Tuesday, December 4, 2012

CAT : [4] "HARE GENE? MASIH KEBET KAMUS?"


oleh Hasan Al-Jaizy

Pernah saya membuat sebuah status membahas dampak negatif dari malasnya tangan ngebat-ngebet buku kamus. 

[Sebentar: Ini khusus untuk pelajar yang ingin menguasai/mengerti bahasa asing. Pelajar adalah orang yang belajar atau mempelajari. Kalau seseorang bukan pelajar, lalu apalah dia!?]

Kamus adalah buku yang paling sering saya -pribadi- kebet dahulu. Dan sampai saat ini juga tidak jarang melakukannya. Dahulu, ketika awal-awal tertarik English, kamus English Hassan Shadily adalah teman tidur seranjang. Tiap hari kebat-kebet. Hingga buku yang tadinya sudah rusak dan hilang cover tersebut, tambah tak legit dipandang. Juga kamus Arabic di awal-awal mempelajarinya. Terjadi pula pada teman-teman.

Dahulu, barang semacam kalkulator yang bisa memberikan keajaiban berupa makna kata sekali klik adalah langka sekali. Pernah saya mencobanya. Alhasil: tidak suka. Tidak seru.

2012. Saya beberapa kali menguji beberapa kelas pelajar English. Terutama anak-anak SMP. Beri mereka kamus. Kemudian, mereka akan stress sendiri. Itu adalah hal terberat buat mereka. Kenapa? Karena di rumah tidak pernah membuka kamus. Lalu, kalau mau tahu arti dari sebuah kata, bagaimana caranya? Internet/Komputer!

Mungkin benar, masa ketika saya belajar bahasa asing itu ada kuno-kunonya juga. Masih suka kebat-kebet halaman kamus. Tapi, saya beruntung. Setidaknya, ketika buka kamus, saya tidak menjadi tertekan batin seperti anak-anak itu. Mudah sekali mereka menyerah. Itu baru English. Kalau mereka belajar Arabic lalu diminta membuka-buka kamus Arabic dan mencari banyak arti kata tertentu dari dalamnya, mereka akan jadi makhluk apa kemudian???

Tapi, ada satu alasan:

"Efisiensi waktu"

Atau: lebih enaknya: 'Pengiritan Waktu'. Alasan ini 'bisa' dibenarkan. Saya fikir, sah-sah saja. Ya, sah-sah saja jika seseorang menyandarkan diri pada 'kamus-tinggal-klik'.

Sebagaimana sah-sah saja seseorang menyandarkan diri pada 'Google'. Lalu salin+tempel.

Uniknya, biasanya yang seperti itu malah kelihatan 'ahli', 'jadi', 'pintar', dan 'menguasai'. Padahal? Padahal kebanyakan justru sebaliknya: 'tidak ahli', 'asal jadi', 'tidak membuat pintar' dan 'tidak menguasai'.

Kalimat 'Hare Gene Masih Kebet-kebet Kamus !?' menurut saya ya sama dengan kalimat 'Hare Gene Masih Belajar Ilmu Hadits !?' atau 'Hare Gene Masih Belajar Ilmu Ushul Fiqh!?'

Persamaannya begini:

--> Buka Buku Kamus? Udah ada yang lebih mudah dari itu dan benar. Kamus online, offline atau apalah ia berbentuk. Yang penting tinggal klik!

--> Belajar Ilmu Hadits? Semua hadits sudah ketahuan sahih-dhaif-maudhu'nya. Buat apa capek-capek belajar ilmu hadits!? Kita kan cukup tinggal menukil ini hadits dihukumi 'shahih' dan selesai.

--> Belajar Ilmu Ushul Fiqh? Udah ada fatwa online. Buku-buku fatwa banyak sekali. Cukup baca fatwa, maka hukum sudah jadi. Ikut sajalah. Efisiensi waktu, bro. Masih banyak ilmu lain yang lebih bisa kita konsentrasikan mempelajarinya.

Well well well...Anda buka buku kamus atau tidak...Anda belajar Ilmu Hadits atau tidak...Anda belajar Ushul Fiqh atau tidak...Anda beralasan efisiensi waktu atau tidak...saya ikut kaedah:

"Easy come easy go"
"Ma Sahula Majii'uh, Sahula Dzhaabuh"
"Yang mudah datang, mudah pula pergi"

It's your choice. Itu pilihan Anda masing-masing. Cuma nanti, kalau nyadar efek alasan yang katanya 'efisiensi' itu kurang menguntungkan, jangan salahkan kafilah yang berlalu jauh dan orang yang berusaha mencari penerangan. Namun jangan juga menjadi anjing menggonggong dan pencerca kegelapan.


No comments:

Post a Comment