Friday, December 21, 2012

CAT : [52] "JANGAN MERASA SUDAH BENAR!"


oleh Hasan Al-Jaizy


"Jangan juga merasa sudah salah," jawab Aliel, pentolan partai JSL Jaringan Sa'karep Lambene, sebuah partai peliharaan kerajaan.

Waduh, kalau begitu, saya harus merasa apa? Atau, saya harus tidak merasa apa-apa? Jadi, posisi perasaan saya ada di mana?

"Kamu harus mengerti, anak muda, bahwa kebenaran itu sifatnya relatif. Ketika kamu meyakini sebuah kebenaran, jangan yakini itu sudah benar."

Lho, kalau itu tidak boleh diyakini sudah benar, bagaimana sampeyan disebut 'kebenaran'?

"Memang itu bernama 'kebenaran', tapi kebenaran itu tidak menjadikan engkau sudah benar," ungkap Aliel.

Walah, Pak. Saya jadi pening. Sampeyan kalau bicara mbok jangan berbelit-belit begitu.

Suyuthi yang sedang nangkring di pohon pun tertawa sendiri. "Hahaha."

Saya dan Aliel menoleh terkaget. "Pendekar Suyuthi dari Perguruan Hijau!" bisik Aliel tercekat.

Suyuthi pun turun melompat dari pohon. Masih tertawa. "Omongan sampeyan ini membuat bulu-bulu di dada saya gemetar. Alangkah lucunya."

"Tidak ada yang lucu." sergah Aliel.

"Ada satu pertanyaan untukmu, pendekar Aliel. Kau mau ke surga atau ke neraka?" tanya Suyuthi.

"Aku tak layak ke Surga-Nya...namun tak pula aku sanggup ke neraka-Nya!" jawab Aliel tegas. Sepertinya ia mulai emosi.

Saya mengamati dan menyimak percakapan mereka berdua. Semoga klimaksnya benar-benar memuaskan.

"Kau tak merasa layak ke Surga....tidak pula kau mau ke neraka...kalau begitu pergi ke laut saja! Hahaha!" tawa Suyuthi semakin membuat Aliel tampak marah.

"Masalah buat mbahmu?" tanya Aliel.

"Tidak masalah buat mbahku. Bahkan mbahku akan tertawa tercingkrang-cingkrang mendengar kalimatmu yang lucu itu. Tidak mau ke surga, ya? Mau ke surga atau tidak?"

"Tentu saja aku mau! Tapi, betapa inginku merendah diri di hadapan Ilahi. Tak sepertimu yang merasa sudah benar!"

"Nah, itu dia perkaranya. Intinya: Kau selalu menganggap kebenaran itu adalah sesuatu yang tidak boleh dirasakan dan diresapi kebenarannya! Ketika seorang hamba yakin akan rahmat Allah kelak memasukkannya ke surga sembari berusaha beramal, maka itu adalah kebatilan bagimu. Bukankah, begitu?" Suyuthi memandang tajam...ke bibir Aliel.

"Kau mirip dengan pendekar perguruan Jahmiyyah yang meliburkan makna-makna zahir Asma wa Sifat. Mereka mengatakan bahwa makna dari yang terzahir pada ayat Allah itu bukanlah kebenaran. Kebenaran adalah yang terta'wil oleh akal mereka sendiri. Lalu mereka meyakini itu adalah kebenaran, sedangkan mereka membatalkan kebenaran yang diyakini oleh orang lain. Sesungguhnya ucapanmu 'tiada kebenaran mutlak' dan 'jangan merasa sudah benar' justru menjadi bumerang bagi bibirmu itu. Karena sebenarnya kau pun merasa sudah benar sehingga membatalkan kebenaran yang diyakini orang lain."

Aliel terdiam....

Saya terkekeh...Suyuthi ini bicara apa toh? Apakah ia merasa sudah benar bicara begitu?

Adzan Ashar berkumandang. Purnomo terbangun dari tidurnya. Ia pun bergegas menuju kamar mandi sembari bergumam, 'Kenapa aku memimpikan mereka, ya?'

No comments:

Post a Comment