Tuesday, December 4, 2012

CAT : [3] "SENGSARAMU INSPIRASI TUK SELAINMU"

oleh Hasan Al-Jaizy

Ini untuk orang-orang yang merasa dirinya sengsara. Kasihan sekali orang-orang semacam ini. Atau yang lebih kasihan adalah yang merasa paling sengsara, paling miskin dan paling menderita. Padahal ia hidup di negara aman. Ia tidak sedang dikejar hewan-hewan. Rumahnya tidak sembarangan digrebek Densus 88. Tetapi kenapa merasa paling besar ia punya kesengsaraan?

Padahl semua dari kita adalah orang kaya. Boleh kaya akan makna, tapi pastinya kaya akan fisik. Ada percakapan Haji Asnawi dan Suyuthi:

Haji Asnawi: "Ada apa, anakku?"

Suyuthi: "Pak Haji, hidup saya seolah paling sengsara. Saya kere sekali. Mau menikah dengan manusia, namun modal tidak ada. Mau beli laptop, namun uang tidak ada. Bayar kredit pun tak mampu. Mau beli baju pun tidak ada. Padahal saya pengen sekali membeli ketiganya: manusia, laptop dan baju. Tapi yang saya dapat malah gundukan puntung rokoknya Pak De Su'aid. Pak Haji, saya miskin sekali. Berikanlah solusi."

Haji Asnawi: "Baiklah, kamu bisa bahasa Arab, kan? Dan kamu suka baca kitab juga, kan? Lalu kamu mudah menghafal Al-Qur'an, Hadits dan matan-matan, kan?"

Suyuthi: "Yoi, Pak Haji."

Haji Asnawi: "Baiklah. Nanti saya doakan supaya Allah mencabut ketiganya dari dirimu: bahasa Arab, hasrat baca kitab, dan kemampuan menghafal. Saya doakan pula agar Allah mengganti ketiganya dengan manusia, laptop dan baju."

Suyuthi: "Wah, tidak bisa, Pak Haji. Sadis sekali. Saya ga mau kehilangan itu semua. Itu semua juga modal saya buat masa depan."

Haji Asnawi: "Baiklah. Saya memaklumi. Sekarang saya punya tabungan 300 juta. Itu bisa menjadi modal kamu nikah, beli buku segudang dan menambah nafsu baca bukumu. Saya akan serahkan 300 juta untukmu siang nanti. Gimana??"

Suyuthi: "Waaah, makasih Pak Haji! Senaaang!"

Haji Asnawi: "Tapi, ya ada syaratnya lah."

Suyuthi: "Wah, syaratnya apa itu, Pak Haji?"

Haji Asnawi: "300 juta itu sebagai bayaran tunai pembelian kedua matamu. Saya ingin membeli matamu. Kamu korbankan matamu saja lah demi 300 juta."

Suyuthi: "Yaaah, tidak mungkin juga. Waduh."

Haji Asnawi: "Berarti, mahalan mana: penglihatanmu atau 300 juta?"

Suyuthi: "Ya mataku lah, Pak Haji."

Haji Asnawi:

"Nah, di situlah bagaimana kau harus merenung tentangnya. Kamu punya mata dan anggota tubuh lainnya masih berfungsi dengan baik. Jika satu saja dari matamu cacat, maka bagimu itu lebih mahal dari 300 juta. Sementara sekarang pun kau mengeluh miskin; sedangkan sebenarnya sedari lahir kau sudah diciptakan kaya dan memiliki kekayaan. Lihat sekujur tubuhmu. Lihat kakimu, seberapa kilo sudah digunakan untuk berjalan. Lihat tangan dan jemarimu, seberapa banyak tulisan yang kau buat yang bisa menjadi modal untuk dunia dan akherat? Lihat lisanmu, seberapa banyak ia bisa memberi manfaat?

Ketika pahitmu, jangan kiaskan pahitnya dengan manisnya hidup orang lain. Karena ketika kau nanti hidup dalam kemanisan, kau pun tak ingin orang berpahit hidup menuntut dirimu untuk memaniskan hidupnya.

Tetapi, jadilah orang yang memberi kemanisan pada selainnya meski hidup sendiri ditakdirkan pahit. Jadikan pahitmu adalah manis untuk orang lain. Betapa banyak orang yang bermanis hidup namun memahitkan hidupnya dan hidup orang lain. Jadilah manusia yang berguna dengan kesederhanaan kekayaan yang kamu miliki.

Jangan jadikan kesulitan hidup alasan untuk tidak memberi kebaikan pada manusia. Jika punya harta, berikan secukupnya. Jika punya ilmu, berikan sebanyaknya. Jika tidak punya keduanya, berikan jasa. Jika tidak punya harta, ilmu dan jasa, berikan mereka salam dan doa. Jangan pernah ingin hidup jika tidak memberi manfaat pada manusia. Karena terkadang hewan pun memberi manfaat pada manusia."

Suyuthi pun merinding. Sementara anak perempuannya Haji Asnawi mengintip dari tirai kamar.

Mengintip-intip status orang. Rupanya ia terinspirasi dengan status ini. Ehm.


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/469925333048857

No comments:

Post a Comment