Wednesday, December 5, 2012

CAT : [9] "YANG TERDALAM"


oleh Hasan Al-Jaizy

Beberapa hari lalu, lebih dari seminggu, saya 'iseng' menonton klip atau cuplikan kajian Ust. Abdullah Taslim -hafidzahullah wa rahimah-. Tentang hubungan Jokowi dengan Megawati. Haiyah. Bukan. Tentang hubungan seorang gadis [baca: akhwat] dengan seorang pemuda [baca: ikhwan]. 

Diceritakan oleh si gadis perihal hubungannya bersamanya. Hingga kemudian sepakat 'bertaubat'. Keduanya ingin meneruskan trayek dengan cara menikah. Karena sebelumnya, keduanya adalah TTM [Teman Tapi Mmuahh]. Meskipun setelah saling diam beberapa masa, si gadis masih berupaya menekan 'send message' dengan alasan 'silaturrahmi' dan seterusnya.

Is it funny? Yes, it is. Itu lucu. Tetapi, ada yang seharusnya lebih kita perhatikan dari kelucuan itu. Dan belum tentu juga semua hadirin kajian yang tertawa, benar-benar menertawai curhatan si gadis itu. Bisa jadi di antara mereka yang tertawa, sebenarnya menertawai dirinya juga. Karena tidak menutup kemungkinan bahwa 'that's the same old story of theirs'. Atau ada pula yang mungkin masih melakukannya.

Sebagai penonton, saya pribadi berusaha menimbang hal itu dengan 'perasaan' dan 'fikiran' bagaimana jika dia adalah saya. Karena kadang kita tertawa di atas curhatan manusia, sementara hal itu bukanlah yang patut ditertawakan. Walaupun benar: itu lucu. Fine. Hak masing-masing tertawa dan senyum. Saya pun tersenyum ketika itu.

Duhai kawan-kawan dan musuh-musuhku, adakalanya kita perlu memaklumi sebuah cerita buruk terungkap dengan maksud untuk mencari solusi. Di antara saudari-saudari kita, ada yang Allah berikan perasaan yang mudah 'terganggu' ketika sekali terkesima. Dan itu belum tentu salah hatinya. Sebagaimana ada pula beberapa manusia yang Allah beri senang 'tampil' dan dilihat manusia bahwasanya 'aku pasti bisa', seperti Syaikh Al-Arify ketika masih duduk di kursi kampus dulu. Yang saya rasakan, justru rasa dan keinginan untuk merangkul orang yang curhat dan mencari solusi. Karena tidak sekali terjadi, seorang manusia memiliki kekurangan dan kesalahan, ia ingin mencari teman tuk diajak sharing demi dapatkan solusi, namun rasa malu mengabut. Sehingga ia mengirim SMS kepada ustadz, atau siapapun yang ia kira bisa memberi solusi. Ia tidak ingin diketahui siapa ia, dan dimana ia.

Tanyakan ini sembari berbisik:

'Bagaimana jika aku punya cacat di [maaf] kemaluanku, sedangkan ke siapapun ku tak sudi menahan malu tuk cerita? Lalu ku diam-diam mengirim message ke seorang yang ku anggap mampu menaburkan solusi. Namun, kemudian ia atau teman-temannya menertawai kekuranganku itu!?'

Tidak...saya tidak menyalahkan Ust. Abdullah Taslim dan para hadirin. Tidak. Di sini hanya mengajak tiap-tiap kita untuk mengeruk hati hingga yang terdalam ia tergali.

Di sebuah kajian televisi, suatu ketika Syaikh Al-Arify mendapat telepon. Lewat saluran televisi tentunya. Sehingga semua suara penelepon tertangkap dan terdengar. Seorang wanita menelepon. Setelah salam dan saling mendoakan, Syaikh menanyakan perihal apa yang ada pada dirinya sehingga menelepon. Lalu, wanita itu menjabarkan isi hatinya. Rupanya...

...wanita itu ingin Syaikh Al-Arify menikahinya. Disampaikan lewat telepon.

Syaikh Al-Arify dan presenter tersenyum. Cukup menggelikan memang. Yang terbalas dari beliau hanyalah doa-doa. Beliau pun mengajak siapapun untuk mendoakan wanita ini agar Allah memberinya pasangan yang salih dan terbaik.

Seorang wanita [shohabiyyah] pernah datang ke hadapan Nabi Muhammad -shallallahu alaihi wa sallam [berselawatlah atas beliau] -. Rupanya ia ingin menghibahkan dirinya pada beliau. Maka, Sang Khairun Naas pun mengamatinya. Dan sepertinya beliau kurang tertarik. Itu tampak dari perenungan beliau beberapa saat. Wanita itu pun duduk menunggu keputusan Nabi. Melihat ada sebuah kesempatan yang bagus, seorang shahabat beliau -radhiyallahu anh- yang sedari tadi berada di sisi, menawarkan dirinya untuk menikahi wanita tersebut.

Nabi menanyakan padanya perihal apa yang ia punya. Rupanya ia tak punya apapun yang bisa dijadikan mahar untuk menikahinya. Bahkan sebuah cincin besi pun tak punya. Itu dipastikan setelah ia kembali ke rumahnya untuk mengecek. Tidak ada apapun yang ia punyai dari sesuatu berharga. Lalu ia menawarkan izaar [potongan pakaian bawahnya] untuk dijadikan mahar.

Nabi terheran, hingga mempertanyakan seandainya izaar itu dibuat untuk sang wanita sebagai mahar, lalu dia mau pakai apa untuk menutup tubuhnya!?? Sedangkan ia tak punya apa-apa lagi!!!

Maka, akhirnya sepakatlah mereka menikah setelah Nabi anjurkan hafalan beberapa potongan dari Al-Qur'an dijadikan mahar. Maksudnya: pengajaran [ta'lim] untuk sang wanita sebagai mahar.

Adakalanya seorang wanita benar-benar ingin mendapat pendamping. Ketika ia melihat undangan pernikahan temannya, ia hampir jatuh. Karena sudah lama mendamba, namun justru teman yang lebih dulu ke sana. Berbeda dengan lelaki yang bisa mencuekkan diri. Karena itu, jika rupanya ada wanita menyapa dan menyerahkan dirinya padamu tuk dinikahi, jangan kau picingkan mata dan jangan dibalas dengan ejekan. Sekali sakiti hatinya, hancurlah selamanya.

Hati Yang Terdalam

Di antara para jilbaber, ada yang tetap tegar meski badai hasrat menggulung-gulung hati.

Jumlah wanita sekarang melampaui pria kiranya sekian lipat berkali. Kita, sebagai pria, perlu pula menyelamatkan mereka. Bagi yang belum punya 1, seperti saya ini, tidak masalah bermimpi punya 2,3,4. Bagi yang sudah punya 1, adalah bermasalah jika tidak bermimpi punya 2,3,4. Memadukan kasih bisa timbulkan murka cinta pertama. Namun, bagaimanapun, kita tetap layak menyelamatkan para wanita!

X : "Anak Ibu bujangan?"
Y : "Tentu tidak! Kan sudah saya beri Combantrin!"

X : "Anak ibu perawan?"
Y : "Situ oke?"

No comments:

Post a Comment