usung. Toleransi layaknya bermakna 'membiarkan'. Tetapi bagi mahasiswa seperti mereka, definisi toleransi:

"Sebuah wacana kepedulian yang bersifat praktikal bertujuan untuk mencari sensasi, atensi atau simpati berdasarkan etika kebebasan tanpa bermaksud merasa paling benar sendiri"

Telor Asin! Rasanya enak. Asin di awal-awal. Tetapi jika dijilat terus, lama-lama asinnya hilang. Kelihatannya 'wah' dari segi wacana, namun prakteknya hambar.

Teruskan, anak-anak perjuangan kalian. Buktikan bahwa kalian adalah makhluk yang toleran. Lain kali sekalian kalian bersandiwara menjadi para pastur, suster, Rabbi, dan seterusnya. Kita tunggu serial berikutnya. Semoga kalian dan kita semua kembali ke jalan yang benar dengan merasa agamanya benar, paling benar dan hanya ialah yang benar.

1 comment:

  1. Assalamu'alaikum Akhii.. Izin baca2 artikel antum.. Sekalian izin untuk copy-paste beberapa, tapi tetep kok akan ana sertakan sumebrnya..

    Jazakallahu khairan..

    ReplyDelete