oleh Hasan Al-Jaizy
Ketika itu saya hampir memasuki pintu rumah. Pulang dari kampus di siang hari. Masih sekali teringat petikan kalimat Syaikh Al-Munajjid dalam salah satu rekaman kajian yang kala itu saya dengar. Maknanya:
"Angka-angka sekarang banyak menjadi PITNAH!"
Dan itulah yang sedang ingin saya bahas; namun bukan sisi PITNAHnya saja, melainkan sisi rahmatnya juga.
PITNAH berasal dari Fitnah, yang berasal dari Arabic. Fitnah dimaknai dalam dunia Arab atau Islam sebagai :
--> 'sesuatu yang buruk' [makna paling umum]
--> 'ujian/cobaan/musibah' [makna umum]
--> 'kemaksiatan/kekufuran/ kesyirikan' [makna khusus; karena ini berkaitan dengan agama].
Angka-angka bisa menjadi fitnah, atau rahmat. Saya berikan beberapa gambarnya secara instan:
[1] Seorang guru di kelas atau pemateri kajian akan senang jika mengetahui jumlah hadirin di kelas atau di masjid begitu banyak. Ketika disuguhkan absensi kelas atau jumlah total peserta, ia bertambah senang. Angka-angka itu bisa menjadi fitnah baginya jika ia membanggakan diri atau menjadi sombong atau esok-esok hari tidak mau mengisi kajian yang kurang banyak jumlah hadirinnya. Namun angka-angka itu bisa menjadi rahmat baginya, agar maklumat dan ilmunya semakin tersebar; lebih-lebih jika kemudian ia syukuri, dan termotivasi untuk lebih baik lagi.
[2] Begitu juga seorang Facebooker, Blogger, Ahlu Twit wal Blekberian. Jumlah liker, visitor, follower dan member, bisa menjadi fitnah bagi penyeru kebaikan. Entah itu membuatnya bangga karena berhasil menjaring orang banyak, bisa terkenal dan lainnya. Kalau di Facebook, banyaknya jumlah liker bisa menjadi fitnah untuk sohibus status; jika kemudian ia merasa hebat, atau akan kecewa jika statusnya tidak di-like banyak makhluk hidup dan menjadikan dakwah sebagai sarana banyak-banyakan liker, pengunjung, pengikut dan anggota. Bukan menjadikannya sebagai sarana dakwah dan justru keikhlasan dianaktetanggakan.
Tetapi, di sisi lain, jumlah liker, visitor, follower dan member menjadi motivasi bagi sohibu status, blog, twit dan brodblek untuk terus menyebarkan kebaikan. Semangat karena ternyata banyak yang menyukai atau merespon tidak mesti menjadikan seorang aktivis dunia maya dihakimi sebagai orang yang cacat keikhlasannya. Tidak bisa dipukul rata; selama ini adalah masalah 'gaib' dan 'unpredictable'. Namun, tidak disangkal sekali lagi, bahwa angka-angka itu bisa menjadikan manusia terfitnah dengannya.
[3] Angka yang tertera di slip gaji, atau di jumlah sisa tabungan juga bisa menjadi fitnah. Orang-orang bergaji besar bisa terpedaya dengan jumlah gajinya. Sementara, orang-orang bergaji kecil bisa cengar-cengir dengan jumlah gajinya. Gaji-gaji besar, jika dipegang oleh tangan-tangan durhaka, akan menambah fitnah lebih besar lagi. Akan ia manfaatkan untuk kedurhakaan berantai. Lebih parah jika gaji-gaji kecil, dipegang oleh tangan-tangan setan, akan dipakai untuk investasi 'modal-dikit-puas-banyak'.
Dan gambaran fitnah eksternal akibat angka-angka juga terwujud, seperti:
==> Barcelona yang kini unggul 16 point atas rival terdekatnya, Real Madrid, menjadikan para Barcelonistas [sebutan untuk fans Barcelona] mengejek Madridistas [sebutan untuk fans Madrid]. Semakin semangat mereka membela Barcelona, yang mana Barcelona pun belum tentu membela mereka. Karena tugas mereka toh bermain bola. Angka keunggulan 16 itu membuat fitnah hingga menyeruak ke detik.com, kompas dan seterusnya yang membuat kita melihat kalimat-kalimat ejekan nan kotor terbaca. Tidak ada Rahmat Darmawan sama sekali.
==> Jumlah liker di Facebook juga bisa membuat orang lain yang tidak ada nyambungnya dengan isi status atau kekerabatan dengan para liker terfitnah. Ketika melihat jumlah liker teman FB yang banyak sampai puluhan bahkan ratusan, seseorang bisa terfitnah sendiri. Yang kena sasaran ya sohibus status; padahal ia cuma membuat status. Misalnya: Ust. Firanda sekali membuat status, dalam hitungan detik, angka-angka bergelontoran sehingga membuatnya berubah wujud. Bertambah....bertambah....bert ambah...terus menerus. Belum lagi jumlah angka 'sharer'. Bisa jadi ada beberapa gelintir manusia terfitnah dengan itu. Ia menjadi dengki pada Pak Ustadz. Lalu mencari cara bagaimana menjatuhkan Pak Ustadz kapan-kapan. Padahal beliau cuma menulis status, dan tidak meminta manusia menekan tombol 'like' atau 'share' di tiap statusnya.
Fitnah itu banyak sekali bentuknya. Bahkan, sejatinya kehidupan dunia ini adalah kehidupan bala, ibtila, fitnah dan ikhtibar. Di setiap hembusan, ada ujian. Di setiap ujian, adalah fitnah. Jika kita tidak me-manage diri dalam menghadapi fitnah, maka fitnah lah yang akan me-manage diri kita.
Bahkan, emak-emak berbicara bahasa Sunda saja bisa menjadi pitnah buat saya. Atau gadis-gadis Melayu dengan bahasanya yang membuat saya merasa segar; seolah baru saja mandi di Kali Ciliwung.
Siapa bilang orang Jawa keseringan bilang O? ONO OPO?
"Angka-angka sekarang banyak menjadi PITNAH!"
Dan itulah yang sedang ingin saya bahas; namun bukan sisi PITNAHnya saja, melainkan sisi rahmatnya juga.
PITNAH berasal dari Fitnah, yang berasal dari Arabic. Fitnah dimaknai dalam dunia Arab atau Islam sebagai :
--> 'sesuatu yang buruk' [makna paling umum]
--> 'ujian/cobaan/musibah' [makna umum]
--> 'kemaksiatan/kekufuran/
Angka-angka bisa menjadi fitnah, atau rahmat. Saya berikan beberapa gambarnya secara instan:
[1] Seorang guru di kelas atau pemateri kajian akan senang jika mengetahui jumlah hadirin di kelas atau di masjid begitu banyak. Ketika disuguhkan absensi kelas atau jumlah total peserta, ia bertambah senang. Angka-angka itu bisa menjadi fitnah baginya jika ia membanggakan diri atau menjadi sombong atau esok-esok hari tidak mau mengisi kajian yang kurang banyak jumlah hadirinnya. Namun angka-angka itu bisa menjadi rahmat baginya, agar maklumat dan ilmunya semakin tersebar; lebih-lebih jika kemudian ia syukuri, dan termotivasi untuk lebih baik lagi.
[2] Begitu juga seorang Facebooker, Blogger, Ahlu Twit wal Blekberian. Jumlah liker, visitor, follower dan member, bisa menjadi fitnah bagi penyeru kebaikan. Entah itu membuatnya bangga karena berhasil menjaring orang banyak, bisa terkenal dan lainnya. Kalau di Facebook, banyaknya jumlah liker bisa menjadi fitnah untuk sohibus status; jika kemudian ia merasa hebat, atau akan kecewa jika statusnya tidak di-like banyak makhluk hidup dan menjadikan dakwah sebagai sarana banyak-banyakan liker, pengunjung, pengikut dan anggota. Bukan menjadikannya sebagai sarana dakwah dan justru keikhlasan dianaktetanggakan.
Tetapi, di sisi lain, jumlah liker, visitor, follower dan member menjadi motivasi bagi sohibu status, blog, twit dan brodblek untuk terus menyebarkan kebaikan. Semangat karena ternyata banyak yang menyukai atau merespon tidak mesti menjadikan seorang aktivis dunia maya dihakimi sebagai orang yang cacat keikhlasannya. Tidak bisa dipukul rata; selama ini adalah masalah 'gaib' dan 'unpredictable'. Namun, tidak disangkal sekali lagi, bahwa angka-angka itu bisa menjadikan manusia terfitnah dengannya.
[3] Angka yang tertera di slip gaji, atau di jumlah sisa tabungan juga bisa menjadi fitnah. Orang-orang bergaji besar bisa terpedaya dengan jumlah gajinya. Sementara, orang-orang bergaji kecil bisa cengar-cengir dengan jumlah gajinya. Gaji-gaji besar, jika dipegang oleh tangan-tangan durhaka, akan menambah fitnah lebih besar lagi. Akan ia manfaatkan untuk kedurhakaan berantai. Lebih parah jika gaji-gaji kecil, dipegang oleh tangan-tangan setan, akan dipakai untuk investasi 'modal-dikit-puas-banyak'.
Dan gambaran fitnah eksternal akibat angka-angka juga terwujud, seperti:
==> Barcelona yang kini unggul 16 point atas rival terdekatnya, Real Madrid, menjadikan para Barcelonistas [sebutan untuk fans Barcelona] mengejek Madridistas [sebutan untuk fans Madrid]. Semakin semangat mereka membela Barcelona, yang mana Barcelona pun belum tentu membela mereka. Karena tugas mereka toh bermain bola. Angka keunggulan 16 itu membuat fitnah hingga menyeruak ke detik.com, kompas dan seterusnya yang membuat kita melihat kalimat-kalimat ejekan nan kotor terbaca. Tidak ada Rahmat Darmawan sama sekali.
==> Jumlah liker di Facebook juga bisa membuat orang lain yang tidak ada nyambungnya dengan isi status atau kekerabatan dengan para liker terfitnah. Ketika melihat jumlah liker teman FB yang banyak sampai puluhan bahkan ratusan, seseorang bisa terfitnah sendiri. Yang kena sasaran ya sohibus status; padahal ia cuma membuat status. Misalnya: Ust. Firanda sekali membuat status, dalam hitungan detik, angka-angka bergelontoran sehingga membuatnya berubah wujud. Bertambah....bertambah....bert
Fitnah itu banyak sekali bentuknya. Bahkan, sejatinya kehidupan dunia ini adalah kehidupan bala, ibtila, fitnah dan ikhtibar. Di setiap hembusan, ada ujian. Di setiap ujian, adalah fitnah. Jika kita tidak me-manage diri dalam menghadapi fitnah, maka fitnah lah yang akan me-manage diri kita.
Bahkan, emak-emak berbicara bahasa Sunda saja bisa menjadi pitnah buat saya. Atau gadis-gadis Melayu dengan bahasanya yang membuat saya merasa segar; seolah baru saja mandi di Kali Ciliwung.
Siapa bilang orang Jawa keseringan bilang O? ONO OPO?
No comments:
Post a Comment