Thursday, December 6, 2012

CAT : [11] "MASTER BASI"

oleh Hasan Al-Jaizy

Masih ingat Mastur, kan? Kalau masih ingat, ya baguslah. Tapi, sayangnya Mastur pun tidak ingat siapa Anda. Kenal saja tidak. ckckck. "Betapa banyak yang mengklaim punya hubungan dengan Laila dan Mastur, tetapi Mastur dan Laila sendiri tidak saling kenal." 

Mastur adalah seorang pelawak asal Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dia adik kandung Mandra. Kalau sudah nyolot dan misuh-misuh, langsung terkena syndrom Pinokio. Panjang sendiri bibirnya.

Terakhir kali melihat Mastur di tayangan OVJ edisi 2009 atau 2010. Tingkahnya dimaksudkan melucu. Tapi bagi saya tidak lucu. Memonyet-monyetkan diri, tapi ternyata monyet lebih

terlihat manusiawi. Your joke is ok, but failed, Mastur.

Master-master Pelawak

Mayoritas pelawak Indonesia rata-rata 'konyol'. Lho, namanya melawak ya konyol tah ya? Iya, tetapi lawakan kelas atas adalah yang tidak konyol, sopan, berhikmah, bijaksana, kreatif, sarkastik, baik, soleh dan rajin menabung. Sayang saya tidak diberi waktu cukup untuk memperhatikan acara-acara lawak. Tapi, pernah saya melihat Pak Mario Teguh melawak. Sebenarnya asal 'nawaitu' nya beliau bukan untuk melawak sih. Tetapi penguasaan medan dan hadirin dipegang benar-benar. Lawakannya itu eksekutif, tidak eksklusif. Contohnya seperti apa? Saya lupa.

Sedangkan pelawak macam Sule, meskipun kadang mengucapkan kalimat brilliant dan menampilkan muka yang melemahkan selera nafsu hidup, tetapi banyak hal yang sangat buruk darinya. Sule memang sering menampilkan performa yang mengajak hadirin menghargai budaya atau tradisi negeri. Baiklah. Lagak Sule terkadang benar-benar membuat ketawa. Baiklah.

Tapi, banyak kalimat darinya yang membuat seorang terdidik atau seorang pendidik berharap itu tidak ditonton manusia. Bukan semacam 'Prikitiw'. Bukan. Juga, OVJ ini sebenarnya ceritanya 'gitu-gitu aja'.

Inti cerita hampir tiap episode:

Step 1 = Pertemanan [pengenalan bahwa ini teman itu, dan itu musuh ini]
Step 2 = Perempuan [pengenalan dalam cerita akan adanya gadis cantik]
Step 3 = Persaingan/Perebutan
Step 4 = Berantem
Step 5 = Salah satu akan kalah

Sebenarnya intinya itu-itu saja. Tontonan ini memang hiburan dan banyak yang terhibur. Tapi, kenapa tidak diberi bobot meski sedikit??? Kenapa cuma itu-itu saja.

OVJ mengalahkan pamoritas Extravaganza. Tukul juga kalah. Nuansa Pagi dan Liputan 6 juga kalah. Bahkan seluruh acara TV One yang paling getol memberi berita 'wah-wah' itu, tetap kalah terminat oleh rakyat biasa.

OVJ seolah master....master basi. Karena kerangka ceritanya basi. Dalang sudah beribu kali di ratusan episode mengatakan:

"Sedang asyik-asyiknya ngobrol, datanglah...."
"Sedang enak-enaknya bercengkrama, datanglah...."

Jika mau dibandingkan, Pas Mantab nya Mas Parto [Edi Supono], Kang Sule [Sutisna] dan mantan calon pejabat gagal [Andre Stinky], mendingan. Daripada OVJ. Dahulu, OVJ, ketika masih di-sindeni oleh Rina yang bisa mengeluarkan suara tokek kejepit itu, para pemainnya masih polos melawaknya. Mereka ikhlas melawak.

Sama seperti DKI 'Tertawalah Sebelum Tertawa itu Dilarang'. Ngelawaknya polos, tulus, ikhlas dan semampunya. Tapi sepolos-polosnya mereka, ngeresnya nebar kemana-mana.

Atau Benyamin Su'eb. Ngototnya polos ala Betawi asli. Bukan Betawi-betawi jaman sekarang. Bahasa gaul itu aslinya bahasa Betawi. Cuma tetap beda intonasi dan banyak makna kosakata berbeda. Dan bahasa Betawi sendiri aslinya adalah bahasa Melayu dicampur Arab sedikit. Makanya, ada kosakata 'ane' dan 'ente'. Loe kira itu logat jawa? Gila lu, Ndro! Kalau itu logat Jawa, jadinya: 'ono' dan 'onto'.

Herannya, master-master pelawak model begonoan [DKI-Benyamin-Ken Ken Wiro Sableng] malah tidak dianggap basi. Sebagian wong tuo malah terkenang.

Lagipula, saya sarankan agar jangan banyak menonton lawakan. Kalau mau melihat lawakan, tonton saja orang2 Syi'ah, para pemuja Kubur dan penyembah kerbau. Lawakan yang lucu tapi bisa bikin sakit hati. Atau kalau mau baca tulisan yang berisikan lawakan, baca kitab-kitab yang membantah syubhat dan kerancuan pemikiran kelompok-kelompok sesat, seperti Liberalism. Contoh saja. Liberalisme itu lawakan mutakhir, modern, in-telek-tumbal, nggemesi, nggilai, nggilani, mjaji, dan seterusnya.

Jadilah master yang bermanfaat saja, bukan sekadar menghibur. Semua hiburan pasti akan basi pada akhirnya. Yakni, pada masa tertentu. Tetapi, ilmu [terutama ilmu agama] tak akan basi selamanya, selama dipelajari lillaahi ta'ala.


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/470814392959951

No comments:

Post a Comment